Fourty One

2.7K 131 0
                                    


Namanya juga hidup, jika tidak begini ya pasti begitu. Banyak orang yang tak sadar mengenai akhir dari kehidupan, mereka terlalu sibuk mengejar dunia sampai membuat mereka lupa bahwa kematian itu dekat dan tak kenal tempat, tak kenal usia dan tak kenal waktu. Yang paling menyakitkan adalah bahwa kematian itu tidak ada notifikasi, tanpa aba-aba dan tidak bisa ditunda. Pertanyaannya, sudah siapkah kamu?
Siap tidak siap jika memang sudah waktunya maka tidak ada gunanya memberi jawaban.

Malam itu terasa begitu panjang. Kabar mengenai kematian Papa Anna telah tersebar di kampung Papa Anna, beberapa orang seperti kepala desa dan orang-orang yang bekerja di perkebunan buah milik Papa Anna segera datang ke rumah sakit. Begitupun dengan Wonwoo dan Sowon.

Belum ada satu tahun sejak kematian Mamanya, dan sekarang Anna harus menerima berita kematian Papa nya, karena bagaimanapun juga berita itu benar adanya.

Anna tidak ingin mempercayainya, ia masih tidak percaya sampai ia melihat sendiri jasad Papanya di rumah sakit Haeun. Tubuh Papanya penuh luka dan tengkorak kepalanya pecah karena benturan keras saat kecelakaan. Anna tidak sanggup melihatnya. Bahkan setelah jasad Papanya dipindahkan ke rumah duka, Anna masih menangis dan terus menangis, terisak, tersedu dan meraung sampai dadanya terasa sesak. Hatinya masih belum bisa menerima.

Sewon tidak tahan mendengar suara tangisan Anna dan ia tidak mau melihat Anna menangis, namun ia juga tidak bisa meminta Anna untuk berhenti menangis, karenanya yang bisa ia lakukan hanyalah memeluk Anna, mencoba meredam suara tangisan istrinya itu dengan pelukannya. Anna terlalu banyak menangis hingga wajahnya menjadi sangat sembab dan pucat. Belum lagi karena ia juga kesakitan karena kontraksinya, membuat Sewon tidak bisa tenang. Namun saat Sowon yang maju untuk menggantikan Sewon menenangkan Anna, Anna mulai tenang dan tidak menangis lagi. Sewon baru bisa bisa bernapas lega setelah itu.

Sementara Anna ditemani Mamanya, pihak rumah sakit meminta anggota keluarga Kim Namgil untuk mengurus beberapa hal. Sewon segera maju dengan ditemani Wonwoo. Mereka begitu sibuk mengurus ini itu sepanjang malam hingga tak sadar hari mulai pagi. Mereka baru bisa istirahat duduk diluar ruangan rumah duka setelah selesai mengurus semuanya.

Sewon mengusap kasar wajahnya, kedua sikunya bertumpu pada lututnya dan kedua telapak tangannya menutupi wajahnya. Wonwoo yang duduk disampingnya menoleh lalu menepuk punggung Sewon.

"Papa khawatir sama kondisi Anna, Won. Takutnya stres terus kandungannya keganggu."

Sewon menghela napas berat, "Aku nggak bisa ngomong apa-apa." sahutnya tak bersemangat. "Aku nggak tega liat Anna kayak gitu, tapi nggak bisa ngelakuin apa-apa."

Wonwoo melihat Sewon yang tampak kalut.

"Ambil hikmahnya aja ya. Tegarin diri kamu biar Anna juga tenang."

Sewon tak menyahut namun mengangguk.

💦

Hari semakin siang, setiap jamnya mulai sejak pagi hingga menjelang sore banyak orang dari kampung halaman Anna berdatangan untuk melayat. Kedua orang tua Wonwoo dan Mama nya Sowon juga sudah datang untuk memberi penghormatan dan Hani juga ikut, lalu Jae juga datang.

Anna dan Sewon berdiri disisi ruangan untuk membalas salam para pelayat, sementara kedua orang tuanya, Hani juga Jae membantu untuk melayani pelayat yang lain, teman-teman Papa Anna juga membantu. Tidak ada kata yang terucap selain kata-kata duka yang dilontarkan para pelayat. Anna hanya diam disamping Sewon, menahan gejolak dirinya untuk menangis lagi. Segala sakit ditubuhnya terasa berkecamuk dalam kepalanya. Ia pusing dan kakinya terasa lemas, berat tubuhnya seperti bertambah tiga kali lipat.

Saat para pelayat baru saja keluar dari ruangan penghormatan, Anna merasakan kontraksi. Rasanya sangat kuat hingga ia tidak bisa kembali duduk. Ia meringis, memegangi perutnya yang terasa mulas dan kram karena serangan kontraksinya. Ia meraih lengan Sewon, mencengkeramnya kuat-kuat.

I'm Getting Old | Jeon SewonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang