Epilog

81 7 0
                                    

Malam dengan hujan lebat mengantarkan sepasang kekasih yang pulang dari lelahnya bekerja. Mereka menaiki mobil dengan obrolan ringan.

"Aku ga tau kenapa bos aku tuh suka bikin aku capek. Untung cute mana bisa aku marah" Yeji dengan wajah kesalnya melapor pada kekasihnya.

"Karena dia tau kamu ga bisa nolak, makanya dia nyuruh kamu mulu" Jawab Jeno dengan santai.

"Mana kalau jam makan siang, bos aku bukannya makan malah nge-game. Siapa coba yang ga marah" Sambil melepas stiletto di kakinya, Yeji masih bersungut-sungut bercerita tentang bos dikantornya.

"Ga jauh beda kan sama kamu kalau di apart. Bukannya makan malam malah log in game" Jeno berkata.

Yeji yang mendapat balasan menyebalkan langsung merenggut sebal. Memang kekasihnya suka sekali mem-bully dirinya.

"Jen, aku laper" Yeji kembali berbicara.

"Tinggal makan kan?" Senyum jahil Jeno terbit.

"Jeno! Pulang sana ke palung mariana. Daratan malu punya manusia kek kamu" Dengan kesal Yeji membalas Jeno.

"Pacar aku lucu banget, jadi pengin cium" Jeno menoleh sekilas dan fokus kembali ke jalanan.

"Mulutnya kek ga pernah sekolah. Kfc aja deh kita." Yeji akhirnya memutuskan sendiri sebelum Jeno berulah lagi.

Dia Yejina Bennet, kehidupan barunya ini akhirnya terlepas dari beban berat yang selama ini mengintainya. Mantan agent yang sekarang beralih profesi akhirnya menghirup nafas tanpa ada tekanan nyawa orang yang melayang atau kehilangan seseorang lagi.

Yejina yang sebelumnya menjadi kasir sekarang beralih menjadi data pengamat di suatu perusahaan besar. Kepintarannya membawanya pada jenjang karir yang menjanjikan, tidak hanya karir yang mulai menaik tapi hubungannya dengan Jeno kembali menemukan titik bahagianya.

Yejina yang kala itu melihat sebuah papan jalan bertuliskan selamat jalan tiba-tiba saja berpikir bagaimana jika salah satu dari mereka berdua tiba-tiba mati. "Jen, kalau aku one day kamu yang bakal menemui kematianku, tolong kasih edelweis hitam di makamku yah. Cantik banget nanti makam aku"

Jeno yang mendengarnya tertegun tiba-tiba. Jeno mengiyakan sambil tersenyum meskipun hatinya kini sedikit merasa tidak enak. "Kalau semisal aku yang liat kamu mati duluan? Kamu mau minta aku bawain apa kalau ke makam kamu?"

"Cerita kamu, hari-hari kamu sama mungkin bunga matahari. Karena kamu itu cahaya aku dan matahari melambangkan aku bakal selalu sama kamu meskipun aku tau bukan dalam bentuk manusia. Hehe" Jawab Jeno dengan kekehan kecilnya.

Percakapan mereka tentang kematian sebenarnya menakutkan, tapi nyatanya mereka sama-sama menyangkal firasat yang tidak enak datang kepada mereka. Membicarakan keseruan lain setelah membuat permintaan untuk hari terakhir mereka jika suatu saat nanti terjadi.

Namun sayangnya, suatu saat itu terjadi tidak lama setelah percakapan. Ketika Jeno menatap lembut Yejina di sebelahnya dan mencium punggung tangannya lembut, di depan sana sebuah truk oleng menghalau jalan mereka.

Sebuah tabrakan hebat terjadi. Truk pembawa minyak bumi itu harus kehilangan keseimbangan dan menabrak dengan keras mobil yang ditumpangi oleh Yejina dan Jeno. Yejina yang saat itu masih memproses apa yang terjadi dengan sedikit kesadarannya dia menatap Jeno yang sedang menatapnya juga. "Jen, for a whole sky and the breathe of ocean I love you" Lirih Yejina sebelum benar-benar kehilangan kesadaran.

Jeno yang dadanya terhimpit oleh sandaran kursi dan setir mobil tidak bisa berbicara hanya mendengar lirihan tersebut dan memejamkan matanya. Melihat kesadaran Yejina yang semakin menghilang, tangisnya semakin dalam karena dia benar-benar tidak bisa melakukan apapun kali ini.

Ambulance datang, suara sirine berdengung secara silih berganti. Semua yang disana panik melihat tiga orang terbujur tidak sadarkan diri. Saat Jeno kehilangan kesadaran, tangannya dalam keadaan menggenggam tangan Yejina erat. Bahkan ketika mereka dipindahkan dalam tandu, tangan mereka masih sulit untuk dilepaskan.

Yejina Bennet tidak akan pernah tau, dia kembali kepada pemiliknya dengan membawa perasaan yang belum usai. Sedangkan Jeno Ambrosius hidup dengan jeratan masa lalu di setiap langkahnya tanpa pernah mau melepasnya.

Mereka berdua akan selalu terluka, bahkan ketika mereka merelakan hidupnya.

***
Ini akan menjadi chapter terakhir dalam kisah mereka berdua.

Aku ucapkan banyak terimakasih untuk semua teman teman readers yang sudah mendukung cerita ini sampai di ending. Jika kalian merasa ending ini kurang aku mohon maaf sebesar-besarnya.

Aku mohon maaf juga karena dalam pengerjaan cerita masih banyak kurangnya, tapi aku akhirnya bisa menyelesaikan satu cerita ini.

See you in the next story for all readers!

Electric HeartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang