#Sleep 4

40 16 3
                                    

Cerita seperti apa yang ingin kamu sampaikan? kenapa ini seperti teka-teki? karena aku tak acuh kah atau karena aku memang bodoh dalam melihat itu sebuah teka-teki, pesan atau hanya kisah semata?

___Lawitta Arrvina___

"gue harus bangga atau nangis setelah dengar cerita lo ini?" tanya Gupta merasa belum bisa percaya.

"dongeng kamu lebih terasa ke cerpen, Law" tanggap Anum polos. Gupta menepuk jidatnya, aku membuang muka kesal.

"itu bukan dongen dek sayang, itu real story" seru Gupta menjelaskan. aku paling malas jika harus menjadi orang yang akan menjelaskan kebodohan Anum lagi.

Aku menceritakan semuanya pada Anum dan Gupta, tentang keadaanku, isi cerita yang yang hadir dibalik tidurku, karakter aneh. jika aku tidur apa yang terjadi dan lain sebagainya. semua aku ceritakan kecuali satu, yaitu obatnya. semua penyakit itu  pasti ada obatnya atau peredanya, intinya ada obat.

apa yang aku alami tidak ada obat penyembuhnya karena ini memang bukan penyakit tapi keadaanku ada pereda atau dibilang apa ya penahan mungkin penahan sementaranya atau solusi sementaranya seperti asma yang ada inhalernya. obat yang aku maksud bukan berupa kapsul, tablet, bubuk atau apapun itu tapi hanya berupa kalimat yang mana akan membuatku bisa tertidur pulas.

"hum, mari kita sebut saja itu peristiwa tidur? karena kan yang dialami Law bukan mimpi bukan pula non mimpi jadi kita kasih aja namanya peristiwa tidur?" saran Anum setelah dijelaskan ulang oleh Gupta baru dia paham. Gupta mengangguk mengiyakan, dan aku hanya diam saja.

Aku berdiri merenggangkan otot karena terlalu lama duduk di rumput taman, lalu berjalan ke pinggir taman. aku, Anum dan Gupta iseng bercengkrama di taman bale bambu karena kami tak punya tujuan.

"Pak, telur gulungnya lima ribu " pesanku sembari mengeluarkan uang lima ribu dari dalam saku celana jumpsuit baju kodok, lalu memberikannya pada pedagang telur gulung. Anum dan Gupta menyusul.

"gue ngerasa ada yang aneh sama peristiwa tidur lo, Law" cicit Gupta mengutarakan pikirannya. dia mencomot satu telur gulung diikuti Anum. aku saja belum memakannya lagi.

"maksud lo?"

"hu'um, maksud kamu apa?"

Gupta Kembali duduk bersila di atas rumput tempat kami duduk tadi. Anum duduk disamping Gupta, aku rebahan disana karena angin membuat mataku mengantuk.

"iya, soalnya Anum pernah cerita, kan. Mamanya meninggalkan karena di tabrak truk tanpa busana. sedangkan Law pernah masuk ke dalam cerita itu, saat itu apa lo gak ngeliat Anum, Law?" papar Gupta.

Aku mengernyit mengingat kembali lalu menggeleng. karena aku memang gak ngeliat Anum disana. atau Anum dirumahnya? atau sembunyi, entahlah.

"terus terus" Anum semakin tertarik.

"bisa jadi ini sebuah teka-teki atau pesan mungkin yang berhubungan dengan lo, Num" lanjut Gupta.

"ngaco kamu, Gup" sanggah Anum tertawa kecil.

"udahlah Gup, gak usah lo bawa ribet tuh cerita!" desahku tak suka dengan pembahasan ini. aku tak suka memikirkan peristiwa tidur yang aku alami. bisa dibilang aku tipe orang yang lebih banyak tidak sukanya dari pada Sukanya karena aku memang bukan manusia yang memiliki perasaan, bahkan otak pun tidak aku manfaatkan dengan baik.

"eh psikopat eyes? mata psikopat, ini lo kan?" tanya seseorang sumringah memastikan. dia tersenyum takjub karena Kembali bertemu denganku. mataku mengernyit lalu membuang muka tak suka padanya.

pria itu duduk bersila dalam satu lompatan. dia duduk di depanku. aku tak suka tatapannya yang mengejek.

"serem tau, Law. jangan natap gue gitu dong" celetuknya bercanda karena aku mengeluarkan tatapan psikopatku.

"kamu siapa ih!?" tanya Anum. matanya menyelidiki penampilan pria itu. pria itu tertawa renyah menepuk pelan paha Anum. sok akrab sih.

"gue Ade, temen satu SMP nya si psikopat ini" jawab Ade bersemangat.

"gue bukan psikopat" aku masih menatapnya tajam.

"yaya serah lo deh, Nyai" jawab Ade. dia berkenalan dengan Anum dan Gupta, saling ulur tangan lalu menyebut nama masing-masing. aku sudah membuang muka, dan membelakangi mereka bertiga.

"eh iya, Law" panggil Ade. aku menoleh kebelakang. dia tersenyum, aku tau itu senyum sindiran.

aku akan ceritakan sedikit tentang Ade. Ade adalah orang pertama yang memberiku julukan mata psikopat saat SMP. dia anak yang selalu menggangguku. tak hanya aku yang sangat menbenci dan jijik padanya, ternyata dia juga begitu padaku. aku tak masalah karena aku memang sudah biasa menghadapi orang-orang yang tak suka padaku. mereka bilang aku aku anak bermasalah, kasar, dingin, tidak punya perasaan, bandel, aneh dan sifat jelek lainya. tamat.

"lo masih cinta sama gue, Law?" lanjut Ade. dia tertawa penuh ejekan, merendahkan seorang Lawitta Arrvina.

"gue gak cinta sama Lo" jawabku datar.

"kata Andin dulu, lo suka sama gue"

"kalo lo bersuara lagi, gue gak segan-segan nusuk lo pake ini" lagi aku menjawab datar sembari menunjuk lidi telur gulung.

"Ok damai, Gan. gue emang gak pernah bisa lawan psikopat" ledeknya.

Gebrugh!

Sikutku menekan leher Ade yang sudah terbaring di rumput akibat tubrukan dari tubuhku. tangan kananku mengarahkan lidi yang ku genggam erat tepat sedikit lagi mengenai pupil mata Ade. wajahku datar dan tatapanku kosong.

"lo tau kan, gue gak pernah main-main sama ucapan" kataku dingin. masih belum menusukan lidi ke mata Ade.

"dan lo juga tahu, gue bukan orang yang bertindak dengan perasaan" tambahku lagi. kini mata psikopatku menatapnya tajam.

Ade gelagapan, juga ketakutan. aku bisa merasakan tenggorokannya bergerak naik turun berusaha menelan ludahnya karena sikutku yang tadi menekan lehernya kini sudah beralih mencekik leher pria itu.

"Bro, please tolongin gue" rintihnya menatap lekat pada Anum dan Gupta. suaranya bergetar ketakutan. Gupta tertawa kesal, kesal dengan Ade, ia lalu berdiri menarikku melepaskan Ade. Ade terbatuk-batuk.

"makanya, Man. kalo lo gak mau terima resikonya jangan bertindak" ucap Gupta, ia masih menggenggam tanganku. aku menatap Ade dingin. Ade mengangguk lalu menunjukkan jari pisnya untuk berdamai.

Ade berdiri. "gue mampir cuma mau gabung doang, tadi gue gak sengaja denger percakapan kalian" cakap Ade. dia masih kesakitan.

"gak perlu, kawan. kita gak lagi bikin tim kok" lagi-lagi Gupta yang menjawab.

__________________________________

See You Next Page 👋
Lama-lama aku curiga we, apa jangan-jangan si Law beneran psikopat lagi. kan serem weh punya temen gitu🤣

Jangan bosen ya ... pantengin terus ceritanya karena cerita akan semakin menarik.🙃

Vote dan komen ya, follow akun Instagram lumut Hijau juga ya bagi yang mau : Lumut.Hijau_   atau    Nissyarahim

Sleep And LawTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang