mine | 34. Serahkan atau Tidak?

252 58 10
                                    

∞

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ada anak murid yang tewas tenggelam ga diselidikin lebih lanjut, dianggap kecelakaan biasa, cih, sekolah macem apa?" Yena mendumel sepanjang perjalanan. Jujur, kembali ke Yayasan Munrei sangat melelahkan baginya, entahlah Yena hanya merasa tidak nyaman tiap berada di tempat itu.

"Siang ssaem," sapa Chaewon ketika melihat Bu Jihyun lewat di depan mereka. Wanita muda itu tersenyum.

"Loh ada kalian? Ada tugas dari kampus lagi?"

Yena menggeleng, "hehe engga kok ssaem, cuman mau ngambil barang di ruang teater, waktu itu ketinggalan."

"Astaga ceroboh banget, yaudah dicari aja coba. Ntar kalo ga ada kalian ke bagian penitipan barang hilang di depan ya, biasanya kalo ada pegawai yang dapet diserahin di sana." Bu Jihyun berujar lagi. Dua gadis itu mengangguk, lantas guru itu pergi meninggalkan keduanya.

Tak butuh waktu lama, Yena dan Chaewon tiba di depan ruang pemantau CCTV, di ambang pintu seorang pria sudah menunggu kehadiran mereka. Chaewon menarik senyum cerah.

"Oppa!" Dia menyapa. Pria tadi membalas dengan senyum manis pula.

"Ini kunci yang Dek Chaewon pesen kemaren?" lanjut Minho menyerahkan sebatang kunci berwarna keemasan pada gadis bersurai pendek itu.

"Iya Oppa, bener ini yang aku minta. Makasih ya Oppa!" Chaewon sumringah sambil menerima kunci itu. Minho tersenyum lega telah memberikan benda yang benar. "Eum, kita buru-buru banget Oppa, maaf ya aku ga bisa lama lama, kita duluan ya!"

Minho mengangguk, selepas itu Yena dan Chaewon segera pergi menuju tangga belakang agar cepat sampai ke ruang penyimpanan barang lama sekolah.

Tempatnya terletak di lantai tiga, di ujung gedung —di mana tempat itu jarang dilewati para murid sebab pencahayaannya yang kurang memadai. Yena dan Chaewon memasukkan kunci ke dalam lubang pintu, memutarnya perlahan dan terbukalah material tersebut memperlihatkan sebuah ruangan gelap nan pengap. Yena melangkah masuk sembari mengibaskan tangannya beberapa kali, menyingkirkan debu debu terbang yang menyusup ke dalam hidungnya.

"Ck ga ada lampunya Yen."

Yena melihat sekeliling, "kita buka jendelanya dikit" ujarnya membuat temannya mengernyit.

"Kalo ada yang liat gimana?"

"Tenang aja" Yena membuka jendela kayu itu pelan-pelan, melongok sedikit ke bawah guna mengecek keadaan, "di belakang sini cuman ada kebon, ga ada yang lewat. Toh di sini juga jarang didatengin."

MINE : slowmotion 2.O - Choi YenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang