Twenty Eight

3.3K 161 1
                                    

Jam menunjukkan pukul setengah sembilan pagi sewaktu Sewon dan Anna masih bergelung diatas tempat tidur. Sewon tau ini hari minggu, karenanya ia sudah meniatkan dirinya sejak semalam untuk bangun agak siang. Tapi ingatan akan adanya peristiwa penting di hari ini, matanya tiba-tiba terbuka. Ia bangun dari tidurnya dalam keadaan segar bugar. Sedangkan Anna masih tidur dalam posisi miring memunggunginya disampingnya.
Pundak polos Anna tampak bersinar tertimpa seberkas sinar matahari yang menembus gorden kamarnya.

Sewon maju perlahan menghapus jarak diantara mereka lalu mendaratkan kecupan halus di pundak Anna sebelum menaikkan selimut sedikit lebih tinggi untuk menutupi pundak polos Anna. Sejauh ingatan Sewon, saat ini tubuh Anna tak terbalut sehelai pun benang. Ia yang menanggalkan pakaian Anna semalam dan tak membiarkan Anna memakainya lagi, sementara dirinya masih berpakaian lengkap.

"Anna?" panggil Sewon seduktif di daun telinga Anna, namun Anna tak meresponnya.

Sewon kemudian mencium bertubi-tubi pipi Anna sampai alam bawah sadar Anna terpanggil dan membuatnya mengerutkan keningnya lalu membuka matanya. Anna menoleh dan melihat Sewon dengan mata sayu khas bangun tidurnya sewaktu Sewon mendaratkan satu ciuman terakhir di bibirnya.

Anna mengganti posisi tidurnya menjadi berhadapan dengan Sewon, tapi matanya kemudian kembali terpejam.

"Na?" Sewon kembali memanggilnya.

Mata Anna susah sekali diajak kompromi. Dirinya ingin matanya melek, tapi otaknya memerintahkan untuk mejam. Anna harus bersusah payah membuka matanya hanya untuk memenuhi panggilan Sewon, karena pria ini tidak suka dibuat menunggu, sepertinya.

"Kita harus pergi pagi ini, inget?" kata Sewon begitu Anna melihat matanya.

Anna diam sejenak untuk berpikir, sekiranya kemana mereka harus pergi pagi ini, padahal ini hari minggu. Lalu otaknya menampilkan sepetak ingatan sebuah undangan yang ia baca tempo hari. Acara pernikahan teman Sewon berlangsung hari ini.

"Saya harus ikut ya?" pertanyaan bodoh macam apa yang Anna tanyakan ini. Tentu saja dirinya harus ikut, ia kan istrinya Sewon, dan Sewon tidak akan beranjak kalau Anna tidak mau menemaninya, meski ini adalah hari penting Sana. Tapi ada yang membuat Anna ragu, di acara seperti itu ia pasti akan canggung. Ia pasti akan menjadi orang asing.

"Ikut, sayang. Mama sama Papa juga disana." ucap Sewon.

Mata Anna berkedip.

"Oke." sahut Anna.

Mereka bersiap-siap tidak membutuhkan waktu lama. Tiga puluh menit kemudian Sewon sudah siap dalam balutan setelan jas berwarna gelapnya sementara Anna dengan gaun Burgundy central slim silhouette nya. Anna duduk di meja riasnya dan sedang memasang jam tangannya sewaktu Sewon masuk ke dalam kamarnya. Anna segera berdiri dan merapikan rambutnya sebelum mengambil tasnya lalu menghampiri Sewon.

Dalam balutan gaunnya dan polesan make-up yang selaras dengan pakaiannya, Anna terlihat sangat anggun, memukau kalau kata Sewon, cantik dan mempesona, sangat memikat hati. Lekuk tubuhnya yang biasanya tak terlihat, kini sangat nyata indah dipandang mata dengan gaun slim yang membalut tubuhnya. Sewon akan bilang kalau Anna beribu-ribu kali lebih menarik daripada dosen Lim atau wanita manapun yang pernah menjalin hubungan dengannya, kalau ada yang bertanya.

Sewon memandangi Anna dengan sorot mata dan raut wajah seolah ingin melahap Anna sekarang. Otaknya bahkan berpikir untuk menunda kepergian mereka agar ia bisa menyetubuhi Anna sebentar.

I'm Getting Old | Jeon SewonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang