6. Client

116 20 10
                                    

I hope you have good today before reading this story and feel better after reading this chapter

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

I hope you have good today before reading this story and feel better after reading this chapter.

Enjoy reading!

Yeji P.O.V

Aku tau ini akan terjadi sebelum rencana awal dimulai. Basa basi yang sengaja aku ciptakan bersama Jeno berhasil membuat dia terpancing. Tentu ini akan menjadi hari panjang setelah basement yang baru aku datangi terasa panas oleh kobaran api yang membakar mobil mobil disini. Dia yang tidak sabar dengan aku atau sengaja memancingku.

"YEJI AWAS!"

Teriakan Jeno dari depan penglihatanku langsung membuat ku bergulir ke hadapannya. Tangannya terulur kepadaku. Beberapa orang dari tim belum datang sama sekali.

"Peluru mengintaimu" Jeno berkata dengan nada yang lirih. Tidak ada orang disini kecuali aku, Jeno, dan orang orang yang sedang mengincar kita.

Suara tembakan mulai kembali. Mereka memang beringas. Resiko yang harus kita terima ketika sengaja memancing mereka. Satu dari mereka adalah target kita. Orang yang selama ini Jeno incar.

"Bawa tubuh lu ke depan sini, Arnold!"

Suara tegas Jeno menggema di balik ributnya peluru peluru yang berterbangan. Satu di antara mereka mulai bertanding fisik denganku. It's long time I'm not doing this.

Tendangan telak di tulang rusuk mengakhiri pertandingan by one ku dengan salah satu dari mereka. Dia yang terkapar adalah orang kepercayaan Arnold.

Tidak ada istirahat untuk hari ini. Lima orang disekelilingku menunggu untuk dikirim ke neraka sekarang, tanpa prasyarat.

Mereka membabi buta menyerang dari segala sisi. Aku yang tau belakangku adalah kap mobil audi langsung melalukan back flip menghindari serangan mereka. Mengambil pisau lipat dan rantai di celana jeans milik ku yang memang aku sudah siapkan. Aku tau ini akan terjadi.

Tepat arah pukul dua dari tempat aku bertanding Jeno sedang memasang pengaman untuk tangannya yang sempat cidera. Dia tidak akan adu mekanik untuk match kali ini. Kali ini jarak yang akan Jeno gunakan untuk pertandingan ini.

Aku terkena tendangan tepat pada ulu hatiku membuatku terlempar pada sisi mobil. Saat aku sedang bangkit berdiri ku lihat Arnold melarikan diri.

Sialan, dia yang ku targetkan akan pergi. Tidak akan bisa. Mobil yang ku kenai adalah milik Jeno, syukurnya karena mobil ini yang akan membantuku mengejar sialan satu itu.

Sidik jari hanya diperlukan mobil ini terbuka dan berjalan. Setelah aku bisa masuk ke dalam mobil ini dengan keadaanku yang sedikit berantakan, ku gas mobil ini meninggalkan basement mengejar bajingan itu. Meninggalkan Jeno yang masih fokus dengan semua anak buah Arnold yang harus dilumpuhkan.

Setelah mengejar selama lima belas menit aku kehilangan jejak mobilnya. Untuk saat ini dia lolos. Aku emang tau tidak akan berhasil untuk percobaan pertama. Karena lawan masih siap dalam segala hal. Sedangkan aku dan Jeno telat menghubungi orang-orang tim.

Kembali ke apartemen milik Jeno dan menemui Jeno yang sedang terduduk dengan deru nafas yang cepat. Aku langsung menyenderkan kepalaku di bahunya.

"Maaf aku kehilangan jejaknya" Bisikan aku ucapkan padanya. Dia langsung memelukku.

"Kamu baik baik aja itu udah MVP buat aku"

Kecupan ringan mendarat di keningku. Jeno melepas pelukanku dan mengelus rambutku.

"Desain logo buat Restoran Double J udah kamu selesain?" Pertanyaan Jeno membuatku terdiam. Sebentar aku memang seorang freelance editing desain dan logo, juga sedang mengerjakan berkas untuk desain Restoran Double J. Jangan sampai apa yang aku duga benar.

"Aku yang meminta pada mommy-mu nona. Jika aku memintamu langsung, kamu pasti tidak akan mau dibayar bukan?" Senyum jahil terbit di bibir Jeno.

Nahkan bener emang dia. Pantesan ada client aneh, rada rada pula. Orang mantan sendiri client-nya. Aku hanya diam saja tanpa membalasnya dan berjalan menuju mobil kesayanganku.

"Ngapain ikut naik?"Mengapa dia mengikutiku.

Tidak sadar kalau perbuatannya membuatku menyumpahinya kemarin-kemarin saat mengerjakan desain itu. Aku masih akan marah padanya.

"Sebagai mantan yang baik aku harus meninjau kegiatan kamu, dan satu lagi buat jadi perawat dadakan kamu"

"Ga usah, ga minat"

Muka datar ku tampilkan selama perjalanan kita menuju apartemen milikku. Dia yang sedari tadi hanya memandangiku dengan tatapan tengilnya tak membuatku berpaling dari fokusku pada jalanan yang ramai sore ini.

"Kalau bisa, selesain malam ini yah desainnya. Mau aku go public besok buat pacar aku" Aku diam saja mendengarnya.

Wait, pacar apanya. Sentuhan wanita dia saja alergi apalagi pacar. Capek banget aku sama dia. Mau dipaketin takutnya musuh yang nemuin kan bahaya kalau dia jadi klop sama musuh. Ga banget.

"Kamu mau tau ga, pacar aku cantik banget. Ga heran dia jadi pacar aku, secara aku juga ganteng" Seringainya jahilnya masih tersemat diwajahnya. q

Bodoamat Jeno bodoamat. Tampang aja emang ganteng tapi otaknya kegantung di sela jemuran. Mau nangis aja deh punya mantan kek Jeno.

Mobil Lexus 300 F milikku memasuki basement apartemen. Aku turun dari mobil tanpa menunggunya keluar terlebih dahulu. Bodoamat aku masih marah sama dia. Kenapa ga bilang kalau mau dibikinin logo. Aneh banget emang kelakuan mantan.

Aku memencet tombol tutup sebelum dia akan memasuki lift yang sama denganku. Tetapi sebelum tertutup rapat tangan dia terjulur masuk dan otomatis membuka pintu lift dan dia memasuki lift dengan raut muka yang masih sama, tengil.

"Pulang sana ngapain disini" Aku yang pertama berucap.

"Mau ngobatin mantan, doi sakit kasian. Mana ga ada pacar lagi. Sadness banget emang mantan aku" Tuh mulut emang minta digeplak apa gimana. Aku tancepin silet dibibirnya keknya kicep tuh mulut.

"Urusin pacar kamu, main kok sama mantan, najis ga ada lakinya sama sekali" Aku berucap sambil keluar dari lift dan langsung menuju apartemen milikku.

Jeno tak bersuara setelah aku bersuara terakhir. Aku melepas jam tangan yang ku pakai dan terasa ada tangan yang melingkari perutku

"Mantan aku sama pacar aku orang yang sama. Dia emang suka galau tapi kalau udah sama aku, ketawanya murni banget Jina" Jeno membuatku termenung. Dia selalu sama. Jina adalah panggilan sayangnya untukku. Aku mengelus rambutnya yang berada di leherku.

"Katanya mau ngobatin aku, jadi apa engga?"

"Jadi, lah ini lagi diobatin, sabar yah"

Obat yang Jeno maksud adalah memelukku erat. Padahal aku membutuhkan betadin dan teman-temannya. Tapi setidaknya pelukannya memang obat, obat rinduku padanya untuk 4 tahun ini.

Dia akan tetap sama meskipun aku suka memaksanya berubah.

***
Gimana sama chapter ini?
Jujur pas revisi aku baper sendiri, bisa²nya bkin ginian Tuhan.

Kalau ada saran bisa komen aja atau dm aku yah.

Thank you udah baca sampe part ini.

Electric HeartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang