10. Can't Imagine

70 11 3
                                    

Aku berlari setelah mendengar langkah itu semakin dekat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku berlari setelah mendengar langkah itu semakin dekat. Orang-orang dari depan berjalan menuju ke arahku saat ini. Diriku terkepung. Memang hal ini yang harusnya terjadi. Aku menekan lama pada smart watch-ku, mereka semua mengerjarku dan aku memerlukan back up. Ucapan Jeno terdengar dibalik earphone yang aku gunakan. Dia memerintahku untuk membawa orang-orang genk itu menuju lorong kecil disudut jalan.

Sesampainya di lorong kecil menuju suatu jalan raya, aku melihat motor Jeno disana. Hanya motor tidak dengan orangnya. Bukannya Jeno belum bisa menaiki motor karena tangan satunya masih diperban?. Maka siapa yang membawa motor itu. Aku mengecek motor itu dan terdapat kunci disana.

Ada sesuatu yang beda di motor ini. Mereka semakin dekat mengejarku dan panggilan Jeno pada earphone-ku tidak terdengar kembali, aku memutuskan mengendarai motor itu menghindari mereka. Targetku dan Jeno bukan dari salah satu mereka yang mengejarku tapi seseorang yang masih berada di dalam ruangan itu.

Aku mengarahkan motor Jeno ke arah jalan raya. Mereka terlihat kembali untuk mengambil motor ini. Aku berhenti tepat di warung seberang jalan raya. "Ibu nanti kalau ada yang mencari saya, bilang saja saya sudah dijemput seseorang, saya titip motor ini disini"

Aku berkata kepada ibu-ibu penjaga warung itu dan ibu-ibu itu mengiyakan perkataanku. Aku berjalan kembali menuju markas itu melalui jalan sempit yang terhalang oleh ilalang-ilalang. Karena ini malam memudahkanku untuk tidak terlihat.

Jeno tidak menghubungiku kembali bahkan sampai saat ini. Aku melihat Yeonjun bersama motornya keluar dari markas itu tapi tidak dengan seseorang didalamnya. Aku menunggu Jeno menghubungiku kembali, karena aku perlu perintahnya untuk mengepung seseorang di dalam rumah itu.

Aku menunggu hampir 15 menit dan tidak ada pergerakan apa pun dari rumah dihadapanku. Tiba-tiba Yeonjun datang bersama motornya kembali. Saat aku melihat Yeonjun memasuki rumah itu, bahuku dipegang oleh seseorang, aku langsung mengambil tangan itu dan memutarnya.

"Ini gue, Yeji" Suara Jeno terdengar di indera telingaku.

Aku menghela nafas mendengarnya dan menarik tanganku darinya, tanpa aba-aba aku langsung memukul pundaknya dengan keras, teriakan teredamnya keluar.

"Sakit anjir" Jeno menatapku berang.

"Gue panggil lo dari tadi kenapa ga nyaut setan?" Aku bertanya sambil berbisik, meskipun lumayan jauh dari rumah itu akan memungkinkan suara kita berdua terdengar bukan.

"Signal sengaja dimatiin, kita ga sengaja nyulik Yeonjun, waktu kita culik dia mau ga mau semua signal harus mati, biar orang di dalem ga bisa lacak"

"Terus kenapa Yeonjun bisa balik ke rumah itu?" Aku bertanya kembali.

Jeno diam tidak menjawab pertanyaanku, matanya menatap tajam rumah itu, tepatnya pintu samping yang tergantung sebuah tali. Tali itu tergantung bukan dari pangkal pintu tetapi jendela di lantai atas, mataku berhenti menyurusi tali tersebut ketika melihat target kita sedang ada disana, melihatku dan Jeno lalu tersenyum menawan.

Electric HeartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang