Sewon bergeming, tangannya bergetar karena pegal, kepalanya luar biasa berdenyut-denyut, bibirnya kering dan tenggorokannya kehausan. Ia mengetikkan beberapa kalimat di laptopnya sebelum menyimpan datanya kemudian menutup kasar benda itu. Ia menarik lepas kacamatanya dan memijat pelipisnya. Pria itu menyingkir dari meja kerjanya untuk pergi ke dapur.
Langkahnya agak terseret akibat sakit kepala yang semakin jadi, tapi ia berhasil sampai didepan kulkas dan mengambil sebotol air mineral kemudian menenggaknya sampai setengah sebelum mengembalikannya ditempat semula.
Dalam hatinya ia menyesal karena tidak menuruti nasehat mamanya soal menyiapkan obat-obatan dirumahnya. Ia menolak keras karena tidak suka menghirup aromanya apalagi kalau sampai menelan butiran padat berbahan kimia itu. Namun sekarang tampaknya ia membutuhkannya.
Tidak ada yang bisa ia lakukan selain berbaring dan tidur, berharap setelah bangun sakit kepalanya akan hilang. Seperti kemarin.
Tapi siapa yang tahu bahwa setelah tidur semalaman pun sakit kepalanya tidak hilang dan kini dirinya malah terserang demam.Sewon mencoba mencari ponselnya di kasurnya dan menemukannya dibawah selimut disamping ia tidur, ia mengirimkan pesan singkat kepada seseorang untuk memberitahukan bahwa dirinya tidak bisa datang ke kampus karena tidak enak badan.
Sementara Sewon meringkuk diatas ranjang dengan suhu badan yang meningkat dan berkeringat, hari ini Anna masuk kuliah dan sedang berada di perpustakaan, ia mengisi waktu luangnya dengan membaca beberapa buku sebelum masuk ke kelas Ilmu Sastra Prof. Jeon Sewon. Bagaimanapun Anna sudah siap dan bertekad untuk tidak terlambat seperti waktu itu. Akan cukup memalukan jika ia mengulangi kesalahan yang sama. Dan entah mengapa kali ini ia cukup bersemangat untuk memulai harinya dengan mendengarkan pidato mengesankan dalam bentuk teori dan cerita dengan nada dan penyampaian tegas bapak itu. Memikirkannya saja sudah membuat Anna mengulas senyum.
Tapi tampaknya angan-angan Anna langsung pupus karena sebuah notifikasi dari grup sastranya yang memberitahukan kalau Profesor Jeon Sewon tidak masuk karena suatu alasan dan kelasnya dibatalkan."Astaga." tukasnya pelan seolah jengkel.
Ia menggerutu sambil melanjutkan bacaan di bukunya, namun seperti baru tersadar akan sesuatu, ia menghela napas, bahkan menahannya agak lama sebelum menghembuskannya.Perasaan macam apa tadi yang baru saja mampir hatinya?
Anna melamun cukup lama hingga Jae datang dengan membawakannya secangkir kopi yang ia pesan pada pria itu beberapa saat lalu.
"Kelas sastranya dibatalkan." Kata Jae memberitahu.
"Aku tau." Sahut Anna dengan wajah sebal.
"kenapa kau?" Jae memperhatikan raut wajah temannya dengan dahi berkerut.
"Tidak." Jawab Anna. "Aku lapar, ayo makan." Ia berkata sambil menutup bukunya dan merapikan buku yang lain sebelum mengembalikannya di rak tinggi dibelakang ia duduk.
"Ya ampun aku baru saja duduk,"
"Ya sudah aku makan sendiri." Anna melengos pergi tanpa menunggu Jae.
"Kim Anna, tunggu aku!" Jae berdiri malas dan menyusul temannya yang sudah berada jauh didepannya.
💦
Anna melepas mantelnya. Ia menata sayuran yang ia beli di supermarket dalam perjalanan pulang tadi dikulkas lalu memasukkan bahan makanan ke dalam box disamping kulkas.
Lalu ia pergi ke kamar mandi untuk membersihkan badannya sebelum istirahat.
Setelah selesai Anna duduk di kursi riasnya dan menghela napas berkali-kali sambil mengoleskan cream malamnya.
Gadis itu melirik paper bag didekat lemari dimana didalamnya terdapat sepatu yang diberikan Sewon."Tentu saja, aku merasa senang menerimanya, tapi itu membuatku merasa terbebani." Katanya sembari berpikir untuk mengembalikan barang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Getting Old | Jeon Sewon
Ficción General"Semua laki-laki punya nafsu yang besar dan kapan aja bisa lupa diri. Punya otak dipake buat mikir Anna!" Suara Sewon sangat keras menusuk telinga Anna, membuat hati Anna mencelos seketika mendengar perkataan kasarnya. "Bapak ngomongin diri bapak...