seize : hesitate

442 106 47
                                    

Pagi ini anya menatap dirinya lewat pantulan cermin yang berada di depannya. Ia kembali mengingat malam itu, di saat keheningan menyelimuti di antara dingin yang semakin terasa ketika ia bercerita tentang masa lalunya. Pertama kalinya setelah aya, ada bahu yang ia gunakan bersandar, ada tangan yang mengusap kepalanya dan mengatakan bahwa semua aka baik-baik saja.

Haruto. Mengingat namanya saja membuat anya malu setengah mati, kenapa ia harus menangis dalam pelukannya. Sumpah ini semua gara-gara suasana malam itu yang terlalu mendukung ia bercerita tentang saat itu. Padahal haruto sudah menahannya.

"haaah anyaa lo kenapaa sih" anya menghela nafasnya berat saat keluar dari kamarnya

"kenapa nya?"

"aakk, kak nay ngapain muncul dadakan sih kaget kan"

"sorry, udah siap kan? Let's goooo"

Anya tersenyum, kali ini senyum tulus yang sering ia tampakan.

Saat dalam perjalanan kanaya tak berniat memulai percakapannya dengan anya karena jika ia harus memulai, topiknya hanya satu, haruto.

Namun ternyata anya menyadari perubahan kanaya. Memang mereka jarang berbicara satu sama lain, tapi biasanya kanaya tak akan pernah membiarkan suasana mereka sehening sekarang. Terlebih kanaya juga tak menyalakan radio mobilnya membuat anya bertanya-tanya apa yang sedang ia pikirkan.

»»»★★«««

Jauh dari bayangan anya, ia kira haruto justru akan muncul dengan mudah di handapannya jika bersama lita. Namun ia tak sedikit pun berada dalam pandangan anya.

Sadar anya, ngapain juga harus ketemu dia -anya

Anya terlalu bergelut dengan isi pikirannya hingga tak sadar bahwa lita sedari tadi mengajaknya berbicara dan memanggil namanya berulang kali.

"anyaa"

"YAA?"

"GAUSAH NGEGAS JUGAA, GUE MASIH DENGERR"

"kenapa sih?!"

"lo yang kenapa? Gue panggil gak nyaut, gue ajak ngomong gak respon jiwa lo lagi adaa dimanaa?"

"ya di sinilah, sama lo tepat di hadapan lo lalita"

Tak jauh berbeda dengan haruto yang bergumam nama anya saat sedang demam kemarin, pasti anya memikirkan haruto dan bertanya mengapa ia tak kunjung melihatnya. Lita tau dengan jelas. Dan sebenarnya apa yang mereka bicarakan saat itu.

Berulang kali lita berniat menanyakannya pada kanaya, namun berulang kali juga ia menyimpannya seorang diri. Bukankah bagus jika anya menemukan orang lain selain aya, mungkin haruto memang bangsat untuk urusan perempuan. Tapi tak menutup kemungkinan ia berubah kan? Yaa meskipun lita tidak yakin, tapi apa salahnya mencoba.

"malah lo yang bengong, jiwa lo lagi di belahan bumi mana taa?"

"Dasar copass, udah ah mending kita ke kelas aja udah mau masuk juga" lita menyeret tangan anya dari kantin

Hingga tak lama seseorang yang sedari tadi mengganggu pikirannya menampakkan wajahnya setelah memastikan bahwa anya dan lita telah pergi. Kalo memang kanaya ingin seperti ini, baiklah akan haruto turuti keinginannya.



»»»★★«««

Lagi-lagi anya menghela nafasnya karena menyadari perubahan sikapnya hari ini. Sebenarnya apa yang dia harapkan saat bertemu dengan haruto? Pelukannya atau sentuhannya begitu? Jangan gila. Tadi pagi saja ia susah payah menyiapkan jawaban kalau-kalau haruto menghujani pertanyaan lain atau malah meledeknya.

Lita memandang jauh anya yang sudah berada di halte 5 menit lalu. Ia sampai menolak pulang bersama lita dan berlari menuju halte seorang diri.

"gila anya, lo gilaa kann?" gumamnya

Sementara tanpa lita ketahui ada adik sepupunya yang juga memperhatikan anya di belakangnya. Ketika ia berniat menemui anya tiba-tiba sebuah mobil berhenti tepat di depannya, itu kanaya.

Benar-benar tak ada satu pun celah yang dapat ia gunakan hanya untuk sekedar bertegur sapa dengan anya. Kejadian malam itu ia yakin meninggalkan kesan berbeda untuk anya. Namun sepertinya untuk bertanya tentang keadaan saja haruto tak dapat melakukannya lagi.

"ari, makan dulu" suruh lita padanya saat ia memasuki rumahnya

"gak laper"

"jangan gitu, tadi pagi lo juga bilang gak laper. Tadi siang lo makan gak?"

Haruto berlalu melewati lita tanpa ingin menjawab pertanyaannya membuat lita geram. Kalau bukan karena kanaya, ia malas melakukan ini. Kemusuhan dengan haruto bukan sesuatu yang baik untuknya. Tapi ia tak punya pilihan lain.

"haah kanaya, untung kakaknya anya. Kalo gak hwakk lo" pergerakan lita seolah meremas sesuatu di tangannya

"terus kenapa mau-mau aja disuruh musuhan sama gue hah?!"

"YA ALLAH, NGAGETIN AING SIAA ARIONN"

"bodo, kalo gak mau ngomongin anya mending lo diem gue juga dengan senang hati kok gak ngomong sama lo. Gue cuma mau makan abis ini balik kamar,"

Sempat merenung dengan ucapan haruto, dengan cepat lita menggelengkan kepalanya.

"bodo amat, iya udah nih gue ngomong sini lo" haruto yang sudah menyentuh pintu kamarnya kemudian kembali duduk di kursi depan lita.

"jadi?"

"yang waktu itu lo sama anya di taman, gue sama kak nay liat rii. Pertamanya kanaya cuma diem ngeliat kalian berdua, tapi tiba-tiba di panggil nama gue dan bilang adik sepupu kamu, jauhin dia dari anya yaa, gitu. Bahkan sebelum gue tanya kenapa kak nay gak mau denger dan bilang hal itu sekali lagi terus pergi"

"tapi, kenapa kak?"

"yaa mana gue tauu sarimin kan gue bilang dia pergi aja pas gue mau tanya"

Tak mampu haruto menahan bebannya untuk tak bertanya pada salah satu di antara keduanya

"kak, lo kenal anya gimana sih?"

"Kenapa lagi?"

"ya penasaran aja, emang dari dulu orangnya, kehidupannya emang semacam tts gitu ya?"

"kayaknya sih"

"terus kalo tau gitu kenapa masih temenan? Emang lo gak pernah penasaran?"

"mana gue tau, pertemanan kita yaa ngalir aja dia juga gak bersikap kayak yang akhir-akhir ini kita liat. Emang dulu susah banget gue sentuh dia, tapi tiba-tiba dia berubah sendiri. Semakin kenal malah sedikit demi sedikit teka-teki itu mulai tercipta, dan masa iya gue gak penasaran, penasaran bgttt aing sampe emosi tapi lidah kelu aja gak bisa tanya anya langsung"

"Gue juga cuma tau kak aya lewat dia karena sering cerita, fyi anya murid pindahan"

"iya? Serius?"

"sumpah merayap menjadi calon waketos yang untungnya emang kepilih, katanya sih dia mau menyibukkan diri dan bener aja sibuk banget sampe perlahan dia berhenti omongin kak aya pas lagi sama gue. Di situ gue tau anya udah sedikit lupa"

"itu aja belum tuntas penasaran gue rii, lah sekarang apa pula ayahnya rela sakitin dia kayak ginii, anya kok kuat ya?"

Iya, kenapa? Bisa sekuat itu?

Anya menceritakan sedikit celah tentang ayahnya dan aya itu. Bagian menyakitkan yang anya ringkas tentang ayahnya dan bagian indah yang juga ia ringkas tentang aya, yang ia ceritakan terakhir kali masih tetap menjadi pertanyaannya.








»★━━━━━༻✿༺━━━━━★«
Wednesday, april 14th 2021

- isnaa_nisaa -

Comρlicαtҽd✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang