CERITA INI SEDANG DALAM TAHAP REVISI
Happy Reading
Motor sport hitam yang di tumpangi Tasya berhenti di sebuah jembatan, Zicho membawanya kemari mungkin tempat ini bisa membuat Tasya tenang.
Tasya turun dirinya masih nangis sesenggukan apa yang terjadi baru saja sungguh membuat hatinya hancur.
Zicho Manarik tangan Tasya menuju jembatan keduanya sama sama terdiam, di sini sunyi tak ada siapa siapa.
"Lo boleh teriak, lepasin semuanya," ucap zicho memberitahu.
Tasya menoleh, tatapan itu bukan tatapan Tasya yang ceria, pecicilan, seperti biasanya namun, sekarang tatapan itu di dominasi kerapuhan.
Tasya menarik napas pelan, menutup matanya menahan rasa sakit yang kian membuncah, dirinya berteriak dengan begitu kencang.
Tasya kembali menangis membuat zicho menariknya kedalam dekapan, mengelus punggung tasya pelan yang bergetar hebat.
"Mereka jahat!" Lirih Tasya.
"Mereka gak sayang sama gue!"
"Gue benci sama mereka." Isak kan Tasya semakin terdengar dirinya memukul dada zicho.
Zicho mendekap Tasya erat hatinya ikut sakit saat Tasya rapuh seperti ini, Tasya yang ceria, pecicilan kini begitu rapuh. Cukup lama mereka berpelukan Tasya masih saja menangis.
"Sini duduk," pinta zicho dengan melepaskan pelukannya pelan, menyuruh Tasya duduk di dekatnya.
Hening!
Hanya ada suara Isak tangis Tasya, hatinya sungguh hancur bagai di hantam batu besar.
'kamu mau ikut papah atau mamah?'
Kata kata itu terus berputar di ingatannya, mengapa ia yang harus jadi korban di sini? Keegoisan kedua orang tuanya membuat ia tersiksa.
"Mereka gak sayang sama gue," lirih Tasya menatap ke depan kosong "Sibuk kerja, bisnis bisnis dan bisnis, mereka gak pernah mikirin gue,"
"Gue butuh kasih sayang, gue pengen di elus mamah, gue pengen main sama papah, liat sekarang bukan kasih sayang yang gue dapat, mereka hanya mementingkan egonya sendiri."
"Keluarga gue hancur Cho." Tasya kembali terisak menundukkan kepalanya.
Zicho diam ia tak tau harus bagaimana, memang perpisahan adalah suatu hal yang paling menyakitkan dari apapun.
Apalagi Tasya hanya anak semata wayang kekurangan kasih sayang, orang tua yang hanya mementingkan bisnis dan egonya masing masing.
mampu membuat Tasya rapuh seperti ini.
"Gua gatau harus bicara apa, yang gue tau." Zicho menjeda ucapannya menarik dagu Tasya pelan "Lo wanita kuat," sambungnya menatap manik mata tasya.
"Ayo bangkit, buktiin sama kedua orang tua Lo kalau ke-egoisan mereka Gak akan membuat Lo rapuh, dan patah semangat!" Nasihat zicho.
KAMU SEDANG MEMBACA
SYILLA || SELESAI
Jugendliteratur•Follow Sebelum Baca •Vote Serta Komen Judul Sebelumnya [My Psycho Grillfreind] "Menganggu ketenangan saya? Anda mencari mati!" Syilla Raquenla Brawijaya, orang orang mengenalnya dengan gadis cupu, miskin, bisu dan pintar namun siapa sangka di ba...