Lihatlah diri ku saat ini yang sedang berbaring nyaman dikasur setelah pulang dari tugas tadi.
Aku masih menginap di apartement miliknya. Mungkin sampai tugasku bersamanya selesai.
Aku sendiri saat ini. Jeno belum kembali meskipun dia bilang tugasku untuk hari ini cukup. Wajahku termenung menatap langit-langit kamar. Memikirkan hari ini berjalan lancar sesuai apa yang ku rencanakan kemarin. Semuanya lancar, tapi tidak ada sesuatu yang sempurna bukan.
Saat mengikuti Jeno dan wanita itu—Lucy. Aku hanya terus-menerus menatap handphone tanpa berbicara apapun. Bahkan saat Jeno mengatakan jika hari itu tugasku sudah selesai dan dia melanjutkan pergi bersama Lucy, aku hanya menganggukan kepala mengiyakan.
Aku berusaha untuk mengenyahkan sesak dada yang dari tadi ku pendam. Jujur saja perasaanku padanya masih sama, seperti dulu 4 tahun lalu. Semuanya berubah terkecuali perasaan ku. Aku sedang berpikir bagaimana menghilangkan bayang-bayang tentang Jeno yang bahagia bersama Lucy—mantan pacarnya.
Lalu bagaimana aku untuk memprogress diriku untuk tidak berada di situasi ini, cemburu.
Notifikasi terdengar di telingaku. Bunda menelfonku malam-malam. Kebiasaan bunda yang akan menelfon anak tunggalnya malam-malam memang menyebalkan. Bunda selalu tau tentang dimana dan bagaimana aku diluar penglihatannya. Jadi aku tidak perlu memberi alasan bagaimana aku bisa bersama Jeno di satu apartement.
"Halo bun, kenapa?"
"..."
"Udah kok udah selesai, kenapa emang?"
"..."
"Ga tau besok bisa atau ga, lusa aja gimana? Aku bisa kalau lusa"
"..."
"Okey deh, bye bun"
Bunda memberiku informasi client untuk freelance-ku lagi. Sebenarnya banyak email yang masuk, tapi beberapa tidak ada yang ku jawab. Aku tidak kuat untuk selalu on-time pada pekerjaan part-time ku. Mungkin jika aku mundur dari pekerjaanku menjadi agent, aku akan fokus menjadi editor.
Aku berniat berkunjung ke rumah untuk mengambil beberapa berkas editing. Deadline yang semakin dekat membuatku tidak ada alasan untuk tidak mengerjakan. Setidaknya progress untuk melupakan hari ini hampir berhasil karena bunda mengalihkan pikiranku. Untuk bunda terimakasih, mungkin nanti atau besok aku akan menelfonnya.
Aku tidak mengganti bajuku dan langsung menyambar kunci mobil Lexus milikku. Langkahku menuju parkiran basement memakai lift apartement. Suasana koridor lantaiku sepi, sudah biasa terjadi bukan.
Saat dua pintu lagi aku sampai di depan lift, pintu nomer dua dari arah lift sebelah kiriku terdengar gebrakan keras. Seperti sesuatu yang dilempar. Hal ini tidak biasa terjadi di apartement-ku. Apartement ini selalu damai tanpa suara yang keras. Biasanya hanya terdengar suara tv atau lagu dari pemilik kamar lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Electric Hearts
Fanfiction"𝐁𝐚𝐥𝐚𝐬 𝐝𝐞𝐧𝐝𝐚𝐦 𝐢𝐭𝐮 𝐛𝐞𝐧𝐚𝐫-𝐛𝐞𝐧𝐚𝐫 𝐭𝐞𝐫𝐣𝐚𝐝𝐢, 𝐛𝐚𝐡𝐤𝐚𝐧 𝐝𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐦𝐞𝐫𝐞𝐥𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐡𝐢𝐝𝐮𝐩𝐧𝐲𝐚" 𝒥𝑒𝓃𝑜 𝒜𝓂𝒷𝓇𝑜𝓈𝒾𝓊𝓈 𝓍 𝒴𝑒𝒿𝒾𝓃𝒶 𝐵𝑒𝓃𝓃𝑒𝓉 2021 @skyofclub Completed.