Twenty Five

3.6K 149 4
                                    

Anna merasakan punggung tangannya masih berdenyut-denyut akibat bekas tusukan jarum infus pada pembuluh darahnya yang kini dibalut plester. Ia bersandar pada jok dan tidur -hanya memejamkan mata, tidak benar-benar tidur, sementara Sewon mengemudikan mobilnya melintasi jalanan sesak Seoul.

Dalam keadaan begini, Sewon yang biasanya selalu tampak keras itu sekarang menjadi lebih lembut dan perhatian. Ketika mereka sudah sampai di gedung apartemen, Sewon berkeras untuk membopong Anna meski Anna bilang ia bisa berjalan sendiri. Padahal dari lantai dasar parkir sampai ke lantai apartemen memakan waktu dan jarak yang tidak sebentar juga tidak dekat, tapi Sewon memaksa.

Beberapa menit kemudian mereka sampai di dalam apartemen. Sewon membawa Anna ke kamarnya dan mendudukan Anna di sisi tempat tidur. Sewon merendahkan tubuhnya dan menumpukkan salah satu lututnya ke lantai marmer didepan Anna.

"Ganti baju ya Na? Bajumu kotor." kata Sewon. "Mau dibantu atau sendiri?"

Setelah sekian lama, senyum Anna merekah, perhatian Sewon membuat dirinya tak kuasa menahan senyum. Ia kan bukannya pasien gawat darurat yang untuk berganti pakaian saja harus di bantu, ia hanya terkena musibah, sedikit.

"Sendiri, mau sekalian mandi." jawab Anna.

"Oke." balas Sewon, tidak memaksa dan tidak mendaftarkan diri untuk menemani Anna mandi. Takutnya ia malah kelepasan di kamar mandi.

"Abis mandi langsung istirahat." titahnya.

Sewon bangun seraya mendaratkan kecupan ringan di bibir pucat Anna.

"Saya tunggu diluar." kata Sewon sebelum memutar badan dan pergi.

Anna masih tersenyum sambil menunggu Sewon keluar dari kamarnya sebelum ia beranjak ke kamar mandi.

Sewon juga langsung membersihkan dirinya di kamar mandi setelah meninggalkan kamar Anna. Hanya sebentar, karena suara bel pintu terus saja berteriak memanggilinya.
Setelah berganti pakaian dengan celana panjang warna hitam serta kaos lengan pendek warna senada Sewon segera pergi untuk membukakan pintu.

Begitu ia membuka pintu, wajah garang Sana memenuhi bola matanya, gadis ini bahkan berkacak pinggang di hadapan Sewon.

"YA! Aku sudah memperingatkan mu untuk datang! Tapi kau malah enak-enakan tidur dirumah sementara aku hampir lumutan menunggumu!"

Sewon memutar matanya, menahan dorongan untuk mengusir Sana sekarang juga.

"Berisik!" tukas Sewon.

Sana melotot sempurna pada pria itu.
Sewon membuka pintu lebih lebar sebelum melengos masuk, membiarkan Sana menyusul di belakangnya sambil mengoceh tak jelas.

"Aku menelepon mu berpuluh-puluh kali tapi kau mengabaikannya seenak mu! Setidaknya kalau memang kau tidak mau datang angkat teleponku, jadi aku tidak menunggumu!"

Sewon menunjuk sofa, memerintahkan Sana untuk duduk dan berhenti mengoceh. Namun Sana lebih suka berdiri dan Sewon juga tidak bersusah payah memaksa.

"Ada sedikit masalah makanya aku tidak datang. Bukannya tidak mau, tapi aku tidak bisa!" jelas Sewon.

"Masalah apa? Hah?" Tuntut Sana sembari melipat kedua tangannya ke dada.

"Musibah sebenarnya, bukan masalah." Sewon membenarkan. Ia duduk di sofa tunggal dan menyilangkan kakinya. "Pribadi, jadi aku tidak akan menjelaskannya." tambah Sewon.

I'm Getting Old | Jeon SewonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang