Bel sekolah berbunyi tepat pukul 2 siang hari. Siswa-siswa berhamburan keluar dari sekolah menandakan waktu pulang telah tiba. Terlihat di parkiran utama Jeno bersama teman-temannya sedang duduk di atas motor menunggu seseorang.
"Gimana Jen, jadi kan hari ini?" Suara seseorang mengintrupsi Jeno dan teman-temannya yang sedang berbicara.
Mereka, teman-teman Jeno memandang siswi perempuan yang memanggil Jeno dengan tatapan sedikit tidak enak, lebih tepatnya sinis. Jeno yang memang sedang menunggu seseorang itu mengangguk mengiyakan.
"Jen, nanti mampir sbux bentar yah, ada yang mau aku beli" Seseorang itu berkata kembali.
Sebelum Jeno menjawabnya, perkataan Jeno terpotong oleh Renjun yang saat ini memandang wanita itu datar. "Olimpiade berkedok nge-date itu mah" Suara Renjun mungkin terdengar menggoda untuk siswi perempuan yang meminta Jeno memenaninya ke kafe, tetapi perkataan Renjun memiliki makna lain.
"To the point dong Njun, tinggal bilang caper gitu susah amat" Haechan menambah ketegangan keadaan parkiran utama. Keadaan yang tadinya terasa panas semakin memanas.
Perempuan yang hidupnya hanya menghancurkan Jeno secara perlahan. Menghancurkan dari segala aspek kehidupan Jeno. Bukan Jeno yang tidak mau menjauh, tetapi jika dia menjauh sebelum rencana yang di tentukan belum berhasil maka semua yang dia siapkan selama ini akan hancur sia-sia.
Jeno paham keadaan teman-temannya yang mulai tidak bisa menjaga mulut mereka. Dirinya langsung melangkahkan kaki meninggalkan parkiran dengan perempuan itu menaiki motornya. Teman-teman Jeno tau rencana Jeno, rencana Jeno yang belum berhasil dan tiba-tiba perempuan itu datang dengan dalih ingin bertemu kembali, padahal mereka mengerti ada sesuatu dibalik kembalinya perempuan itu. Mereka tidak mau menggagalkan rencana Jeno tapi mereka juga tidak mau hidup Jeno ada di ambang kesedihan.
"Min pulang ga?" Suara Lia mengalihkan pandangan mereka dari dua orang yang baru saja pergi.
"Pulang dong, yakali ga, mau nginep di sekolah emang? Kalau sama kamu, aku mau-mau aja" Jaemin bersuara menggoda Lia.
"Yeu ngalus mulu, tuh otak dibikin alus" Kalimat sarkas Ryujin dilayangkan pada Jaemin.
"Bener tuh my honey bunny, btw Yeji mana? Ga sama kalian?" Tanya Haechan saat dirinya tidak melihat Yeji bersama pacarnya disini.
"Dia pulang duluan tadi, katanya ada urusan" Lia menjawab pertanyaan Haechan.
Jisung yang baru datang dan mendengar perkataan Lia, dahinya mengkerut dalam. Seingatnya saat dia ke toilet dan di pertengahan jalan dia sempat melihat Yeji yang masih duduk di teras kelas. Tidak mungkin bukan Lia dan teman-temannya membohongi mereka. Atau Yeji yang membohongi temannya sendiri? Jisung masih bertanya dalam benaknya.
Yuna yang melihat Jisung terdiam dan terlihat melamun menyikutkan tangannya pada tubuh jangkung itu. "Kenapa? Kamu tau Kak Yeji kemana?" Perkataan Yuna membuat Jisung terkejut. Jisung hanya menggelengkan kepala menjawab pertanyaan Yuna. Mungkin saja memang Yeji benar-benar ada urusan, Jisung tidak mau overthinking.
"Syukur deh, bisa-bisa galau lagi liat Jeno sama tuh cabe satu" Renjun menyauti Lia.
"Gue ngerasa kasian banget pas kemarin Jaemin cerita. Pas acara sepupunya Yeji, Yeji harus nahan perasaannya buat ga ninggalin mereka berdua biar rencananya berhasil. Setan banget ga si tuh cewe satu" Ryujin terlihat sedih dan greget di satu waktu.
"I'm agree with you Jin, ga seharusnya Yeji acting pas kumpul sama sepupunya terus ga sengaja ketemu sama Jeno with his ex, tinggal show their relationship, its over right" Chaer, atau lebih tepatnya Chaeryoung yang lahir di Australia dan kebetulan menjadi warga kota Surabaya ini memang suka menggabungkan dua bahasa, Inggris dan Indonesia, tidak heran bahasanya belibet.Beruntung circle miliknya paham apa yang dikatakan Chaer.
"Takdir emang sekejam itu sama mereka kak, mereka layak bahagia tapi Tuhan belum iyain" Yuna menimpali bahasa belibet itu.
***
Yeji saat ini terduduk di teras kelas miliknya. Manik tajamnya mengarah pada handphone miliknya. Tubuhnya dikurung oleh hoodie besar untuk menyamarkan dirinya hari ini.Saat pulang tadi Yeji izin tidak ikut berkumpul dengan temannya. Karena Jeno meminta hari ini pengawasan harus dilaksanakan. Yeji izin pulang awal pada temannya tetapi nyatanya bel pulang sudah berbunyi sejak lima belas menit yang lalu tapi dirinya masih stay di depan kelas miliknya.
Matanya mengarah tepat pada dua titik merah yang berada di parkiran motor. Titik itu menandakan Jeno dan satunya adalah seseorang yang perlu diawasi Yeji kali ini. Tampak di sudut layar handphone-nya menampilkan kotak kecil berisi rekaman mereka yang sedang berbicara jelas dengan tampang mereka.
Yeji mendengar jelas apa yang sengaja dikatakan Jeno, ketika Jeno berusaha keras menarik banyak informasi dari targetnya saat ini. Bahkan ketika suara kecupan terdengar dari earphone yang dia gunakan untuk mendengarkan mereka. Maniknya melihat jelas ketika wanita itu mengecup pipi Jeno sebagai hadiah untuknya telah menjawab pertanyaan Jeno.
Raut tenang terpampang jelas di muka Yeji, tidak ada tanda-tanda menunjukkan bahwa Yeji sedang merasa marah saat ini. Langkahnya terayun menuju parkiran untuk mengikuti mereka berdua menuju salah satu toko buku terkenal di kota ini.
"Yeji bukan si? Anjir lu ga pulang?" Suara itu menginterupsi langkah Yeji menjadi berhenti.
"Ini mau pulang, nyatet materi dulu tadi, napa emang?" Wajah Yeji membalik dan langsung berhadapan dengan seseorang yang memanggilnya––Daehwi.
"Lu tau kan, keadaan sekolah lagi ga aman, lu bisa jadi korban Ji, lu cewe Yeji" Perkataan Daehwi memang benar, kasus pemerkosaan pada siswi di SMA ini sedang diusut, mereka diperkosa dengan paksa tanpa tau siapa yang melakukannya.
"Gua bisa jaga diri Hwi, jadi lu ga usah khawatir, gua gapapa" Yeji tersenyum kecil menatap Daehwi, mereka bisa dibilang dekat ketika Yeji yang anak baru saat itu tidak mau atau lebih tepatnya malas mengenal seseorang tapi Daehwi datang padanya dan menawarkan pertemanan.
Perkataan Yeji mengakhiri pembicaraan mereka berdua. Yeji melangkahkan kakinya lagi menuju parkiran motor, lalu mengambil motornya yang dia bawa tadi pagi menuju sekolah. Mobil Lexus miliknya sedang menjadi pasien di salah satu bengkel ternama.
Saat matanya menatap handphone miliknya, dua titik merah itu masih disana dan diujung layar terlampir perempuan sedang menarik pipi milik sang lelaki gemas, lelaki itu Jeno.
Yeji menghela nafas kasar, dirinya tidak ingin lagi akan melibatkan perasaannya saat mengerjakan tugas. Hal itu berbahaya untuk dirinya dan tugas yang dia kerjakan. Sesak terasa ketika adegan romansa itu terpampang jelas dimatanya, tapi langkah kaki Yeji tetap memaksa Yeji untuk melancarkan tugasnya, persetan dengan cemburu yang tidak ada hentinya.
***
Hai everyone, i hope ur day is happy okay.Gimana part ini? Something wanna u asking to me? Just drop ur comment and i will answer it with spoiler maybe. No jk.
Chapter terakhir yang aku publish bulan ini. Aku bakal balik lagi pertengahan november nanti. Ada something yang harus ku urus di rl, jadi jangan ditungguin. Part ini sengaja ga aku gantung biar readers ga kecewa pas baca.
Happy weekend and be happy. See u next month my readers💖.
KAMU SEDANG MEMBACA
Electric Hearts
Fanfiction"𝐁𝐚𝐥𝐚𝐬 𝐝𝐞𝐧𝐝𝐚𝐦 𝐢𝐭𝐮 𝐛𝐞𝐧𝐚𝐫-𝐛𝐞𝐧𝐚𝐫 𝐭𝐞𝐫𝐣𝐚𝐝𝐢, 𝐛𝐚𝐡𝐤𝐚𝐧 𝐝𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐦𝐞𝐫𝐞𝐥𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐡𝐢𝐝𝐮𝐩𝐧𝐲𝐚" 𝒥𝑒𝓃𝑜 𝒜𝓂𝒷𝓇𝑜𝓈𝒾𝓊𝓈 𝓍 𝒴𝑒𝒿𝒾𝓃𝒶 𝐵𝑒𝓃𝓃𝑒𝓉 2021 @skyofclub Completed.