"bik rosss"
"bibiii bukaa pintuu bii. aku udah pulang nihh"
"Bibiiiiiiii!!"
"kemana sih ni orang mentang-mentang aku pergi dia malah keluyuran gajelas. BIBIII BUKAA PINTUNYA!!" kesalku menjatuhkan tas ke lantai dengan kasar. di saat itu terdengar suara besi dan gemerincingnya beradu dengan lantai.
aku langsung memeriksa dan ternyata itu adalah kunci rumah. aku seketika terdiam menatap kunci tersebut. pikiranku kosong seketika. tak lama dari itu aku menangis sesenggukan memeluk kunci tersebut.
rasanya perih sekali. hari ini aku merasakannya, rasanya seperti tumpukan batu besar sungai dilemparkan ke dadaku bertubi-tubi. aku tak kuasa membendung semuanya lagii. mengapa aku merasakan perasaan ini sekarang. kenapa tidak dari dulu aku merasakan ini. mereka baru muncul hari ini!
dengan gontai aku berdiri sembari membuka pintu meski amburadul akhirnya pintu terbuka juga saat tubuh dan tanganku menggigil hebat. aku tidak kedinginan tapi aku menggigil.
aku berjalan sempoyongan menuju kamar seperti tak ada sedikitpun tenaga dalam tubuhku. kenyataan berikutnya yang aku terima saat pulang ke kos adalah aku SENDIRIAN!. ternyata selama ini aku sendirian, tidak ada bik Ros. itu hanya halusinasiku karena belum ikhlas sepenuhnya menerima kenyataan bahwa bik Ros sudah tiada dua tahun silam dan bik Ros sudah di ganti dengan bik Ani salah satu kerabat bik Ros, bik Ani tidak ada di sini, bi Ani di rumah sana.
jadi selama ini aku hanya berhalusinasi!? atau bik Ros memang hadir di sisiku!? aku tidak tahu dan aku tidak mau tahu. aku hanya mau bik Ros kembali padaku, aku tidak peduli jika itu hanya anganku, halusinasiku, atau ruhnya atau juga wujud hantunya aku tidak peduli aku hanya ingin bik Ros ada di sini sekarang. aku membutuhkan bik Ros.
"BIBII DI MANAA BIBIKKK! LAW INGIN BIBIKK LAW RINDU SAMA BIBI!"
pekikku di tengah tangis yang sudah membujur. aku menghatamkan tubuh ke kasur dan membenamkan kepala di bantal. menahan tangis agar tak bersuara. Karena baru saja tentanga sebelah berteriak ke jendelaku menyuruh diam.
aku ingin melawan tapi aku sedang tidak ingin jadi mengalah saja. sampai akhirnya aku tertidur pulas. sangat pulas hingga mendengkur.
****
Aku terbangun keesokan paginya. ternyata aku tidur cukup lama dari yang aku bayangkan. tapi yang anehnya lagi aku tidak sedikit pun mengalami peristiwa tidur, padahal tak ada ucapan selamat tidur.
aku beranjak dari kasur menuju ruang tengah, tak ada sesuatupun yang bisa aku ceritakan karena yang aku rasakan dan aku lihat hanyalah kesunyian dan kehampaan. tidak ada manusia lain di rumah ini selain diriku, tak ada banyak barang-barang di rumah ini. malah lebih terlihat seperti rumah kosong tak berpenghuni.
aku kembali terduduk lesu di lantai. tubuhku jatuh begitu saja saking tak adanya energi dalam diriku. kembali aku menangis dalam keterdiaman.
Oh Tuhann! aku tidak tahu harus hidup bagaimana lagi???? semuanya telah pergi dan aku merasa sendirian.
setelah cukup lama menangis aku berdiri untuk bebersih dan bersiap. aku sudah memutuskan untuk pulang ke rumah menemui mama sama papa. sudah saatnya mereka tau semuanya dan keadaanku, aku tak lagi mau egois gara-gara teman-teman bangsatku itu.
aku akhirnya selesai, mengambil semua barang yang aku perlu aku bawa lalu bergegas pergi mencari angkutan umum. seperti kemarin, aku memakai pakaian yang tertutup agar tidak mudah dikenali oleh orang-orang. anggap saja aku ini adalah artis yang sedang dikejar-kejar fans bukan seorang gadis remaja yang tengah menjadi buronan.
mobil angkot berwarna putih bergaris biru berhenti setelah diberhentikan. aku masuk ke dalam angkot, memilih tempat duduk jauh di ujung belakang. berpasang-pasang mata menatapku aneh namun aku sudah tidak peduli meski belum terbiasa. its Ok.
Angkot melaju dan kembali berhenti di pertengahan jalan karena ada penumpang lagi. mereka yang sudah di dalam angkot beberapa bergeser akan memberi tempat. dua orang masuk ke dalam angkot, salah satu dari mereka berbadan gendut celingak-celinguk mencari tempat duduk yang menurutnya pas di badan dan salah satu lagi pria dengan tinggi semampai dan memakai jaket kulit berwarna hitam. style itu tampak cocok dengannya. mereka berdua masih berdiri di pintu angkot.
"duduk di sana aja, Mas. di sebelah mba-mba jilban kuning" tunjuk pria semampai itu mengarahkan.
"maaf mba, mbanya boleh geser sedikit lagi?" lanjut Pria itu lagi pada si mba berjilbab kuning. mba tersebut mengangguk dengan tersenyum malu. salah tingkah mungkin.
Pria berbadan gendut itu langsung berterima kasih sembari bergegas mengambil posisi duduk. kini pria semampai itu yang celingak-celinguk. matanya tiba-tiba memicing kearahku karena ada sedikit ruang kosong diantara aku dan ibu-ibu yang sedang memangku anaknya.
bibirnya tersenyum tipis sembari masuk ke dalam menuju tempatku.
"boleh geser sedikit?" izinnya tersenyum simpul. aku acuh tak acuh langsung menggeser sampai ke ujung kemudian membuang muka kekiri menghadap kaca belakang angkot sambil menopang dagu.
pria itu langsung duduk, dan jujur saja itu sangat sempit sekali, bahkan setengah tubuhku bersentuhan dengan setengah badannya. rakus sekali supir angkot ini, sudah sesempit ini masih saja menambah penumpang.
hampir saja supir angkot mengambil penumpang lagi tapi tidak jadi karena ibu-ibu di dalam angkot berteriak melarang. pria disampingku terkekeh. tapi memang benar, supir angkot ini taunya hanya berhenti dan membiarkan penumpangnya masuk sendiri ke dalam angkot tanpa perduli muatan sudah penuh, sempit-sempitan. bau keringat di mana-mana. huek.
"jangan sampai kami turun disini ya bang, gak akan juga kami bayar!" lawan salah satu ibu-ibu.
"buuuk rezeki itu gaboleh di tolak" ngeles Supir tersebut.
"ndasmu! Abang gak liat ini kami sudah kejepit, sudah tak bisa lagi kami gerak"
"iya betul itu. saya sudah sesak ini"
"ada-ada saja abang ini ya buk"
"rakus sekali ya dia"
ibu-ibu mulai saling bersahut-sahutan. aku semakin ingin mengerang rasanya mendengar ocehan mulut mereka. ingin rasanya aku melempar mereka semua satu persatu ke luar jendela. tangan dan kakiku sudah mulai kesemutan.
tephuk!!
eh maaf maaf
Aku refleks mengusap dada pria itu karena saat mengibaskan tangan tak sengaja mengenai dada dan wajahnya. aku lupa bahwa ada orang di samping kananku.
"udah udah, gak papa" ucapnya menghentikan. aku refleks menarik tangaku dari badannya. tersadar kalo ternyata aku lepas kendali.
"Sorry" ulangku dengan nada datar dan kembali membuang muka ke samping melihat ke jalan raya. pria itu tersenyum santai tapi hangat. namun aku tak perduli dengan senyuman itu.
akhirnya aku sampai di terminal, bergegas membeli tiket dan masuk ke dalam bus. sekarang aku hanya tinggal menunggu bus jalan. sembari menunggu yang aku lakukan adalah melamun.
_______________________________________
See You Next Page 👋
Lumut Hijau
KAMU SEDANG MEMBACA
Sleep And Law
FantasyCerita ke-tujuh "Orang-orang menyebutku Mata psikopat karena aku memiliki tatapan yang tajam bak psikopat!" Aku menatap tajam penuh penentangan pada mata orang di depanku yang kini sudah berpaling menghindari tatapanku. Jadi ini adalah sebuah cerita...