23. (?????) 2

113 37 0
                                    

Kalian luring/ daring nih?

***

Jam mata pelajaran kali ini kelas Bulan jam kosong karena gurunya sedang sakit jadi tak bisa datang mengajar.

Dan karena jam kosong itu, suasana kelas malah menjadi ramai karena tak ada guru. Apalagi guru yang sedang sakit itu tak meninggalkan tugas. Membuat murid-murid yang selalu menunggu waktu-waktu menyenangkan bagi mereka seperti ini senang kelewat batas.

Tapi bagi beberapa murid-murid yang hobi mengambisus, mereka malah bingung memikirkan akan satu hal, "Apakah guru mereka sakit separah itu sampai tak bisa meninggalkan tugas dan hanya bisa memberikan kabar saja bahwa dia sedang sakit?"

"Lan, ini ada paket buat lo," ujar seorang teman kelas Bulan yang datang berjalan menghampirinya.

Bulan yang tengah duduk sambil merenungkan paket misterius yang beberapa hari lalu datang jadi mendongak dengan tatapan bingung.

"Paket?" beo Bulan.

Siswi tadi mengangguk. "Hm... Gue tadi waktu ke parkiran buat ngambil jurnal gue yang ketinggalan di jok malah dipanggil pak satpam dan dia ngasih ini," jelasnya.

Bulan menerima paket yang di bungkus kotak yang cukup besar itu. "Dari siapa?" tanyanya seraya mengamati bagian luar kotak. Siapa tahu ada petunjuk.

"Gak tahu gue. Pak satpam aja juga gak tahu."

Bulan mengangguk dengan sedikit ragu. Ada rasa takut juga sebenarnya di benaknya karena paket misterius ini kembali mendatanginya.

"Hm... thanks, ya," ucap Bulan. Seburuk-buruknya dia sebagai manusia yang jarang dan tak suka berinteraksi, Bulan tetap menerapkan adab sopan santun yang ada. Maaf, terimakasih, dan tolong.

***

Dan di waktu istirahat, Bulan menyempatkan diri untuk melihat isi kotak tadi di taman belakang. Tak lupa, ia membawa paket yang beberapa hari lalu datang untuknya.

Sebenarnya, di hari setelah dia dikirimi paket misterius itu, Bulan lebih memilih membawanya kemanapun ia pergi karena takut jika ada orang "usil".

Bulan memilih taman belakang karena tempatnya cukup sepi untuk membuka kotak itu yang merupakan privasi.

Bulan mendudukkan diri di salah satu bangku panjang yang ada di sana, ia duduk sedikit menjauh dari tempat anak-anak rajin yang sedang sibuk membaca buku tebal mereka karena Bulan takut dirinya akan mengganggu.

"99×3-56:8+711 dengan urutan, dikurangi uang kertas nominal terkecil sekarang."

Tulisan tersebut terpampang jelas di selembar kertas dari dalam kotak paket misterius itu.

"Matematika," ujar Bulan yang mengamati dengan jelas angka-angka yang tersaji.

"Walaupun gue bisa MTK, tapi jangan diajakin main beginian lah anjir, gak paham gue-nya!" maki Bulan kepada orang yang mengirimkannya paket.

Karena malas menghitung, Bulan menghitung deretan angka yang tersaji dengan kalkulator di ponselnya sesuai dengan petunjuknya, berurutan.

"Seribu satu," ujar Bulan melihat hasil hitungannya. Setelahnya ia terdiam, mencoba untuk fokus mengamati dengan cermat jumlah angka yang diberikan.

"Uang kertas paling kecil, kan, 1000... berarti hasilnya 1."

Bulan berdecak keras. Tanpa memperdulikan sekitar, ia memotret kertas serta kotak paket itu. Hanya untuk berjaga, siapa tahu ada yang membahayakan.

Patrick and SabitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang