dix-sept : decision

434 103 61
                                    

"taa"

"hmm"

"lita ihh"

"kenapa anya sayang hmm? Mau apa mau pesen lagi yaudah pesen aja"

"bukan itu, apaa.. Haruto ada gak sih?"

Lita yang semula sibuk membalas pesan adik-adik gemasnya tiba-tiba mengalihkan perhatian pada anya, tak menyangka bahwa anya akan membicarakan haruto.

"ada lah, emang mo kemana"

"kok gak pernah keliatan? Berasa beda sekolah haha"

"biasa lahh arion gtloh, kan bentar lagi ulangan jadi lagi sibuk-sibuknya bikin tugas yang ketinggalan makanya jarang keluar kelas mungkin. Lagian, lo ngapain hayoo tanyain arion? Ada apa-apa ya?" tanya lita penuh selidik

"mungkin,"

"nya, serius? Kok bisa?"

"henteu ketangg boongg doang hahaha muka lo itu lohh kenapa serius sihhh" anya masih dengan santai menertawakan lita yang sudah panas dingin mendengar jawaban asal anya, atau mungkin tidak asal? (enggak dehh boong,)

"astagfirullah nya, gak boleh ngagetin orang kayak begituu kalo gue jantungan gimana? Lo siap gue tinggal?"

"siap lahir batin"

"Heh"

Anya sebenarnya juga tidak mengerti, kenapa yang ia pikirkan hanya seputar haruto. Ia hanya berniat memejamkan matanya sebentar, namun siapa sangka saat ia kembali membuka matanya ia berada di dalam kamarnya.



━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

Berpuluh kilometer dari keberadaan anya, ada satu orang yang saat ini sedang gugup. Ia baru tau kalau menghubungi anya adalah hal yang paling membuatnya gugup selama tahun ini. Setelah sekian jam tidurnya anya rampas, haruto tak sadar bahwa ia sudah jarang bersama perempuan.

Seperti dalam drama yang selalu lita tonton atau cerita yang lita baca dalam wattpad, haruto seolah menjadi seorang laki-laki yang menjadi tokoh utama dan terkena sihir seorang Anya. Perempuan yang paling tidak ia mengerti melebihi lita dan bundanya.

Sedikit membual, tapi tidak sepenuhnya salah. Karena ia benar-benar merasakannya saat ini.

"anjir perasaan cewe lain gampang aja gitu gue telepon, lah yang ini" gumamnya

"arionn, apaansih bolak-balik mulu sana ah ke kamar gausah ganggu gue nonton"

"kak"

"diem ya lo, biasanya kalo udah begini bahasan lo mendadak serius gue males jawab sekarang lagi nonton pegii lo"

"gak bisa banget di ajak-"

Setelah itu haruto berlalu dari hadapan lita karena ia sudah bersiap melemparkan remote yang sedari tadi ia genggam.

Yasudah kalau begitu, haruto juga tidak niat memberi tau lita.

"sialan kok gue degdegan sih nying kalah inimah kalo dibanding sama nembak cewe" gumam haruto, ia sudah menghabiskan 2 gelas jus yang ia pesan saat berada di cafe.

Namun tak lama seseorang datang dari arah pintu masuk. Ia mengenakan hoodie dan celana cukup pendek serta mengenakan sepatu vans, berjalan ke arahnya dengan cukup tenang. Namun tetap saja orang-orang yang berada di sana kagum dengan penampilan sederhana yang ia tunjukkan.

"haii naruto" sapa anya dengan senyum khasnya dan kini, dengan tatapan yang berbeda dari sebelumnya. Ini anya.

"oh, hai"

"Udah lama?"

"Engga"

"Oh iya btw gue sempet heran loh tiba-tiba kita gak pernah ketemu di sekolah, eh sekarang ada malah lo di depan gue"

"ah itu-"

"tugas kan? Lita udah cerita kok"

Tugas? Tugas yang mana? Ah dasar lita, selalu ahli dalam membuat alasan yang payah. Bodo amat dengan lita, kini hanya melihat anya memilih menu saja haruto sudah di buat diam tak berdaya. Padahal niatnya kan ingin bertanya soal,

"ada apa tiba-tiba mau ketemu?"

Otaknya bekerja secara otomatis saat anya menanyakan pertanyaan yang memang seharusnya ia tanyakan padanya.

"lo yang ada apa cariin gue?" tanyanya balik

"gue? Cariin lo? Lahh ngapain anjirr mana ada" ujar anya dengan tawanya

Antara menyangkalnya terus atau memberikan alasan yang logis, haruto melihat itu dari sorot mata anya. Wah, semenjak bertemu anya haruto selalu berbicara dengan manatap lawan bicaranya

"jangan lo pikir kak lita gak kasih tau gue kalo lo tanyain gue, justru lo sengaja tanya biar kak lita sampein ke gue"

Benarkah? Apa benar anya berpikiran seperti itu?

"gue, cuma tanya sekali doang"

"lo mengucapkan dengan mulot lo hanya sekali, tapi berulang kali mengucapkannya melalui tubuh lo kalo lo selalu cari seseorang kalo di sekolah dan itu, gue"

Anya dibuat bungkam oleh haruto, ia sedikit lebih dingin semenjak kejadian terakhir itu.

"gue bukan kepedean, tapi melihat reaksi lo saat ini kayaknya bener kan?"

Kemana perginya anya yang selalu berargumen dengan siapapun, kenapa saat ini anya bahkan tak merespon haruto

"apa karena pelukan itu, lo jadi sedikit tertarik sama gue? Apa lo nyaman karena sekian lama ada orang lain yang bersedia menjadi tempat bersandar lo setelah sebelumnya posisi itu hanya ditempati orang sebelum gue?" Haruto menjeda,

"gue bahkan udah tertarik sama lo jauhh dari sebelum lo kini yang mungkin tertarik sama gue terlepas karena alasan apapun. Lo inget pertama kali kita ketemu di gerbang? Kalo lo mau tau gue dateng bareng kak lita, sepagi itu. Tapi gue gak sengaja liat lo di sana, entah ide darimana gue sengaja dateng paling akhir karena dengan begitu lo menaruh perhatian sama gue, " jeda haruto, ia sejenak beradu pandangannya dengan anya.

"dan bener aja kan. Waktu selesai orientasi gue perhatiin lo deket banget sama yang namanya june june itu. Pas di rumah, kak lita nanya gue kenal sama lo atau enggak, gue pura-pura gak kenal. Dan hebatnya lita suruh gue deketin lo meskipun sesudahnya ia tarik kata-katanya balik. " haruto terkekeh kembali mengingat wajah lita, namun di depannya anya hanya memandang dengan wajah datar.

"hari setelahnya, gue duduk di samping lo ternyata lo inget sama gue. lo tau segimana bahagianya gue saat itu? Banget nya. Gue sengaja nyuruh seseorang datengin meja kita dan bilang kalo ada orang nungguin gue padahal engga, gue cuma mau liat reaksi lo. Dan seterusnya gue coba berada di sekitar lo sendiri atau sama cewe lain tapi lo seakan menutup mata dan gak pernah peduli. "

"setelah itu gue nyerah dan coba buat biasa aja sama lo. Tapi pas di taman belakang sekolah? Lo kembali sadar akan keberadaan gue bikin gue gagal terlepas dari bayang-bayang lo. Dan kejadian-kejadian lainnya yang bahkan lo gak sadar kalo gue ada di sana"

"jadi, keputusannya ada di tangan lo. Kalo lo mau sepenuhnya bersandar ke gue, konsekuensinya jelas dengan ceritakan semuanya ke gue, perlahan aja gue terima. Tapi kalo emang lo gak mau, mending berhenti cari gue dan ikuti pilihan lo. karena gue juga butuh alasan untuk menjadi tempat bersandar lo, tempat yang lo rasa nyaman sebagai rumah"

Malam itu, haruto dan anya hanyut dalam pikirannya masing-masing. Anya harus memulai atau mengakhiri sesuatu yang bahkan belum ia mulai.


»★━━━━━༻✿༺━━━━━★«
Monday, april 19th 2021

- isnaa_nisaa -

Comρlicαtҽd✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang