Semua perumpamaan yang indah itu adalah semua tentang kamu ... di saat yang lalu, di saat hari ini, dan di saat yang datang
___Gupta Zahildan___
"ngapain kalian?" tanyaku dingin, dahiku mengernyit melihat mereka berjongkok mengelilingi sebuah kotak. mengintip isi kotak tersebut.
"eh, hai Law. sini sini buruan" sahut Gupta.
aku menghampiri. Gupta menyuruh kami datang kerumahnya sore ini, dia bilang mau menunjukkan sesuatu. maka disinilah aku sekarang, dirumah Gupta.
"kamar gue aja, Yuk! Num, bawa kotaknya" ajak Gupta berdiri memandu jalan ke kamarnya.
"masalah Jessie gimana, De?" tanya Gupta di tengah perjalanan.
"Ah iya! fix apa yang terjadi sama Jessie itu karena dia ketakutan, kena sih mentalnya karena dia terus ngelihat Law kasar and kejam gitu, jadi dia ketakutan, trauma gitu jadinya. serem ya ternyata kepribadian Law bisa bikin orang lain depresi" terang Ade santai.
"eh gak ya, salah si Jessie juga ya. ngapain coba dia kepo banget sama kehidupan Law, depres depres deh sana, sampe nguntitin Law segala" sela Anum tidak terima.
"gue juga udah nyuruh si Anum nanya ke Jessie, nenangin Jessie juga lah biar dia gak perlu ke psikiater. ah pokoknya sisanya urusan si Anum lah" lanjut Ade. Gupta manggut-manggut mengerti.
Yang berbuat siapa yang nyelesain siapa dan yang repot siapa.
di kamar, Ade dan Anum langsung mengambil posisi duduk di atas kasur. aku masih memikirkan masalah tentang Jessie yang menurutku tidak masuk akal dan berlebihan.
Gupta berjalan menuju lemarinya. dia mengeluarkan sebuah belanga yang warnanya gelaaap banget. belanga tersebut terbuat dari kaca tapi warnanya hitam legam. Gupta meletakan belanga tersebut di tengah-tengah kami.
"apaan tuh!?" tanya Ade. dahinya mengerut menatap lekat pada belanga. Gupta mengedikkan bahu karena tidak tahu juga.
"ini belanga gue dapet udah lamaa bangett" ungkap Gupta.
Mataku menajam. pikiranku melayang kemana-mana, aku merasa tidak asing dengan belanga ini, seperti pernah melihatnya. jemariku bergerak menjangkau lembut belanga itu dan mengelus perlahan permukaannya yang halus.
aku memegang kepala sakit karena terlalu keras mengingat-ingat.
"kamu kenapa, Law?" cemas Anum mendekatiku.
"Astaga! mata lo merah, Law!!" adu Ade mendekatkan wajahnya melihat lebih jelas.
"kayaknya lo bukan manusia deh, Law!?" celetuk Ade terkekeh.
plaak! Aaw!
"nakal yaa!" Ade meringis karena Anum memukul lengan Ade. Gupta merebut belanga dari dari tanganku. aku terkejut dengan itu, kepalaku terasa pusing. Gupta balas menatapku intens.
tapi tunggu! sepertinya aku ingat dimana aku melihat belanga ini. itu adalah belanga yang aku temui di rumah Gugun dalam peristiwa tidurku.
tapi kenapa Gugun memilikinya?
"gue inget" seruku menarik perhatian ketiga temanku. mereka fokus menatapku.
"lo dapet belanga ini dari mana, Gup?" tanyaku. jantungku berdegup sangat kencang, entah ada apa. tapi perasaanku rasanya gelisah.
"dari temen kecil gue" jawab Gupta santai. dia mengelap bercak tangan di belanga tersebut.
"siapa?" tanyaku sedikit menyelidik. apa mungkin Gugun.
"ada deh. kepo aja, cewe lah pokoknya" balas Gupta. lalu ia terkekeh sendiri.
"dulu gue pernah liat belanga ini dirumah temen gue, bukan temen sih soalnya gue gak pernah anggap dia temen dia aja yang anggap gue temen. nah belanga ini gue temuin dirumahnya" jelasku. aku kembali berpikir keras.
"maksudnya?" tanya Gupta.
"Gugun namanya, dia juga punya belanga gitu juga" jawabku sedikit excited.
"si-siapa?"
"Gugun" ulangku. karena Gupta sedikit tidak percaya padaku atau bisa jadi dia tidak terima dengan pernyataanku.
"Gu-Gugun?" beonya sedikit gugup. aku mengangguk. dia tiba-tiba menggeleng.
"bukan itu maksud gue, lo bilang apa tadi?dia juga punya? yaiyalah dia punya kan lo yang kasih!!" balasnya sedikit ketus dengan nada tinggi.
"maksud lo apa? gue? apaan sih lo!?" aku tidak terima dituduh begitu saja, dan dari mana dia tau? sok tahu kan dia.
"goblok ya, belanga itu bukan punya Gugun, tapi punya lo. Lo kok yang kasih!" Gupta ngotot.
"kok gue!?"
"karena masa itu lo muncul ke hidup gue juga Lawitta!! pas peristiwa tidur lo itu!" nada Gupta meninggi. sepertinya dia sedikit emosi.
aku semakin mengernyit mencoba mengingat. eh tunggu! kenapa Gupta tau? apa Gugun itu Gupta? wait, dia bilang gue masuk ke hidupnya dalam peristiwa tidur? Ok.
"iiih kalian apa-apaan sih!? Gugun Gugun! Gugun teh saha!?" berang Anum. gadis itu merungut melihat aku dan Gupta.
"tunggu. berarti Gugun itu elo? dan gue kasih belanga itu ke elo gitu? tapi buat apa? dan gue dapat belanga itu dari mana? punya siapa?" Gupta mengedikkan bahunya.
"ya mana gue tau. harusnya kan yang nanya itu gue bukan elo. tapi dulu lo pernah bilang sih buat gue simpan belanga ini baik-baik dan privat" jawab Gupta sedikit santai. dahiku mengernyit.
"karena sekarang gue udah nemu teman kecil gue itu yaitu elo. makanya gue ngajak kalian ketemuan disini" sambung Gupta lagi.
Nguung!! ... Aarghh!
aku memegang kuat-kuat kepalaku. suara dengung dari kepalaku nyaris rasanya ingin meledak karena sangat sakit dan berdenyut. Ade dan Anum masih diam memperhatikan percekcokan kami berdua.
"jadi gimana nih belanganya?" tanya Gupta. aku mengangkat kepala menatap mereka bertiga.
"duh. nanti aja deh, mumet gue. skip dulu, gue suruh lo simpen kan dulu? nah, sekarang gue suruh lo simpen lagi" jawabku kesal. aku kesal dengan ingatanku, kenapa aku bisa melupakannya dan tidak sedikitpun aku mengingatnya.
Anum menimang-nimang belanga tersebut ikut memikirkannya dan memperhatikan Belanga dengan seksama.
"gue mau pulang!" pamitku. aku berdiri hendak pergi tapi suara Ade membuat langkahku terhenti.
"Eh, itu lubang kecil apaan!?" serunya menunjuk pada belanga. sontak kami semua langsung melihat lubang itu.
______________________________
See You Next Page 👋
Huhuhu .... 🤧 hari ini Author lagi males gosipin tokoh SAL, harini mengsad sekali karena stuck ide😪 tapi aku udah janji buat up tiap hari jadi mau gak mau harus mau.Jangan bosen ya ... pantengin terus ceritanya karena cerita akan semakin menarik.🙃
KAMU SEDANG MEMBACA
Sleep And Law
FantasyCerita ke-tujuh "Orang-orang menyebutku Mata psikopat karena aku memiliki tatapan yang tajam bak psikopat!" Aku menatap tajam penuh penentangan pada mata orang di depanku yang kini sudah berpaling menghindari tatapanku. Jadi ini adalah sebuah cerita...