senq: belenggu

738 134 21
                                    

Setelah satu bulan lamanya haruto bersekolah, sudah hampir semua teman satu jurusannya ia dekati. Tanpa kegagalan sedikit pun, jelas. Siapa juga yang mampu menolak pesonanya, bahkan kebanyakan dari mereka yang menunjukkan ketertarikan lebih dulu padanya

"har, bagi-bagi sih cewe lu banyak amat perasaan" ucap erza, teman sekelasnya

"ambil" jawab haruto santai sambil menyalakan korek yang ia ambil dari saku celananya lalu kebulan asap mulai keluar dari mulutnya

"asik nyebat, mau dong gue" ucap seseorang yang baru datang, junior.

"gak usah banyak gaya, nyesep 1 kali aja lu batuk-batuk sampe muka lo kayak cepot sampe pulang. Tar gue yang rempong ditanyain nyokap lo" dengan cepat aksa merebut rokok yang sudah junior pegang

Lagi-lagi junior mengerucutkan bibirnya hingga membuat adya bergidik ngeri. Bagaimana bisa orang sepolos ini masuk dalam pergaulan mereka. Merokok tak bisa, minum amer apalagi, tapi ada satu yang membuat adya kagumi tentang junior, Ia bisa melawan segala jenis manusia, pukulannya hampir sekuat gorilla.

Tanpa mereka sadari, ternyata ada seseorang yang memotret dengan diam dan berjalan ke arah mereka dengan wajah merah padamnya.

"peraturan udah jelas menyebutkan kalo di area sekolah di larang merokok. Dan jika ketahuan akan mendapat 100 poin dan panggilan orang tua"

"yaudah sih gausah ember aja mulut lo" jawab adya

"karena gue yang temuin kalian, gue minta sekarang kalian matiin rokoknya dan jangan sampe gue liat kalian ngelakuin ini lagi."

"lo siapa nyuruh-nyuruh kita?" sarkas erza

"matiin aja sih, setelah ini gue lepas kalian. Dengan syarat gak rokok di area sekolah lagi. Atau kalian lebih pilih gue serahin foto yang udah gue ambil biar jadi bukti?"

Sepertinya anya tak menyadari keberadaan haruto yang sedari tadi memandanginya. Rokoknya sudah ia jatuhkan entah kapan. Benar-benar orang yang berbeda dengan orang yang terakhir kali duduk bersamanya.

Tatapannya sangat mengintimidasi dan tak ada ketakutan di sana. Padahal yang sedang ia hadapi anak-anak badung yang bisa saja melukainya karena telah melarang mereka melakukan sesuatu yang mereka suka.

"oh jadi lo foto-" baru saja tangan adya mencapai saku baju anya namun entah bagaimana tiba-tiba ia merasa badannya menghantam keras tanah

"wow" celetuk aksa

Lalu tak lama junior maju berniat menghantam wajah anya dan entah bagaimana ia juga bergabung bersama adya merasakan badannya seolah remuk.

Kalau sudah begini bagaimana erza dan aksa maju. Sedangkan junior saja, yang notabenya paling kuat di antara mereka kini terkapar karena bantingan kilat anya. Setelah itu bel berbunyi hingga adya, junior, erza dan aksa lari menjauh dari pandangan anya. Saat itu pula matanya bertemu dengan,

"haruto?"

"lo bisa gak, gak usah ngatur-ngatur orang?" tanya haruto dengan tenang, tatapannya jelas tersirat, sedingin saat mereka pertama kali bertemu

Anya bergeming

Sementara haruto sudah pergi sejak beberapa menit yang lalu tanpa anya sadari

"calutak siah ka nu leuwih kolot" jika ia sudah kesal, sunda kasarnya akan meluncur begitu saja dari mulutnya (kurang aja lo sama yang lebih tua)

Sepertinya ia harus melaporkannya pada lita. Ia pasti belum tau kelakuan adik sepupu tidak sopannya itu. Liat saja,

»»»★★«««

Comρlicαtҽd✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang