Setelah beberapa menit yang lalu diisi dengan tangisan, mereka akhirnya berkumpul di satu ruangan.
Duduk di masing-masing kursi dengan raut muka yang kembali fokus.
Bukan berarti rencana yang sudah Elder dan SK-Z rencanakan lama harus berhenti di tengah jalan. Hanya karena kehilangan satu anggota tidak membuat mereka keluar dari rencana yang ditentukan. Termasuk Yeji yang sudah siap mengikuti rapat malam ini.
Jeno sebagai kapten dalam misi besar ini akhirnya mulai memperlihatkan siapa dirinya. Terlihat simple, tidak banyak bicara, dan santai. Jeno hanya sedang mengumpulkan energi untuk mengambil jantung Solveri nanti. Sayangnya itu tidak akan terjadi. Jeno tidak ingin tangannya kotor hanya karena Solveri.
Solveri pantas mendapatkan hukuman, bahkan kematian. Bukan berarti ketika Yeji sadar dendam adalah hal terburuk, maka dia memberhentikan rencananya, bukan itu yang dia maksud. Melainkan, tujuan mereka bukan lagi balas dendam apa yang telah mereka dapat dari Solveri, tapi membalas balik apa yang telah dilakukan Solveri terhadap orang-orang yang tidak pernah bersalah.
"Ayahnya Solveri, gimana keadaannya Min?" Tanya Yeji pada Jaemin setelah rapat dibuka oleh Jeno.
"Kita udah mindahin dia sesuai sama tempat yang dia pengin dan Solveri ga akan tau" Jawab Jaemin.
"Where's?"
"Funeral" Jaemin berucap lugas.
Semua mata yang tadinya biasa saja langsung terbuka lebar mendengar ucapan Jaemin.
"Jaemin! Gue ga pernah nyuruh lo matiin orang tua." Ucap Yeji keras.
"Tapi seperti lo bilang, gue harus nurutin semua ucapan ayah Solveri. Dan dia mau itu" Jawab Jaemin tenang, bahkan semua mata di ruang rapat ini menatap dirinya.
"Terus Ryu, how about his momma?"
Ryu hanya menatap kosong ke arah depan, sebelum tepukan keras mendarat di bahunya. "She loves her husband so much, and yeah she went same place like her husband"
Mereka semua terkejut kembali. Bukan mereka menginginkan kematian orang di sekitar Solveri, hanya kematian Solveri yang mereka inginkan, lebih tepatnya hilangnya Solveri dari peradaban ini. Tapi mengapa seolah-olah nama Solveri sedikit demi sedikit terhapuskan dengan menghilangnya orang-orang terdekatnya.
Ruang meeting semakin fokus dengan Jeno yang menjelaskan rinci tentang bagaimana saat menyerang Solveri nanti.
Kresek kresek.
"Lantai basement dipasang bom, selisih waktu 10 menit. Kapten tindakan!" Suara bawahan dari Elder memecah hening ruang meeting tersebut.
Gerakan gesit para agent terlatih atau bisa kita sebut mafia berkedok agent ini saat mengambil beberapa senjata dan mereka mulai berlari keluar.
Sesuai arahan Jeno, ketika bom bawah sudah diletakkan maka tanda misi mereka benar-benar dimulai.
Yejina sebagai agent yang pernah menjinakkan bom langsung bergegas turun, sebelum sebuah tangan menahannya. "How about us after this?" Tanya Jeno sayu.
"From begin, were nothing Jen" Gelengan kepala Yeji menjawab ucapan Jeno.
Tangan Jeno yang tadinya menahan Yeji kuat langsung melemah. Membiarkan kepergian gadis bersurai hitam itu.
Langkah Yeji bertambah cepat ketika tau bom yang terpasang bukan sebuah bom sederhana. Terlatih menjadi seseorang yang waspada dan tidak memasukan masalah pribadi dalam keadaan seperti ini adalah poin plus bagi Yeji.
Yeji langsung mengambil alih keadaan di basement di bantu dengan beberapa orang miliknya. Yeji menghembuskan nafas ketika semua bom di basement sudah bisa dijinakkan. Tapi alarm apartement masih tetap berbunyi menandakan jika masih ada bom aktif yang menyala di apartement itu.
Yeji langsung berlari ke atas, ketika tau jika lantai yang ditempati para agent dekat dengan rooftop dan Yeji duga jika bomnya terpasang disana.
Langkahnya tiba-tiba berhenti ketika mendengar suara keras di atas sana. Larinya semakin cepat dan setitik air mata Yeji jatuh, menyadari Jeno masih di atas sana.
Yeji menyesal menolak Jeno. Jika Jeno berakhir seperti ini, dengan senang hati dia akan merelakan waktunya setelah perang ini bersama Jeno. Ketakutannya hanya jika dia mati, maka kesedihan Jeno akan bertambah jika dirinya adalah pacar Jeno.
Tapi jika keadaan berubah, maka Yeji akan menyalahkan Tuhan dengan suka rela.
Melihat serpihan-serpihan atap berjatuhan dan beberapa darah yang tercetak di lantai dan dinding itu membuat Yeji kalang kabut. Tapi matanya tidak menemukan satu orang pun disana.
Sebuah pelukan menarik Yeji dan disusul dengan suara tembakan. "Hati-hati, kita semua target Ji" Suara serak milik Jeno berbicara tepat di gendang telinga Yeji.
"Hai my child. Long time no see. How so sweet you're guys!!" Yeji melepas pelukannya dan melihat siapa yang menyapanya.
"Shut up, Solveri. I just wanna send you to hell, and live with your friends. The devil" Tunjuk Yeji pada seseorang dihadapannya.
"You can't Ms. Bennet, karena gue udah hidup di neraka" Solveri memberikan senyum terbaiknya pada Yeji dan Jeno.
Jeno diam, sama sekali tidak membuka mulutnya. Tapi dalam diamnya dia sedang menimbang kapan waktu yang tepat menusukkan sebilah pisau miliknya.
Sret.
Sebuah pancuran darah mengalir dari lengan kanan milik Solveri. Bukan pisau Jeno, karena Yeji lah yang melemparnya. Semua senapan yang dibawa oleh anak buah Solveri langsung tertuju pada Yejina.
"Ayo, selesaikan ini!" Setelahnya Yeji langsung melompat berdiri di atas buffet dan suara tembakan memenuhi ruangan apart milik Jeno.
"As you want, Bennet!" Solveri langsung berlari keluar mengejar arah kepergian Bennet sedangkan Jeno mulai mengabisi satu per satu anak buah Solveri.
Tanpa menunggu lama semua anak buah Solveri tumbang melawan Jeno.
"Jina, over! Solveri masih ngejar lo?" Tanya Jeno melalui earpiece yang terpasang.
"Mr. A, over! We're fighting right now!" Suara benturan tubuh terdengar dari suara milik Yejina.
Jeno melangkah ke arah luar basement dan menemukan perkelahian sengit antara anak buah Solveri dengan para agent. Jeno masuk dalam perkelahian dan membantu mereka untuk mengalahkan.
Yejina terlihat sibuk dengan katana miliknya untuk menusuk otak-otak buatan milik Solveri.
Tanpa banyak orang tau, ketika menjadi agent Solveri maka pengatur hidupmu bukan Tuhan lagi melainkan Solveri. Yejina menggores beberapa pelipis anak buah Solveri, sengaja merusak sebuah chip yang terpasang disana.
Yejina berlari mundur menghindari perkelahian ketika Jeno datang membantu. Targetnya adalah Solveri dan lagi-lagi orang itu hilang.
Jeno mendekati Jina dan berbisik "Bawah ini terdapat bunker, they keep the weapon over there. Find them and cracked all here, okay?" Jina menatapnya diam.
"So give me the way, Mr. A" Tukas Jina tersenyum kecil.
Tanpa merespon apapun lagi, Jeno langsung melumpuhkan anak buah Solveri yang menghalangi jalannya Jina masuk ke dalam bunker. Tangannya memberi isyarat kepada Chris dan Sky untuk mengikuti Jina. Sedangkan dirinya menyelesaikan pertumpahan darah disini bersama anggota SK-Z.
Saat Jina perlahan berhasil meninggalkan basement Jeno sempat terdiam. Pikirannya bercabang, mengatakan 'Bagaimana jika ini pertemuan terakhir mereka sebagai seseorang yang saling mengasihi?'.
***
Hai, all finally aku kembali lagi. Cerita ini dalam beberapa hari bakal ending. Aku seneng banget.Aku minta maaf yang sebesar-besarnya kepada semua readers yang pernah baca, lagi baca dan ingin baca karena cerita ini masih kurang jelas bagaimana alur dan karakter buildingnya.
Aku terima semua kritik dan saran kalian. Aku harap cerita ini bisa mengisi waktu gabut kalian.
See you in the next chapter!
KAMU SEDANG MEMBACA
Electric Hearts
Fanfiction"𝐁𝐚𝐥𝐚𝐬 𝐝𝐞𝐧𝐝𝐚𝐦 𝐢𝐭𝐮 𝐛𝐞𝐧𝐚𝐫-𝐛𝐞𝐧𝐚𝐫 𝐭𝐞𝐫𝐣𝐚𝐝𝐢, 𝐛𝐚𝐡𝐤𝐚𝐧 𝐝𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐦𝐞𝐫𝐞𝐥𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐡𝐢𝐝𝐮𝐩𝐧𝐲𝐚" 𝒥𝑒𝓃𝑜 𝒜𝓂𝒷𝓇𝑜𝓈𝒾𝓊𝓈 𝓍 𝒴𝑒𝒿𝒾𝓃𝒶 𝐵𝑒𝓃𝓃𝑒𝓉 2021 @skyofclub Completed.