🔒14

264 96 54
                                    


"DI MANA DANIELLA?!" samar-samar gelombang suara itu menggetarkan gendang telinga Nel. Tidak salah lagi. Itu suara Arthur.

"Cepat kasih tahu saya!" Kentara sekali bahwa lelaki empat puluh tahunan itu tengah berusaha mati-matian menahan suaranya yang nyaris menggelegar dahsyat. Bukan karena mencoba mengendalikan emosi, tetapi agar tidak ada yang mendengarnya selain orang yang ia ajak bicara.

Hanya saja, percuma. Sejak Nel tahu bahwa ada seseorang yang dikurung di ruang bawah tanah, ia mulai mengawasi Arthur dan Elma diam-diam, lebih tepatnya, memperhatikan kebiasaan mereka. Dari pengamatan itu, Nel menyimpulkan bahwa mereka turun ke ruang bawah tanah antara pukul 11.00 malam hingga pukul 01.00 pagi dengan membawa sesuatu di kantong kresek yang Nel tebak itu makanan. Sebenarnya dia sudah dua kali mengikuti Arthur ke bawah,meski hanya sampai di ujung atas tangga bawah tanah saja. Sebab pernah waktu itu Nel membuka pintunya sesaat, tetapi Arthur menguncinya dari dalam. Bagus. Benar-benar niat sekali bahwa lelaki itu tidak ingin diikuti. Maka waktu itu, Nel bersembunyi saja di dekat lemari sampai Arthur kembali. Setelah dirasa aman, Nel mengecek lagi pintu tersebut. Sialnya, digembok.

Sempat suatu siang ketika Arthur dan Elma tidak di rumah, Nel mencoba membuka gembok tersebut dengan cara-cara yang ia dapat dari internet-menggunakan lapisan luar baterai, klip kertas, pemotong kuku-namun hasilnya nihil. Trik-trik itu seringkali menjadi omong kosong belaka. Karena itulah ia mengumpulkan uang jajannya selama beberapa hari untuk memberi bolt cutter, suatu alat pemotong kawat beton, yang kini ada di tangannya, serta earpiece yang terhubung ke penyadap suara yang kemarin sore ia pasang dengan bantuan kawat lewat celah-celah udara ruang bawah tanah di luar rumah. Sejujurnya celah itu dihalangi oleh pot-pot tanaman hias beranda belakang. Hanya saja kejelian Nel dalam menebak-nebak posisi ruang memang bisa diandalkan. Atau barangkali, tata letak rumahnya saja yang terlalu mudah ditebak. Intinya setelah menyusupkan penyadap suara itu, Nel mendengar suara-suara seperti rintihan dan erangan di sana. Sesekali lelaki yang terkurung itu meminta tolong dengan suaranya yang lemah, sesekali dia mengumpat. Tapi umpatannya kedengaran menyedihkan.

"Jangan pura-pura lemah, kamu! Di mana anak saya? Heh?"

Nel mendengus.

Papa bertanya pada orang yang salah, batinnya.

Ingin sekali Nel terbahak-bahak menertawakan ketololan papanya, tetapi kemarahannya menahan itu. Sebab dari sini jelas sekali, sangat jelas, bahwa Leonora memang bukan Leonora. Leonora adalah Daniella. Tidak mungkin Daniella yang dimaksud dalam pertanyaan interogatif Arthur itu adalah dirinya yang tiap pagi, siang, dan malam keliaran di rumah. Pasti yang dimaksud adalah Leonora yang sudah mampus. Dan terang-terangan Arthur masih mengakui gadis malang itu sebagai putrinya. Suatu teka-teki yang memusingkan dan memuakkan. Sebab Nel masih belum menemukan titik terang terkait asal-usul gadis yang ia lempar ke sungai itu. Karena bagaimana bisa mereka berdua memiliki fisik dan nama yang sama persis. Nel makin curiga jangan-jangan Daniella yang satunya lagi itu benar-benar kloningannya. Ngeri. Sebab jika itu benar, artinya, ibu dari Daniella yang itu adalah dirinya. Artinya, Nel membunuh anaknya sendiri. Astaga. Nel sangat terhibur dengan sensasi ini.

"Saya enggak tau." Suara itu kedengaran lemah. Siapa juga yang akan tahan terkurung belasan hari di ruang kumuh tanpa makanan yang layak?

"Bohong. Saya tahu betul kedatangan kamu ke sini untuk apa, Danny!"

Danny. Namanya Danny?

"Harusnya bocah sepertimu tidak ikut campur urusan besar seperti ini!"

"Saya terjebak!"

"Hah! Omong kosong! Cepat bilang di mana Daniella atau kamu akan merasakan penderitaan yang lebih dari ini."

One Must Die [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang