15. Stop Catch Him

86 12 3
                                    

Jeno sedang meneliti barang-barang di apartement ini ditemani oleh tim

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jeno sedang meneliti barang-barang di apartement ini ditemani oleh tim. Beberapa dari mereka ikut dengan Yeji dan mengikuti laki-laki itu—Johnny Suh. Belum dipastikan ada pembunuhan tetapi informasi yang di dapat Yeji, wanita yang ditemukan sekarat di pintu adalah hasil dari perbuatan Johnny. Tim menetapkan Johnny Suh sebagai tersangka setelah kasus ini.

Seharusnya kasus ini sudah selesai ketika dugaan besar terjadi kekerasan di sebuah kamar apartement. Tetapi Yeji menginfokan, bahwa wanita itu berkata jika Johnny menyimpan orang lain di kamar apartement, yang menjadi alasan juga mengapa wanita itu datang ke apartement.

Jeno menekan sambungan earpiece miliknya lalu memerintah tim-nya untuk menangkap Johnny Suh saat ini, meski tidak ada pembunuhan tapi bekas luka di wanita itu terpampang jelas yang menjadi bukti siapa yang harus menjadi tersangka.

"Masuk Olano : pelaku sudah sampe bandara? Cegat dia sekarang bawa ke ruangan, intrograsi bakal dimulai setelah Yeji selesai dengan korban" Jeno berucap sambil menekan earpiece dan memerintah sesama tim-nya untuk melaksanakan tugas.

Tim agent Jeno dan Yeji terbentuk awal tahun ini, mereka menjadi satu dibawah pimpinan Jeno. Agent mereka menyepakati untuk membuat tim baru dengan menggabungkan dua anak emas, Jeno dan Yeji. Tidak mudah untuk mendapat persetujuan mereka, bahkan pimpinan pusat rela untuk menambah bonus setiap kasus tim mereka selesai.

Tim mereka biasa disebut Ar.L, tim yang selalu bisa diandalkan dalam segala hal. Tim Ar.L biasa menangani kasus penjualan gelap, seperti senjata dan narkoba. Seharusnya kasus ini bukan tugas mereka, tetapi kapten mereka—Jeno, meminta kasus ini dikerjakan. Tim Ar.L membantah keras ketika Jeno ingin mengambil kasus ini termasuk Yeji tadinya. Tetapi hasil pengamatan terhadap barang-barang pelaku yang terdampar di kamar ini cocok dengan bukti kasus yang sudah lama tim-nya tinggalkan. Alasan kuat Jeno ingin tim-nya mengambil kasus ini.

Alasan itu tidak dia katakan pada Yeji maupun teman-teman tim-nya. Nanti setelah kasus ini selesai, mungkin kasus lama yang tim-nya tinggalkan akan dia bawa ke permukaan lagi.

Jeno masih tetap disana mencoba untuk mengulik tempat itu. Ada sesuatu yang berhubungan erat disini, firasat Jeno berkata keras.

"Kapten masuk" Suara Yeji terdengar di telinganya, Jeno menekan earpiece dan menjawab panggilan Yeji.

"Gimana Ji?" Jeno menyahut.

"Gini Jen, laporan tentang Johnny udah aku kirim ke kamu. Aku lagi perjalanan ke kantor. Laporan itu ga detail karena ada yang mata-matain kita. Satu info penting yang ga aku tulis, Johnny ada dibawah pimpinan Erlosa, hati-hati dalam melangkah Jen, musuh kita benar-benar di depan mata" Penjelasan panjang yang tiba-tiba membuat Jeno merasa risau.

Sambungan langsung dimatikan oleh Yeji tanpa menunggu balasan Jeno. Jeno melihat sekeliling, tim-nya sedang memeriksa dan Jeno tidak melihat ada yang sesuatu yang janggal. Tetapi titik kuning yang tertempel di sebelah saklar lampu membuat atensi Jeno terkumpul disana. Badannya mendekat, tangannya terulur memegang benda itu. Badan Jeno kaku seketika bahwa laki-laki itu—Johnny, menyimpan bom di balik tembok ini dan menyalakannya.

"Keluar dari sini semuanya! Bom aktif dipasang disini, usahakan keluar sesuai jalur." Jeno langsung menyuruh semua tim-nya keluar dari ruangan itu.

***
Yeji akan mengintrogasi pelaku setelah urusannya disini selesai. Dirinya harus meminta penjelasan dari korban untuk pemeriksaan selanjutnya. Dirinya lelah, kasus sebelumnya menguras tenaga dan kasus ini bahkan lebih parah. Dia tidak bisa membantah Jeno untuk tidak mengerjakan kasus ini, karena matanya juga melihat ada sesuatu yang janggal disana.

Langkah kakinya perlahan masuk ke kamar korban dan mulai sesi tanya jawab kembali setelah melihat korban sudah bisa berbicara lagi. Korban tersebut memang benar-benar korban, tapi saat dia meminta waktu pada Yeji untuk menunda introgasi, Yeji merasa ada sesuatu yang ganjil. Mata korban sudah tidak searah seperti introgasi sebelumnya, gerak tubuh yang seakan-akan sedang tertekan.

Akhirnya, sesi tanya jawab itu berhasil dilalui korban dan Yeji. Tanpa menunggu, Yeji langsung melangkah keluar dan mengemudi menuju markas. Telfon berdering erat di dashboard mobil miliknya.

"Kenapa Jen?" Nada santai Yeji terdengar menjawab panggilan itu.

"Berhenti sekarang entah kamu lagi dimana! Kasus ini berhenti. Kamu ga usah ke korban lagi, sekarang pulang ke apartement aku nunggu disana. Satu lagi buang hp ini setelah telfon ini selesai" Suara Jeno terdengar dari telfon milik Yeji dan langsung dimatikan oleh Jeno.

Yeji yang sedang diperjalanan langsung memutar balik menuju apartement dan tak lupa membuang hp miliknya. Earpiece miliknya masih terpasang jelas, tetapi signal sengaja dimatikan. Yeji tidak merasa takut, dia lebih takut pada keadaan Jeno saat ini yang benar-benar mengetahui kasus ini memang bahaya.

Mobil Lexus milik Yeji terparkir tepat di apartement, dirinya tidak melihat sesuatu apapun yang terasa ganjil. Setelah pemberitahuan dari Jeno, dirinya mulai menaikkan siaga. Yeji tidak punya perangkat apa pun selain earpiece yang masih menempel di telinga miliknya. Signal-nya mati, tapi harusnya di apartment ini signal bisa dinyalakan tanpa takut terdeteksi karena penjagaan yang ketat.

Tubuh Yeji turun dari mobil, langkah kakinya membawanya menuju kamar apartement. Tempat paling aman yang dia punya di apartement ini. Tubuhnya tergerak melangkah menuju lift apartement. Sepi yang menyengat hingga deru nafas Yeji terdengar.

***
Sesampainya Yeji di kamar apartement-nya dia langsung menuju kamar miliknya. Yeji mendengar suara shower yang Yeji pastikan adalah Jeno. Pikir Yeji saat melewati kamar mandi apartement.

Tubuhnya memasuki walk-in-closet mencari baju yang siap pakai untuk istirahat, ketika tangan Yeji membuka lemari baju miliknya, tubuhnya menegang kaku. Tangannya menutup mulut berusaha meredam teriakan miliknya. Tubuh laki-laki tergeletak disana.

"It's not you Jeno, please Jeno wake up!!!" Tubuh Yeji bergetar melihat mayat laki-laki dengan simbahan darah di sekitar tubuh. Laki-laki itu Jeno, laki-laki yang diam-diam masih menjadi alasan Yeji untuk tetap meneruskan langkahnya di pekerjaan ini. Yeji ingin sekali kembali pada pekerjaan lama, tetapi dirinya belum sanggup berjauhan dengan pemilik hatinya—Jeno.

Seorang laki-laki masuk, Johnny Suh berdiri disana memandang seorang hawa yang menangisi mayat adam-nya. Yeji melihat jelas senyum lebar terpampang di wajah panas itu.

Tidak ada bantahan dari wanita cantik yang masih berdiri di depan mayat mantannya. Tubuhnya masih tidak percaya bahwa dirinya sudah masuk dalam game tanpa Yeji sadari.

"Bagaimana? Siapa yang menang di game ini? Saya atau kamu, Ms. Bennet?"

Johnny meninggalkan kamar itu dan membiarkan Yeji membawa Jeno menuju rumah sakit. Yeji mungkin terlihat rapuh, tapi pikiran Yeji berkelana berusaha mencerna kejadian ini.

***
Thank you for reading. Happy for today.

See u next week.

Electric HeartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang