.
Part ini spesial, gais. Kalo NEL ini sel, maka part ini nucleus nya.
.DANNY MENARIK LENGANKU menjauhi lapangan sepak bola ini, sementara dadaku masih berdegup kencang memikirkan kalimatnya barusan : dia yang nyoba bunuh kamu.
Astaga, Ya Tuhan, apa yang terjadi sebenarnya?
Aku ingin menengok ke belakang, menangkap gadis itu dengan kedua mataku sendiri, melihatnya secara langsung. Tapi jika Danny benar dialah yang berusaha membunuhku maka itu akan berbahaya. Apa yang akan dirasakannya ketika melihatku masih hidup? Tapi apa jaminan bahwa Danny tidak berbohong?
"Kalo kamu emang bener tau siapa aku, bawa aku ke papa sama mama aku!"
Langkah Danny terhenti. Ia melepaskan genggamannya dari lenganku.
"Memang," katanya sambil manggut-manggut kecil. "Memang itu tujuanku."
Aku mengangkat sebelah alis. "Terus kapan kita--"
"Sebelum itu kamu harus paham sesuatu dulu, Nel."
Kedua alisku tertaut. Paham apa?
Tiba-tiba Danny mengangkat lengan kiriku dan menyingkapkan lengan kemejaku ke atas. Aku hendak menyentaknya, tapi dia tidak membiarkan.
"Kamu lihat ini?" Dia menunjukkan luka memar di sana. "Dan ini?" Kali ini dia menunjukkan luka memar miliknya di tempat yang sama denganku.
Aku terkejut. Kenapa kita memiliki luka yang sama di tempat yang sama? Dan juga ... nama yang mirip. Daniel, nama asli dia Daniel, dia pernah bilang.
"Ini bukan kebetulan, Nel. Kita pernah ngalamin hal yang sama. Kita berdua korban."
.
Sama sekali tidak terbayang olehku kalau rumah Danny sekecil ini.
"Maaf berantakan." Cowok itu mengambil setumpuk pakaian di sofa lalu melemparkannya ke atas kasur. Pintu kamarnya terbuka, dengan cepat ia menutupnya lantas pergi ke pintu lain yang kutebak itu adalah dapur.
"Suka soda?" Suaranya beradu dengan denting botol-botol kaca. Aku jadi penasaran, apa orang itu menyimpan minuman beralkohol?
"Nggak."
"Kopi?"
"Asal nggak panas."
"Pasti." Suara lemari ditutup. Danny datang dengan dua kaleng minuman. Sekaleng Nescafe ia berikan padaku dan untuknya minuman entah apa. "Itu nggak dingin banget, di sini nggak ada kulkas."
"Nggak apa-apa." Aku menarik tutup kaleng dengan begitu mudah dan menyesap kopi di dalamnya sedikit-sedikit.
"Kamu paling suka Nescafe. Ada banyak minuman itu di kulkas rumah kamu." Danny duduk di hadapanku. Kami berdua terpisah oleh sebuah meja kaca yang sepertinya sudah berbulan-bulan tidak dilap.
Jadi, cowok itu pernah ke rumahku sekalipun katanya dia dan aku sama-sama orang asing?
"Kapan kita ke rumah aku?"
"Kapan pun asal kamu udah siap ninggalin Yuda."
Yuda. Aku ragu kalau dia kakakku. Tapi tentu saja aku sangat terkesan dengan sikap baiknya. Kalau aku pulang nanti, apa aku bisa bertemu Yuda?
KAMU SEDANG MEMBACA
One Must Die [On Going]
Mystery / Thriller[Dark Fiction] Nel bertemu dengan orang yang persis sama seperti dirinya, nama dan begitu juga fisiknya. Lalu kehidupannya yang sepi dan tenang berubah gelap dan brutal. Karena ada sesuatu yang amat rahasia telah terjadi di masa lalunya. Nel tidak t...