dix : changed

538 108 45
                                    

Anya terbangun dari tidurnya, dengan keringat bercucuran dan nafas tersengal. Anya tak tau kenapa ia harus kembali memimpikan hal itu, secara berurutan tanpa jeda.

"anya? Kenapa nya?" tanya lita saat ia kembali dari toilet, seingatnya tadi anya masih tertidur dengan tenang. Namun sekarang keadaannya justru membuatnya khawatir

"taa, mimpi-"

"ayo gue anter keluar, biar gue minta izin aja yaa biar lo istirahat di ruang kesehatan"

"gue sendiri aja"

"tapi nya-"

"taa"

Lita menuruti keinginan anya membiarkannya pergi sendiri. Selain ia benar-benar khawatir dengan keadaan anya, ia juga ingin melewatkan kelas saat ini. Bagaimana ia mengerjakan soal-soal kimia  kalau anya tak bersamanya.

"ah anyaa, lo- lah ini jaket bukannya punya?" lita tak sengaja melihat isi tas anya dan di sana terdapat sebuah jaket yang rasanya tidak asing untuknya

Ada apa sebenarnya dengan anya. Kenapa semenjak kejadian itu, anya terus-menerus mengingat tentang apa yang sudah ia susah payah lupakan.

"eh liat-liat kalo jalan" ucap seseorang yang tak sengaja anya tabrak

"sorry"

"anya?"

"lo gak mau bilang apa-apa sama gue?" tahannya

"gue, lepas"

"haruto, ayo" junior memanggil namanya

Akhirnya haruto memutuskan untuk meninggalkan anya, percuma berbicara dengan orang yang jiwanya bahkan tidak ada dengannya. Tapi niatnya hanya angan-angannya saja,

"kalian duluan aja, gue ada urusan"

"to, to, harutooo" mereka menggelengkan kepalanya melihat haruto kembali menemui gadis menyebalkan itu.



»»»★★«««

Bukan ruang kesehatan yang anya kunjungi, melainkan lapangan basket di samping sekolah. Lapangan yang sudah lama tak terpakai, ia yakin tak mungkin ada orang lain selain dirinya di sini.

Saat ia sedang sibuk dengan pikirannya, tiba-tiba bola basket melambung ke arah ring dengan tembakan yang sempurna. Dengan cepat ia melihat ke arah belakang,

"fuhh" haruto meniup dan menepuk tangannya karena berhasil menembak bola dengan baik

"ngapain di sini? Masuk kelas sana" ujar anya tanpa melihat ke arahnya

"lo ngomong sama siapa?"

"lo"

"kakak kelas tapi attitude masih kalah sama adik kelas. Badung kayak gini juga gue tau kalo ngomong gak liat mukanya itu gak sopan"

Anya memalingkan wajahnya pada haruto, dengan perlahan haruto duduk di sampingnya membalas tatapan anya.

"nih, gak liat? Bibir gue masih robek?"

"kalo lo harap gue minta maaf mending gausah, karena itu gak akan terjadi. Dan kalo lo mau gue obatin luka lo engga akan juga, karena keliatannya udah diobatin. Daripada di sini mending lo pergi, gausah muncul depan gue" setelah itu anya memutuskan tatapannya dengan haruto

Anya kira ia akan pergi menuruti keinginannya, namun siapa tau dia justru berpindah tempat ke arah lainnya untuk kembali mendapat tatapan anya,

"gue yang mau minta maaf." jeda haruto

"maaf karena gue udah lancang bahas dia di depan lo. Maaf karena gue dengan asal menilai dia padahal gue gak tau kebenarannya dia gimana. Gue minta maaf"

Setelah haruto selesai berbicara tiba-tiba ia menghela hafasnya. Bukan seperti ini yang dia rencanakan,

"tuh gue udah minta maaf, gausah masang muka dingin lo lagi kalo liat gue, risih tau gak?"

"ngaca, muka lo lebih dingin kalo liat gue naruto"

"haruto"

"gak, gue panggil lo naruto aja meskipun gue lebih suka avatar sih" anya seolah berpikir dengan keras

"gue gak nanya dan gak mau tau" jawab haruto acuh

Ponsel haruto tiba-tiba bergetar,

"halo"

"emang udah pulang?"

"oke gue kesana"

Haruto menutup sambungan panggilan yang baru saja ia terima. Wah benar-benar tidak ada tanda orang yang berlalu lalang di sekitar sini, sampai ia tak tau sekarang waktunya pulang.

"siapa? Lita?" tanya anya

"bukan, gebetan gue. Udah ya gue duluan, lo pulang jangan di sini kesurupan tau rasa gak ada yang tolongin"

Wah anya tak habis pikir dengan haruto. Bisa-bisanya ia membahas hal seperti itu di sini. Sial, anya merinding.

"bocah kurang ajar, kalo ngomong gak pernah dijaga" gumamnya

Entah perasaannya saja atau bagaimana, haruto sedikit sibuk mengurusi hidupnya. Anya kira ia berniat menebar pesona padanya, tapi ternyata tidak. Baru saja ia menyampaikan bahwa panggilannya berasal dari gebetannya.

"hih otak gue udah konslet" anya mengetuk kepalanya

Anya berlalu dari sana tanpa menyadari bahwa dirinya sudah berhenti memikirkan hal itu. Ia bahkan tak menyadari bahwa rasa sesaknya hilang.

Dan tak sadar, bahwa amarahnya mengenai haruto yang asal menilai tentang dia juga ikut menghilang bersama kepergiaan dirinya dari lapangan basket.




»★━━━━━༻✿༺━━━━━★«
Tuesday, march 2nd 2021
(Reupload karena notif gak masuk oh sht:'" )

- isnaa_nisaa -

Comρlicαtҽd✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang