onze : what's he like?

537 115 52
                                    

Berbulan-bulan berlalu, keadaan masih sama. Anya dengan hati yang ia tutup dengan rapat, lita dengan kedekatannya dengan puluhan adik kelasnya, jazli dan asna yang semakin lengket, haruto yang terus berganti perempuan dan june yang masih setia pada pilihannya, Anya kyra fidelya.

Anya sudah hampir berdamai dengan haruto dan teman-temannya yang lain.

Anya bahagia saat pangkatnya itu sudah tak ada, ia dapat melakukan hal apapun saat ini. Ia sudah bukan seseorang yang harus menjadi contoh lagi, kini ia hanya menjadi dirinya. Menjadi seorang anya.

"pagi jaz" sapa anya saat tak sengaja bertemu dengan jazli di parkiran

"ohh pagi anya, asik tumben cerah banget pagi ini"

"gue biasa-biasa salah, gue cerah ceria juga salah. Terus gue harus gimana"

"gak salah nya, engga. Tumben aja gitu, ya kalo bisa gini ajaa gitu tiap pagi kan enak mata memandang, udah ah gue duluan bidadari ada di depan tuh"

"asna sayanggg"

Jazli orang yang baik, ia berhak bertemu orang baik juga seperti dirinya. Kalo anya ditanya apakah ia menyesal pernah menolak jazli? Jawabannya tidak. Justru ia sangat senang saat orang di sekitarnya bahagia. Dulu sekali, asna menertawakan jazli karena ia di tolak oleh anya. Tapi sekarang, ia justru bahagia dengan jazli.

Anya sendiri juga sudah kembali melupakannya meskipun tak jarang ia mengingatnya, namun hatinya tetap menolak siapapun.

"aw" tangannya tiba-tiba di tarik oleh seseorang, lalu motor dengan kecepatan cukup tinggi melesat di sampingnya

"hobi amat ngelamun"

"oh pagii naruto, makasihh btw" anya tak tau bagaimana nasibnya jika haruto tak menarik tangannya. Tapi, bukankah ada yang janggal. Haruto menarik tangannya?

"lo jalan kaki?" tanya anya saat menyadari hal itu

"hmm"

"pfft kenapa? Tumben"

"ketawa lo. Berisik ah gue mau ke kelas" ia berlalu meninggalkan anya

"narutoo tungguin, bareng-an"

"hei harutoo" sapa seorang siswi dengan baju ketatnya menghampiri haruto

"hai"

Amit-amit kalau nanti anya mempunyai anak laki-laki, jangan sampai sikapnya mirip dengan orang di depannya

"pulang bareng dong? Lo bawa motor kan?" ia menempelkan tubuhnya pada haruto

Astagfirullah anya, mata sucinya ternodai.

"gue gak bawa hari ini" jawab haruto jujur

"oh gitu, eh gue baru inget nyokap mau jemput gue duluan ya haruto byee"

Selain sering kali haruto hanya mendekati lalu meninggalkan banyak perempuan, tak jarang juga perempuan yang ia dekati lebih tertarik dengan motor mahalnya. Hampir tidak ada bedanya

"naruto, gue bilang tungguin juga, lo- lo ah gak jadi. Oh iya pertanyaan gue belum lo jawab, kenapa gak bawa motor"

"apaan sih kepo"

"suka-suka gue, emang kepo sebuah dosa? Kan engga jawab aja kenapa sih" kini anya mulai kesal karena haruto tak kunjung menjawab pertanyaannya

"disita, gara-gara ketauan sering balapan sama bunda"

"lagian siapa suruh balap-BALAPAN? MAKSUD LO BALAPAN KAYAK ROSSI GITU? LO? EMANG BISA?" teriak anya

"wah nantangin gue, bisa lah. Mau liat? Ikut kalo gue ada jadwal balap lagi" tantang haruto

Comρlicαtҽd✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang