Tuhan, tak ada kah solusi untukku? tak ada kah cara untuk menghilangkan mata ini, peristiwa tidur ini, sifat luar ini. tak ada kah kesempatan hidup tenang untukku? jawab aku tuhan!
____Lawitta Arrvina____
"sebutkan kisah paling absurd kita yang tak terlupakan, Ade?" seru Anum memberikan pertanyaan. Ade memperbaiki posisi duduknya lebih tegak. dia tersenyum jail.
"belah perut kelinci! anjir pas itu sampe rumah gue langsung mandi pake air kembang 7 rupa, anyir darahnya gak ilang njir!" jawab Ade. mereka terbahak terutama Ade.
"lebay banget sih lo pake kembang 7 rupa. gak sekalian 7 sumur 1000 candi, bro" ledek Gupta mereka kembali terbahak. lelucon yang biasa tapi mampu membuat mereka tertawa.
Aku terkekeh. lalu memukul kepala Ade yang duduk bersandar di dipan kasurku. mereka sontak terkejut dan mengelilingiku.
"Woii! udah bangun lo. enak bener ni bocah pingsan gak ngode dulu, yang eliet an dikit kenapa sih!" ketus Ade kesal. aku tak menggubris tapi Gupta dan Anum mengangguk setuju.
"kita hampir mau bawa kamu ke rumah sakit, Law. karena kamu gak bangun selama 2 hari" cemas Anum. dia mengusap kepalaku aku menepisnya kasar dan Anum cemberut.
Aku duduk. aku tidak sabar ingin menceritakan kemana aku pergi saat pingsan.
"wajah lo fresh banget, abis skincare an ya?" celetuk Gupta bercanda. karena mana mungkin aku skincare an sedangkan aku terkapar selama 2 hari gak bangun-bangun. goblok kan.
"kalian harus tahu, gue pingsan itu ternyata gue di bawa ke dunia Ekalip" aku mulai bercerita, sedikit bersemangat.
"hah? Ekalip? apaan tuh!? Ekaliptus!?"
"bukan dodol!" jawab Gupta menoyor kepala Ade. mereka lalu terkekeh. sereceh itu kah mereka.
"Dunia biasa kayak kita ini. negara maju mungkin mau ngalahin Jepang, habisnya disana teknologi pada canggih. ada satu rumah besar bak istana, nah, disana tempat orang-orang seperti gue ini" ulasku.
mereka manggut-manggut. aku mulai menceritakan semuanya tentang Arvan juga Buna.
"Oh iya belanga. dimana belanganya!?" tanyaku karena aku baru ingat sesuatu penting itu. mereka wajib tahu.
"ada tuh dirumah" jawab Gupta santai.
"disana gue juga ngeliat belanga yang percis sama kayak punya lo itu, Gup!"
"punya lo bukan punya gue, gue nyimpen doang" ralat Gupta memelas. dia mendeling kesal. sepertinya pria ini tak suka belanga itu dibilang punyanya.
"terus terus?" desak Anum. dia sangat tertarik.
"pasti Belanga itu berhubungan sama Belanga di Ekalip itu. kita harus cari tahu!"
"lapar gue, cafe yok!" ajak Gupta memotong ceritaku. aku mendengus menatap tajam padanya. ternyata mata psikopat ini masih betah di tatapanku.
Kami beranjak pergi untuk bersiap-siap ke Cafe terdekat. Cafe Matalatta, Cafe sederhana yang memiliki ke-estetikan luar biasa hingga menarik banyak pengunjung, dan harga yang diberikan juga pas di kantong.
kami duduk di salah satu kursi bagian tengah, di bawah kipas angin. dengan dinding kaca yang tidak jauh dari sini.
aku merasa risih karena para pengunjung menatapku aneh. aku mengernyit bingung. aku bilang pada Gupta dia hanya bilang, "udah cuekin aja".
tapi kenapa kakiku rasanya lengket dan sedikit berlendir. refleks mataku melihat ke bawah dan ternyata. Oh No! kali ini aku benar-benar merasa jijik melihat itu.
"lo habis ngapain sih!?" bisik Gupta gemas dekat telingaku. aku menggeleng bingung. sekarang aku ingat.
"gue gak tau kenapa, tapi tadi pas kalian bersiap gue pengen banget ngebunuh tikus yang lewat di got depan rumah gue itu. jadinya tadi tuh tikus gue bunuh terus gue injek makanya darahnya ikut bergelimang di kaki gue" jelasku sedikit berbisik. mereka bertiga menganga.
"lo gilaa!? wuek! cuci kaki sana!" sembur Ade kesal. dia ikut gemas melihatku. Anum berdiri membantuku membersihkan.
"harusnya kamu bersihin tadi sebelum berangkat" Oceh Anum di tengah perjalanan. aku diam.
aku bingung kenapa aku bisa lupa secepat itu? harusnya kalo aku tidak lupa kalo aku baru saja ngebunuh tikus aku pasti akan membersihkan diri segera.
"nih, usap pake sabun" Anum mengarahkan. aku mengangguk.
"kenapa gue jadi gini sih, Num. gue kayak ngerasa ada hasrat ingin membunuh" keluhku.
aku tidak kuat lagi. semua ini penuh teka-teki, mereka datang beruntun. aku yakin pasti kuncinya ada pada belanga itu.
"yee malah bengong, hayuk!" suara Anum mengangetkanku. aku mengangguk mengiyakan ajakannya. kami kembali ke tempat duduk mengisi perut.
sudah ada makanan di meja jadi aku dan Anum langsung makan saja. aku buru-buru menyelesaikan karena aku ingin cepat-cepat melihat belanga itu, memecahkan semua pertanyaan yang ada di kepala. belanga itu seperti teka-teki untuk kami. sikutku tak sengaja di senggol seseorang hingga aku menjatuhkan sendok. aku diam beberapa detik menatap sendok itu dan menunggu orang itu mengambilnya kembali.
PRAANG!!
"ASTAGA!!"
aku membalas tatapan bengis orang di depanku. ada ada dengan dia? ada dendam apa dia denganku hingga sengaja menjatuhkan piring makananku juga. Anum sangat kaget tadi, dia mundur dan berdiri di samping Gupta.
"ha! jadi bener kan gue dia orangnya. liat aja tuh matanya!" ujar seseorang pria yang menjatuhkan piring dan sendokku. temanya yang baru datang mengangguk percaya.
lagi-lagi mata. aku juga benci mata ini. orang-orang dari masa lalu dan masa sekarang mengenal dan menandaiku dari mata psikopat ini. mata siapa yang aku miliki ini. Mama sama Papa tak pernah aku melihat mata ini pada mereka.
"Lo lawitta!? psikopat pencitraan itu?"
"kurang ajar lo ya! tahan De tahan gue De!" kesal Gupta ingin mengajar pria itu. bukan ade yang menahan tapi tanganku lah yang menahannya.
"gak usah sok berani lo bocil absurd!" hina Pria itu. saat itu juga Gupta naik pitam jika tadi dia masih bercanda maka kini tidak.
"SIAPA SIH LO ANJING!" murka Gupta.
"udah udah Gup! biarin Gup!" tahan Ade. Gupta berusaha melepaskan diri karena tahanan Ade. dia menggeliat kasar, tenaganya sangat kuat.
aku masih diam menatap tajam pada pria itu. aku biarkan dia tertawa puas harini, tapi esok tidak lagi. aku pastikan dia akan menyesal.
"APA LO LIAT LIAT!!" mataku refleks beralih cepat menatap si teman pria. dia langsung menciut menutup mulutnya, mungkin dia menyesal mengatakan itu. mataku semakin tajam menatap pria di depanku karena bercampur amarah yang amat besar.
pria itu tetap angkuh meski aku tahu dia menyembunyikan kegugupannya menghadapi tatapanku. aku bukan bercanda, tapi aku benar memiliki mata yang sangat tajam dan mematikan melebihi tatapan psikopat harusnya.
______________________________
See You Next Page 👋
Gila ya si Law. author kudu bangga atau sedih ini dapat tokoh punya tatapan mematikan gitu. jadi gk sabar cepet² ending karena endingnya beuh ... kan main hahay🤣Jangan bosen ya ... pantengin terus ceritanya karena cerita akan semakin menarik.🙃
Jangan lupa follow akun Author ya ntar di polback ama si author kece ini ... 😆
IG : Nissyarahim
KAMU SEDANG MEMBACA
Sleep And Law
FantasyCerita ke-tujuh "Orang-orang menyebutku Mata psikopat karena aku memiliki tatapan yang tajam bak psikopat!" Aku menatap tajam penuh penentangan pada mata orang di depanku yang kini sudah berpaling menghindari tatapanku. Jadi ini adalah sebuah cerita...