Thirty Eight

2.9K 134 2
                                    

Pagi-pagi sekali seorang Kim Anna yang biasanya baru bangun ketika hari menjelang siang atau bangun pagi dengan bantuan alarm, untuk seminggu terakhir ini Anna bangun lebih awal. Bahkan ia bangun sebelum Sewon membuka matanya. Insomnianya sudah berkurang sejak hari dimana Hani kecelakaan berhari-hari yang lalu. Tidurnya sangat nyenyak dalam waktu yang lama, jadi ia bisa terbangun sendiri tanpa alarm atau bantuan Sewon.

Tugas kuliahnya sudah selesai dan sudah di serahkan pada dosen lebih awal berkat kerjasama teman-temannya yang sudah rela pergi ke Busan waktu itu. Nilainya bagus, cukup memuaskan kedua belah pihak. Dan setelah minggu-minggu melelahkan kemarin, dihari liburnya hari ini Anna punya banyak waktu luang untuk istirahat seharian.

Ketika fajar menyingsing, Anna sudah bangun dan tengah bersiap-siap untuk keluar berjalan-jalan menghirup udara pagi tanpa polusi menyusuri jalanan komplek rumahnya.
Anna berlabuh di sebuah taman di daerah dekat perumahannya sewaktu matahari sudah tampak di kaki langit di ufuk timur. Mataharinya terlihat cerah dan menantang. Kata ramalan cuaca, hari ini tidak akan turun hujan. Yah, semoga saja. Tapi Anna malah ingin agar hari ini turun hujan, agar suasana istirahatnya di hari ini jadi terasa lebih santai.

Anna tidak berlama-lama di luar, ia segera kembali setelah panas matahari mulai terasa hangat di kulitnya.

Sementara Anna sudah berkeliaran dan menghasilkan keringat di pagi hari, Sewon masih tidur nyenyak dalam balutan selimut tebalnya. Matanya tiba-tiba terbuka saat tidak menemukan tubuh Anna untuk di peluk. Agak berat kelopaknya tapi berhasil melek sempurna. Alisnya sempat menyatu saat menyadari ia sedang tidur sendirian. Benaknya bermonolog sejenak. Apakah Anna bangun pagi lagi? Sekarang apa? Masak lagi?

Lalu karena masih mengantuk Sewon kembali meringkuk dan mencari bantal guna dipeluk menggantikan Anna. Namun karena sudah terlanjur terbangun, Sewon jadi tidak bisa tidur lagi. Dan karena dirinya masih terlalu enggan untuk bangun, Sewon memilih untuk bermalas-malasan sebentar di kasur sambil tetap memejamkan matanya, siapa tau ia bisa tertidur lagi.

Beberapa menit kemudian gendang telinga Sewon mendengar suara alat pengering rambut didepan ranjang. Ia mengintip untuk memeriksa. Didepan ranjang, Anna tengah duduk di meja riasnya sambil mengeringkan rambutnya. Sewon tidak bersuara, ia hanya memerhatikan gerak-gerik Anna dari tempat tidurnya.

Tidak lama Anna selesai dan pergi ke jendela kaca kamar untuk menarik tirainya. Sontak saja Sewon langsung menutup matanya karena cahaya matahari yang terang benderang terasa sangat menyilaukan pandangannya. Saat membuka matanya lagi Sewon dibuat kaget karena Anna sudah duduk di tepi ranjang sambil memandangi dirinya.

"Astaga!" pekik Sewon. "Bikin kaget aja." tukasnya tanpa ingin bangun.

"Udah siang tau."

"Jam berapa?"

"Delapan."

Sewon melayangkan ekspresi datar malasnya.

"Jam delapan itu masih pagi sayang, ya ampun. Tutup lagi tirainya."

"Kita harus ke rumah nenek. Jenguk Hani."

"Nggak mau. Aku mau tidur aja dirumah."

Anna menarik selimut Sewon, membuat pria itu mendelik.

"Udah buruan bangun kenapa, tidurnya nanti aja abis jenguk Hani."

Sewon beralih ke sisi tempat tidur yang lain dan tidur memunggungi Anna.

I'm Getting Old | Jeon SewonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang