The end

875 96 88
                                    

2 tahun kemudian

Sore hari ini masih menjadi sore sama seperti sore-sore sebelumnya, aroma bunga kamboja masih senantiasa menyambutnya di penghujung jalan menuju arahnya pergi. Cerah dan hangatnya matahari masih belum mampu mengatasi teduh dan redup yang masih menyelimuti hatinya sampai saat ini.

Dua tahun berlalu. Hampir dua tahun pula ia mencoba memaafkan dirinya sendiri yang tak kunjung dapat di terima oleh dirinya sendiri. Dari sekian banyak hal yang menyedihkan di dunia ini, kehilangannya adalah salah satu yang terburuk yang pernah ia alami. Ia tak pernah sedikit pun melupakan pamitnya ketika ia akan pergi karena ia tau bahwa dirinya tidak menyukai perpisahan tanpa pamit.

Namun pada akhirnya dirinya justru yang pergi tanpa pamit. Setelah usai berbulan tak berjumpa, pertemuan itu adalah pertemuan terakhir mereka. Sentuhannya pun menjadi sentuhan terakhir yang dirinya berikan. Kata rindunya pun menjadi yang terakhir yang pernah dirinya ucapkan.

Tersisa satu blok terakhir, tiba-tiba langkahnya sempat terhenti karena sesak yang tak dapat ia bendung lagi.

"Ari," lita menepuk punggungnya

"Gue udah janji gak nangis kalo dateng ke sini kak, jadi lo duluan aja sama bunda, gue mau tenangin diri dulu. Setelah itu gue nyusul" ia berbalik meninggalkan lita dan bundanya yang mematung di tempatnya menahan sekuat tenaga airmata yang sengaja mereka bendung sebelum mereka memutuskan untuk datang ke sini.

Bunda haruto dan lita membersihkan makamnya dan menyiram batu nisannya dengan air, juga menaburi bunga yang telah mereka beli di pintu masuk. Mereka juga memanjatkan doa terlebih dahulu untuknya, untuk kebahagiaanya san ketengannya di sana.

"Assalamualaikum cantik, bunda dateng" baru satu kalimatnya terucap, aimatanya meluncur dengan bebas dari matanya

"Apa kabar di sana? Baik-baik aja yaa? Huu bunda belum puas ketemu sama anak cantik, sama anak baik kayak kamu. Harusnya bunda ketemu kamu lebih cepat yaa, biar gak ada penyesalan seperti sekarang. Bunda mau bilang hal yang sama lagi ke anak cantik, kamu yang tenang yaa di sana, harus bahagia juga yaa? Lebih bahagia karena bisa ketemu ibu gak apa-apa kok sayang, bunda malah ikutan seneng di sini. Maaf ya, bunda gak bisa temenin anak cantik lewatin masa-masa sulitnya, bunda sebagai ibu harusnya bisa temenin kamu. Maafin bunda yaa. Yah maaf juga bunda gak janji lagi, soalnya airmata bundanya bandel jadi jatuh terus, maaf ya cantik. Bunda selalu akan selalu sayang juga sama anak cantik, bunda sayang anya" setelah itu bunda haruto pergi meninggalkan lita untuk menghampiri haruto.

"Assalamualaikum anak baik, lo baik-baik aja pasti kan di sana? Udah ketemu sama ibu sama kak aya juga" lita mengulas senyumnya seraya mengusap batu nisannya.

"Tau gak sih nya, hrusnya lo pake ini juga sekarang, harusnya kita ambil foto berdua hari ini bertiga deh ajak jazli jugaa-" bibir melengkung yang ia tujukan tetap tak bisa menahan airmatanya untuk terus berdiam diri di pelupuk matanya.

"Kalo ada lo di sini, udah pasti paling pasti lo bakal berada di jajaran orang-orang yang berprestasi nya, dan gue bakalan banggain lo ke seluruh dunia kalo gue bangga punya sahabat kayak lo. Sahabat yang cantik, yang baik meskipun kadang galak sih, sahabat yang pinternya gak ketolongan dan sahabat yang bener-bener bisa gue andalkan dalam hal apapun. Gue senang bisa kenal sama orang sekuat lo, nya. Gak ada yang bisa ngalahin lo perihal menjadi sahabat gue, lo tetep yang terbaik yang pernah ada. Makasih banyak yaa"

"Karena semua orang kenal sama lo, semua orang sayang sama lo, gue sengaja minta dibuatin ini khusus buat lo. Dan gak ada yang keberatan nya, semuanya bilang iya buat lo." Lita meletakan toga, jubah wisuda beserta piagam di atas makam anya.

"Gue sayang sama lo nya, sayang bangett. Lo harus bahagia di sana, jangan khawatir kanaya gue yang jagain eh kak kanaya maksudnyaa" lita sekali lagi mengulas senyumnya kemudian menghampiri haruto dan bundanya.

Comρlicαtҽd✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang