Semua sorot mata tertuju padaku, semenjak kejadian itu semua orang mengenalku bahkan sampai dua angkatan terbaru mengenalku yaitu kelas 10 dan 11. ah iya aku lupa mengatakan, sekarang Gupta dan teman-teman seangkatanku dulu sudah Duduk di kelas 12, sedangkan aku mengulang kembali di kelas 10 dan di sekolah yang sama.
kalian pasti bertanya-tanya kenapa aku bisa diterima kembali? karena aku punya orangtua yang memiliki power. silahkan kalian simpulkan sendiri dengan semua asumsi kalian.
hah. siapa yang tidak mengenal Lawitta Arvinna. tidak adaa. kalian tanya pada cupu sekolah pun pasti ia tahu berita yang pernah beredar besar-besaran. kabar yang sangat ingin aku ketahui sejak lama sudah aku ketahui sekarang, ternyata Anum sudah lama dibebaskan, dan itu berkat Papa. love you so much Papaaaaa.
aku bukan lagi Lawitta Arvinna yang dulu pernah kalian kenal. tapi kini identitasku adalah Lawista Arshindy. yeah, silahkan kembali berasumsi bagaimana cara aku bisa kembali ke sekolah ini. mereka menatapku karena aku mirip dengan Lawitta Arvinna meski sebenarnya mereka memang benar. tapi, ssstttt. diam saja yaa. ini rahasia kita.
"gue senang lo sehat-sehat aja dan bisa balik ke sekolah ini lagi"
seseorang menghadang jalanku. tatapannya menaruh rindu yang begitu dalam, menyimpan catatan luka yang sudah lusuh. sebenarnya aku terkejut dengan penampilannya. ternyata dia semakin dewasa dia semakin tampan, meskipun penampilannya tengil dan berantakan. tidak serapi dulu.
aku tersenyum smirk kemudian menubruk bahu Gupta. keangkuhan inilah yang ingin aku tunjukkan pada Gupta selama dua tahun ini semenjak dia mencampakanku dari circle.
"Oups, sorry. aku gak liat, soalnya cungkring" ujarku tanpa menoleh setelah melewati bahunya.
"Oh haii, Beb. ayuk ke kelass" sapaku pada salah satu siswi yang tidak aku kenali.
lagi-lagi aku ingin menunjukkan pada Gupta bahwa aku bukan Lawitta tapi Lawista. Lawista dan Lawitta memiliki kepribadian yang berbeda.
Bersikap ramah pada sesiapapun. nyatanya tidak sesulit itu. good.
"Lawittaaaaa" seorang gadis berteriak memanggilku, tangisnya pecah memeluk tubuhk sontak saja aku mendorong kasar gadis itu.
"iuh, jijik. kamu siapa sih!?"
"norak"
"cengeng"
"alay"
Celetuk demi celetuk aku lontarkan beruntun. Gadis di depanku ini yang tak lain adalah Anum teman lamaku, ia menatap nanar.
"F**ck" kesalnya menunjukkan jari tengah. aku tersentak kaget tapi ku tahan dan tidak kuperlihatkan. jujur, hatiku sakit saat ia melontarkan kata kasar tapii inilah yang terjadi.
dia pergi dengan wajah kesal dan amarah. aku kembali melanjutkan perjalanan, bersama siswi tak dikenal tadi ternyata malah menjadi temanku. aku teringat akan Anum saat pertama kali kami bertemu di sekolah ini.
aku langsung mengambil duduk jauh di belakang. karena meski merubah nama menjadi Lawista aku tetaplah si Lawitta yang sendirian. tanpa ingin ada seseorang disampingnya.
"Lawitta yaa?" tanya bu Rasti sumringah ketika melihatku. entah benar atau tidak wanita itu senang melihat aku, tapi aku sedang tidak ingin memperdulikan hal itu.
aku maju ke depan dan menunjukkan kartu identitas pelajarku dan menunggu guru tersebut mengembalikannya.
dia memang tidak memintanya tapi itu untuk menjawab pertanyaannya.
"silahkan dilihat, Buk" ucapku karena melihat raut bingung di wajahnya. bu Rasti semakin mengerutkan wajahnya.
"Lawista Arshindy?" ragu-ragu bu Rasti mengatakannya.
"salam kenal, Buk"
"boleh saya kembali ke tempat duduk?" lanjutku.
"S-silahkan" balas bu Rasti sedikit gugup.
aku kembali duduk setelah menunjukkan wajah ramahku. bu Rasti semakin bingung dan merasa tidak percaya.
Jam istirahat, aku memilih untuk datang ke club musik dan seni. karena kelas 10 wajib mengikuti ekstrakurikuler maka aku memilih musik dan seni, karena hanya itu yang menurutku santai.
tak di sangka ternyata Gupta juga ada di club itu. tapi aku tidak tahu pasti apakah dia memang anggota club itu atau hanya sekedar bertemu temannya. karena di sana ada Lindo temanya yang sangat cinta akan musik.
"formulir pendaftarannya di kasih ke siapa ya?" tanyaku. orang tersebut memberikan arahan. sesekali aku melirik Gupta.
tapi Gupta bersikap tak acuh. bahkan tampak biasa-biasa saja, seperti memang kami tidak saling mengenal. dia fokus dengan orang di depannya dan kemudian beralih mengambil kunci loker dari dalam salah satu laci meja di sana.
"Lawista Arshindy" panggil seseorang.
aku menyahut dan menghampiri suara tersebut. "ini kenapa kosong? silakan di isi dulu ya. pastikan semuanya terisi, apalagi pada bagian alasan itu tidak boleh kosong" ucap seseorang itu mengembalikan formulir pendaftaran setelah beberapa menit lalu aku menyerahkannya.
Gupta melewatiku dan keluar sembari ia meletakkan pena di atas meja di depanku berdiri. jujur saja sebenarnya aku masih kagum setiap kali dia bersikap perhatian padaku. oh hey! jangan ada yang tertawa, aku juga manusia seperti kalian. meskipun kita berbeda aku tetap punya rasa. lebih tepatnya setelah 3 tahun ini semenjak kehadiran 3 teman yang sangat berarti dalam hidupku. tapi itu dulu.
aku mengambil pena tersebut dan mengisi beberapa poin yang aku kosongkan karena aku tidak tahu jawabannya, contohnya pada kolom alasan tidak mungkin kan aku tulis saya tidak punya pilihan lain. setelah selesai formulir kembali aku serahkan.
"terima kasih atas partisipasinya, formulirnya kita terima. lusa akan diadakan pelantikan anggota baru, untuk perlengkapan yang harus di bawa nanti akan diinfokan di grup. nanti saya joinin kamu ke grupnya ya. Semangatt"
"terima kasih" balasku tersenyum simpul.
"eh sebentar, saya mau tanya. cowo yang tadi lewat itu anggota club ini juga ya?"
Seseorang itu mengusap rambutnya ke belakang karena rambutnya mengganggu penglihatan. "iya, kenapa?"
"kamu kenal?"
aku diam.
"oh kamu suka dengan dia?"
"saya boleh batalin daftarnya gak?" tanyaku spontan.
"Gabisa, formulirnya sudah di beri cap" jawab pria itu santai. ada sedikit nada kesal di sana, dari yang aku rasakan.
"Oh, Ok"
Aku pamit untuk kembali ke kelas karena jam istirahat sudah habis. Terima kasih tuhan, kau telah membuatku untuk tetap berhubungan dengan orang-orang itu. aku tidak tahu apa tujuanmu tapi jujur aku tidak bisa menerima ini.
aku menyesal telah kembali. tapi Belanga itu harus segera aku musnahkan. shit.
_________________________________________
Semangat Lawitaaa, author bersamamuuu
See You Next Page 👋
Lumut Hijau
KAMU SEDANG MEMBACA
Sleep And Law
FantasyCerita ke-tujuh "Orang-orang menyebutku Mata psikopat karena aku memiliki tatapan yang tajam bak psikopat!" Aku menatap tajam penuh penentangan pada mata orang di depanku yang kini sudah berpaling menghindari tatapanku. Jadi ini adalah sebuah cerita...