Ten

3.2K 189 0
                                    


Anna sudah memikirkannya sepanjang malam soal perkataan dosennya mengenai pernikahan.
Dan soal pergi menemui papa nya untuk meminta izin. Anna sudah tau jawaban papa nya tanpa ia harus menemui papa nya. Papa nya tidak akan berkomentar jika putrinya memang ingin menikah, karena dulu Anna hampir menikah muda. Ya, kedua orang tua Anna sudah memilih seorang laki-laki untuk dijadikan tunangan anak semata wayangnya. Bukan orang Korea, tapi Thailand.
Saat itu Anna baru berusia tujuh tahun, dan masalah perjodohan atau pernikahan dini bukanlah suatu hal yang aneh di dalam tradisi keluarganya, sedangkan Anna hanyalah seorang anak kecil yang belum mengerti dunia. Dirinya hanya diperbolehkan untuk pergi sekolah lalu pulang dan bermain dirumah. Bahkan ketika remaja pun ia lebih banyak menghabiskan waktu dirumah usai sekolah. Mungkin karena dirinya sudah ditunangkan dengan seseorang, jadi ia hanya boleh menjalin hubungan dengan tunangannya. Bermain dengan tunangannya. Jadi, bagaimana Anna tidak jatuh hati pada calon suaminya kelak jika ia selalu disandingkan dengannya. Selama delapan tahun Anna beranjak remaja dengan tunangannya, merasa nyaman dan tenang. Anna pikir ia akan menghabiskan sisa hidupnya dengan laki-laki yang disukainya itu, tapi ternyata tidak. Menjelang kelulusan sekolah menengah pertamanya, sebuah kecelakaan bus menewaskan hampir semua penumpang nya. Anna dan tunangannya ada disana. Tapi Anna selamat sementara Anak laki-laki itu tewas.
Kala itu Anna hanya bisa menangis, meraung-meraung sampai membuatnya sakit cukup lama. Gangguan kecemasannya muncul karena trauma.
Setelah kejadian tragis itu, kedua orang tua Anna membawanya pindah ke Korea, ke tanah kelahiran papa nya.

Ketika Anna pindah ke sekolah barunya, ia cukup kesulitan berkomunikasi dengan teman-teman baru nya karena selama ini ia hanya fasih berbahasa Thailand. Saat itulah Jae yang merupakan murid terpintar di kelasnya mendekati Anna, mencoba berteman lebih akrab dan mulai membantu Anna dalam segala hal, termasuk membantu Anna mengatasi gangguan kecemasannya, membuat Anna pada akhirnya merasa ketergantungan padanya.

Sekarang, semua kisah itu tampak kelabu.
Terukir jauh didalam hati nya. Dulu ia kehilangan tunangannya karena kecelakaan dan seminggu yang lalu ia kehilangan mama nya karena kecelakaan. Entah mengapa Tuhan mengambil orang yang dicintainya dengan cara seperti itu.

Anna melihat langit biru yang terhampar di angkasa melalui kaca mobil. Ia menurunkan kaca nya lalu menghirup udara, memenuhi paru-parunya dengan oksigen pedesaan yang tanpa polusi. Ia berdeham pelan kemudian menutup kaca mobil. Anna menoleh pada Sewon yang tidak banyak omong selama perjalanan mereka menuju kediaman papa Anna.

"Kalau sekiranya bapak ragu, kita bisa putar balik disini." ujar Anna.

"Ragu? Kalau ragu, saya nggak akan sampai disini." jawab Sewon tanpa melihat Anna.

Kenapa juga dirinya harus ragu? Ini adalah kesempatan besar untuknya, kesempatan untuk mendapatkan menantu untuk mama nya. Pikir Sewon.

Beberapa menit kemudian mereka sampai dirumah papa Anna. Rumah itu bergaya tradisional, cukup besar menurut Sewon, tapi tidak ada halaman untuk parkir, kecuali dipinggir jalan diluar pagar tembok setinggi dua meter. Rumah Anna hampir mirip dengan rumah kedua orang tuanya di Changwon.

Anna turun lebih dulu dari mobil lalu Sewon menyusul. Gadis itu membuka selot pintu pagar besi lalu mendorongnya hingga terbuka, ketika mereka memasuki sepetak halaman hijau didepan rumah, papa Anna keluar. Anna memperhatikan pakaian papa nya, yang seperti bersiap akan pergi menunaikan tugasnya.

"Anna?" Suara papa nya terdengar seperti bertanya untuk memastikan, dengan mata menyipit untuk melihat jelas siapa yang datang.

"Iya, ini aku." Sahut Anna terus melangkah menghampiri papa nya. Papa nya memandang lurus kearah pria dibelakang Anna. Bertanya-tanya siapa kiranya bocah tampan yang bertamu bersama putrinya. Ia sangat mengenal perawakan Jae, dan jelas itu bukan Jae.

I'm Getting Old | Jeon SewonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang