01 The Deal - PB

1K 54 35
                                    

Kalian bebas bayangin siapa aja kok. Cast hanya untuk mempermudah aku memvisualisasikan karakter disini.

PEMBUKAAN

Happy reading and enjoy! Jangan lupa, harus klik dulu bintangnya baru boleh baca^^Komen yang banyak ❣•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading and enjoy!
Jangan lupa, harus klik dulu bintangnya baru boleh baca^^
Komen yang banyak ❣



"Lo gak kuliah?" Takanael memandang heran pada Navara. Pasalnya, gadis di hadapannya ini adalah siswi yang dikenal pintar di jurusannya, bahkan satu sekolah. Masa iya, tidak kuliah? Rasanya sedikit aneh bagi Takanael.

Navara memasang wajah datar. "Iya. Biasa aja kali reaksinya," jawabnya santai sembari meminum jus jeruk yang baru saja diantarkan oleh pelayan.

"Bukan gitu. Lo kan, pinter. Emang SNMPTN gak keterima? Atau lo gak nyoba SBM?" Nampaknya Takanael masih tidak percaya.

Menghembuskan nafas kasar, Navara lalu berdecak. Takanael bukanlah orang pertama yang bertanya seperti itu. Rasanya, setiap ada alumni yang bertemu Navara, pertanyaan tersebut akan selalu menjadi topik utama. Dan reaksi mereka tidak jauh berbeda dengan Takanael sekarang.

"SNM gue gak masuk. Gue gak nyoba SBM. Intinya, gue beneran gak kuliah. Kenapa sih lo...?!" bentak Navara kesal. Ia lalu menatap Takanael. "Seminggu setelah wisuda, gue dapet kerja." jelasnya tanpa ditanya.

Takanael menaikkan kedua alisnya karena terkejut. "Kerja? Bukannya ijazah belum turun saat itu?" tanyanya lagi.

Navara mengambil tisu, untuk mengelap bibirnya. "Emang belum." Navara lalu meremat tisu itu di tangan. "Tapi gue lagi kesel nih. Sebulan lalu resign, sekarang malah belum dapet kerja lagi," jelasnya dengan wajah cemberut. Navara bercerita tanpa diminta. Wajah marah dan sedikit rasa penyesalan terlihat jelas di sana.

"Harusnya lo jangan resign dulu sebelum dapet yang baru," nasihat Takanael. Navara hanya mengangkat ringan kedua bahunya.

"Tapi kalau lo udah nemu satu alasan yang sangat berpengaruh ke diri lo di dunia kerja, lo pasti akan melakukan hal yang sama. Karena ada satu hal dimana, gue udah gak bisa ada di tempat itu lagi." Navara memandang nanar ke depan. Seperti ada satu masalah serius yang sedang ia coba tutupi. Masalah yang mungkin tidak bisa Navara ceritakan pada siapapun.

"Oke. Oke. Gue terima alasan lo itu. Jadi, sekarang lo beneran gak sibuk ngapa-ngapain?" tanya Takanael. Ia teringat tujuan awal mengajak Navara untuk bertemu.

"Iya. Gue lagi free."

Takanael memandang wajah Navara cukup lama. Haruskah ia mengatakan tujuannya sekarang? Takanael sebenarnya belum terlalu mengenal Navara. Saat masih sekolah saja, mereka tidak pernah mengobrol. Bukan karena Navara sombong. Tapi, Takanael yang terlalu kaku saat masih duduk dibangku putih abu-abu.

Takanael lebih sering diam dan hanya mengobrol dengan teman satu gengnya. Mengobrol dengan adik kelas? Jangan harap. Apalagi adik kelasnya modelan Navara yang songong, yang selalu mengangkat dagu ketika berjalan melewati koridor sekolah. Melihat kakak kelas di hadapannya saja ia tidak peduli. Navara hanya terus berjalan, hingga sampai ditujuannya.

Pacar BayaranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang