Aku terdiam mendengar penuturan Jeno saat ini. Sesuatu yang tidak aku duga terjadi. Ini adalah hal diluar prediksi rencana.
"Kita bahas ini nanti Jeno, ke UKS dulu ayo! Aku ga mau jadi tersangka pembunuhan kalau kamu tewas gara gara ga minum air"
"Sayangnya kamu udah jadi tersangka pembunuhan Ms. Bennet" Jeno terkekeh sambil melihatku. Apa tidak dia sadar jika aku terpanggil oleh aparat maka dia ada dibelakangku untuk berjalan bersama memasuki sel dingin itu. Meskipun kami agent, membunuh bukan hal baik.
"Kenapa kok balik sekolah? Ga nunggu pengumuman?" Aku bertanya padanya sambil mengganti perban yang berada di tangan Jeno.
"Minggu depan katanya, buku yang aku kasih tau di chat udah kamu beli?"
"Belum dong. Aku nunggu kamu buat nemenin beli"
Lusa yang lalu Jeno memintaku membeli salah satu buku karya Jane Austen yang berjudul Emma. Dia memintaku membelinya karena dia telah menyelesaikan film dari adaptasi novel itu. Membaca adalah hal utama untuk Jeno. Aku memang sengaja belum membeli karena aku tidak tau versi mana yang dia mau.
"Kenapa nunggu aku? Tinggal beli kan" Alisnya Jeno menukik sebelah.
"Aku ga tau versi mana yang kamu mau"
"Kenapa ga tanya di chat?"
"Bateraiku abis semalem, ih bawel banget kamu Jen" Aku memandangi dia dengan sebal. Kesel banget kalau Jeno udah cerewet kek gini ngalahin emak-emak komplek astaga.
"Mau disini atau balik kelas kamu?" Aku bertanya setelah melihat dia cukup membaik.
"Ga, bolos"
Idih idih, pundungnya keluar. Jeno kesel kalau udah dikatain bawel, siapa suruh dia bawel.
"Ya udah aku mau balik kelas, baik baik sendirian" Aku menepuk-nepuk kepalanya.
"Mau balik? Oke" Jeno buang tangan aku di atas kepalanya dia dan lebih pilih tiduran ngebelakangin aku. Pundung pasti dia tuh.
Jeno, dia akan tetap sama ternyata. Tidak ada yang berubah bahkan ketika kondisi memaksanya, dia lebih memilih menjadi dirinya. Jeno kalau pundung terus ditinggalin, pundungnya tambah lama jadi aku tetep nungguin dia sampe dia bangun.
Bel pulang sekolah udah bunyi 15 menit yang lalu yang berarti udah ada dua jam Jeno tidur. Aku tadi sama-sama tidur kok cuman udah bangun aja pas denger bel sekolah. Kebiasaan Jeno kalau tidur ga inget waktu. Ini kalau ga dibangunin, sampe besok sekolah dibuka lagi dia bakalan tetep disini.
"Jeno, bangun ayo! Udah jam pulang, lanjutin tidurnya di apartement" Aku menepuk nepuk pipinya dengan pelan. Dia paling benci kalau dibangunin teriak-teriak. Karena sentuhan dikit aja gini Jeno udah bangun kok.
"Aku ikut kamu boleh?" Tanya Jeno kepadaku setelah mengumpulkan nyawa.
"Ga, ga ada, we just ex Jeno"
"But we friends Yeji, if you forgot that"
Aku tau resiko apa yang akan aku terima jika Jeno bersamaku di sekolah ini. Mungkin tidak akan terjadi apapun jika dengan circle setan teman-teman Jeno, sayangnya kita hanya berdua sekarang tidak mungkin bukan aku akan mengambil resiko besar.
Aku menggeleng tak mau mengikuti pertanyaannya. Aku meletakkan kunci mobilnya ke tangan Jeno lalu keluar UKS menuju parkiran. Tidak ada orang karena banyak yang sudah pulang, kecuali orang yang menatapku dibalik cermin itu, melihatku dengan senyuman menawan. Sial kenapa aku harus bertemu dengannya ketika pistolku sedang di mobil.
Aku tetap melanjutkan langkahku menuju parkiran. Suara langkah kaki terdengar dibelakangku, aku tau itu dia. Dia yang menjadi alasan mengapa aku bisa menjadi anak SMA kembali.
"Yeji ingin pulang? bersamaku?" Dia mengulurkan tangannya.
"Tidak Jun, aku ada keperluan. Lain kali saja bukan" Aku menganggukan kepalaku setelah mengatakan penolakan.
Dia adalah Yeonjun, salah satu teman di SMA-ku. Dia termasuk murid pintar dan selalu menjadi peringkat pertama dikelasnya. Berbicara memakai kata-kata baku adalah ciri khasnya.
Orang-orang mungkin melihat Yeonjun yang memiliki kantung mata hitam karena belajar yang tiada henti untuk menjadikan dia pintar. Namun, kantung mata itu adalah efek samping dirinya yang terlibat oleh narkotika dengan dosis tinggi. Kecanduan tepatnya. Tak ada warga sekolah yang tau Yeonjun adalah seorang pecandu. Pecandu yang harusnya sudah di ruangan rehabilitasi bukan di sekolah yang dengan santainya belajar bersama teman-temannya.
Bukan saatnya aku face to face dengannya. Ada waktu lain, lagi pula Jeno tidak disini. Dia tetap menjadi target pertama meskipun rencana kedua target kita berubah.
Aku menaiki mobil Lexus milikku dan mulai mengendarainya menuju apartement Jeno. Sebelum ke apartementnya aku berniat menuju kedai kopi untuk memesan satu chocoberry yang ingin ku berikan kepada Yeonjun esok.
"Kak, chocoberry-nya ada?" Aku bertanya pada penjaga kasir untuk memesan keinginanku.
"Ada kak, mau berapa kak?"
"Satu pack aja kak" Mungkin satu pack sangat amat cukup untuk seorang Yeonjun yang biasanya hanya memakan gigitan kecil.
Aku membayarnya dan membawa barang itu menuju mobil. Chocoberry menu signature kedai kopi yang terkenal di kalangan remaja ini. Seseorang ketika memesan menu ini harus mendatangani perjanjian dengan manager kedai kopi.
Aku tiba di apartement Jeno. Dia terlihat sedang duduk bersila tanpa kaos ditubuhnya dan celana pendek yang melekat padanya. Tangannya memangku sebuah mangkuk berisi indomie yang dia buat. Anak kos staterpack.
"Mauuu Jennn..." Aku berbinar menatapnya sambil membuka mulutku.
"Ga, masak sendiri" Dia menjauhkan mangkuk itu dari tubuhku. Aku hanya bisa memandang dia memelas, aku lapar ingin makan.
"Aku kasih tapi sambil suapin aku, gimana?" Dia mengangkat alisnya menatapku.
"Bilang aja mau manja, pen pukul kamu sampe kedengeran intro netflix" Aku menatapnya datar dan mengambil mangkuk di tangannya. Dia hanya mengendikkan bahu dan membuka mulutnya untuk menerima suapanku. Setidaknya aku tidak sendiri ketika pulang dari lelahnya hari.
***
Jujur pas bikin part ini aku lagi ga ada ide sama sekali, tapi aku maksain buat, akhirnya pas lagi ngetik idenya ngalir. Kalau bingung sama alurnya gpp kok, tenang aja bakal aku kasih tau titik terangnya di chapter yang akan datang.
Kalau kamu ga sabar untuk ceritaku kamu bisa tutup cerita ini dan lanjut cerita yang baru, tapi untuk kamu yang mau baca sampai part ini aku ucapin terimakasih banyak.
Vote and comment always be best part of this story. Thank you
KAMU SEDANG MEMBACA
Electric Hearts
Fanfiction"𝐁𝐚𝐥𝐚𝐬 𝐝𝐞𝐧𝐝𝐚𝐦 𝐢𝐭𝐮 𝐛𝐞𝐧𝐚𝐫-𝐛𝐞𝐧𝐚𝐫 𝐭𝐞𝐫𝐣𝐚𝐝𝐢, 𝐛𝐚𝐡𝐤𝐚𝐧 𝐝𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐦𝐞𝐫𝐞𝐥𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐡𝐢𝐝𝐮𝐩𝐧𝐲𝐚" 𝒥𝑒𝓃𝑜 𝒜𝓂𝒷𝓇𝑜𝓈𝒾𝓊𝓈 𝓍 𝒴𝑒𝒿𝒾𝓃𝒶 𝐵𝑒𝓃𝓃𝑒𝓉 2021 @skyofclub Completed.