Eighteen

4.3K 172 5
                                    

Satu hari, dua hari, tiga hari.
Waktu terasa berjalan lambat untuk beralih ke hari berikutnya, padahal Anna sudah tercekik kerinduannya akan Sewon. Tidak bisakah waktunya langsung melompat ke seminggu kemudian dimana Sewon kembali dan menyentuhnya lagi?

Sewon bahkan tidak menghubungi Anna selama tiga hari ini kecuali malam saat Anna menelponnya, dan itu pun sudah tiga hari yang lalu. Anna bertanya-tanya, Seminar macam apa yang di gelar selama seminggu?
Ketika ia berbicara pada Hani soal itu, Hani bilang kalau seminarnya hanya selama satu atau dua hari. Jadi, Anna melotot sejadi-jadinya ketika otaknya menuduh Sewon benar-benar liburan disana.

Anna benar-benar geram di buatnya.
Ia seringkali melampiaskan ketidaksabarannya dengan memakan makanan dengan porsi yang sangat besar, mandi berlama-lama, lalu minum soju. Tapi untungnya ia sudah menyelesaikan tugasnya, jadi ia bisa bermalas-malasan lebih awal. Sementara Hani, adik iparnya itu baru sibuk mengerjakan tugasnya. Dan tampak sangat sibuk karena sulit mencari bahan atau ide untuk karya tulisnya. Hani bahkan tidak bisa menemani Anna lagi karena tidak bisa fokus akibat ulah Anna yang menggodanya untuk ikut bermalas-malasan dengannya.

Anna benar-benar kesepian, Jae juga tidak mendatangi Anna seperti yang Sewon bicarakan, tapi sesekali Jae tetap menelepon Anna.

Di keramaian kampus, Anna terlihat seperti satu-satunya orang yang kesepian. Tapi ia tidak peduli dan menghabiskan waktu di perpustakaan sambil menunggu hari sore. Begitu jam menunjukkan pukul tiga sore Anna baru keluar dari perpustakaan dan pergi mencari makan diluar dalam perjalanan pulang. Karena tidak ada teman dirumahnya, ia jadi malas pulang cepat sehingga ia tetap berada di luar sampai jam menunjukkan pukul delapan malam. Ia tidak mengindahkan peringatan Sewon yang tidak mengizinkannya pulang malam. Lalu kenapa? Toh dirinya tidak bersama Jae. Dan Sewon tidak ada disini sekarang.

Anna pergi ke mall, lalu ke supermarket, kemudian pasar swalayan, hanya sekedar lewat. Ia juga mampir ke warung di pinggir jalan untuk makan malam yang menjual berbagai jajanan yang masih panas, dan makan ditempatnya. Ia juga menghabiskan tiga botol Soju dan tidak mabuk, pikirnya. Tapi tiba-tiba ia jatuh tertidur sambil mengigau tidak jelas.
Malam semakin larut dan Anna malah tidur diwarung itu sampai ketika pemiliknya akan menutup warung dan Anna masih tidak bangun, sang bibi pemilik warung meminta izin pada Anna yang tertidur karena mabuk untuk mengambil ponselnya dari tas Anna lalu menghubungi seseorang dari daftar panggilan terakhirnya. Untunglah Anna tidak mengunci ponselnya.

Setelah menunggu selama hampir se-jam, Jae yang ditelepon bibi pemilik warung itu datang lalu meminta maaf atas nama Anna dan membawa Anna pulang ke apartemennya.
Jae menggendong Anna di punggungnya sementara Anna masih tidur. Jarak apartemen Anna dan warung tadi tidak terlalu jauh, sekitar tujuh menit mereka sampai di apartemen Anna.

"Kim Anna!" Panggil Jae. "Berapa kata sandinya?" Ia sedikit mengguncangkan Anna untuk membangunkannya.

Anna tersentak kaget karena guncangan Jae, masih dengan mabuknya Anna memutar wajah Jae sampai ia bisa melihat wajahnya dari samping.

"Oo, Jae -ya." kata Anna dalam mabuknya. Ia melihat ke sekelilingnya dalam pandangan kabur.

"Iya ini aku. Ya ampun, bisa-bisanya kau mabuk dan menyusahkan orang. Ya! Berapa kata sandinya?"

"19****" gumam Anna.

Jae memasukkan kata sandinya, tapi panelnya menolak.

"Salah! Salah Anna!" pekik Jae.

"Ini bukan rumahku Jae -ya. Itu rumahku." Kata Anna bertingkah dalam gendongan Jae sambil menunjuk apartemen Sewon.

"Kau gila? Ini rumahmu! Aish, Kim Anna, cepat katakan sandi nya berapa? Tanganku pegal!" desak Jae tidak sabar.

I'm Getting Old | Jeon SewonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang