🔒12

272 108 59
                                    


TIGA ATAU EMPAT hari pertama sejak kejadian malam pencurian, Arthur dan Elma tidak bisa berhenti menangisi kepergian Leonora. Arthur cuti kerja, Elma berhenti mengurusi pekerjaan rumah, sehingga Nel yang mengambil alih semuanya. Lalu hari-hari berikutnya mulai sedikit-sedikit kembali normal.

Sekarang sudah hari keenam belas dan sudah beberapa hari belakangan ini Arthur dan Elma mulai bisa menerima kepergian Leonora. Hal paling aneh mengenai suami istri itu adalah, mereka sama sekali tidak melaporkan kejadian hilangnya putri mereka. Adapun investigasi benar dilakukan. Tetapi mereka murni menceritakan itu sebagai tindak pencurian saja, bahkan mereka tidak mengungkit-ungkit nama Leonora sama sekali. Serta sayangnya, pelaku tidak bisa dilacak dan kasus pun ditutup atas permintaan sepasang suami istri itu. Mengerikan rasanya bahwa di balik ketidaktahuan mereka, sesungguhnya putri merekalah yang menjadi otak dari kejadian itu.

Sesaat sebelum interogasi, Nel mendapat bisikan serius dari orangtuanya bahwa ia tidak boleh sekalipun menyinggung masalah Leonora. "Anggap dia nggak pernah ada," kata mereka. Dan tentu saja kalimat itu sudah ia duga. Karena, Nel tahu sesuatu.

Kini, Nel sedang di atas kasur, memegang sebuah buku catatan setebal 100 lembar. Di sampulnya tertera, "DANIELLA EVAN" dan jelas sekali nama itu ditulis jauh sebelum Nel datang ke rumah ini, sebelum orang tuanya mengatakan bahwa Nel yang satunya lagi adalah Leonora.

Kalau perlu, aku bakal pura-pura baik supaya lebih gampang nyelakain Nel Palsu.

Kalimat itu ada di halaman hampir akhir. Itu masih bisa ditolerir. Tetapi di baris selanjutnya,

Aku pengen banget Nel Palsu mati!

Kalau bukan karena tulisan itu, Nel tidak akan pernah dihantui oleh pertanyaan, "Sebenernya Leonora sedang merencanakan apa?" Pasti Leonora tidak tahu bahwa sekalinya merasa terancam, Nel bisa jadi luar biasa jahat.

Nel membuka halaman pertama. Catatan Leonora yang menunjukkan obsesinya tentang laut, juga mimpinya untuk bisa mengambil jurusan Oseanografi saat kuliah nanti, kalau dia bisa. Lalu berikutnya lagi, tulisan-tulisan acak nyaris tanpa makna, serta sketsa rumah ini dan beberapa bangunan yang tampak dari jendela kamar. Kemudian daftar film yang sudah ia tonton beserta tanggalnya. Tapi itu ditulis dua tahun silam dan berhenti begitu saja. Tidak konsisten. Nel menyimpan catatan itu di laci, dan menguncinya.

Ia turun dari kasur, membuka tirai dan jendela. Udara sejuk pagi hari meniup wajahnya. Dingin. Tapi masih kalah dingin dari hawa hutan di kala hujan beberapa belas hari yang lalu.

Nel ke kamar mandi, menanggalkan pakaian dan berendam di bathtub. Busa dari sabun beraroma lemon melimpah menutupi tubuhnya. Saat tinggal bersama bapaknya dulu, ia mandi di toilet umum. Bak mandinya sudah berlumut, dan ia harus memakai gayung untuk mengguyur tubuh. Belasan tahun dia hidup pas-pasan, padahal nyatanya dia adalah anak dari orang yang punya banyak uang. Hasil rampokan keempat antek-anteknya saja luar biasa melimpah.

Palsu.

Nel menyandarkan kepalanya di bantalan.

Akta milik Leonora itu palsu.

Mata gadis itu terpejam, menikmati suara aliran air dari keran sambil mengingat-ingat.

Pada malam pertama kedatangannya di rumah ini, setelah Arthur dan Elma mengantarnya ke kamar, Nel turun lagi ke bawah untuk mengambil ponselnya yang ketinggalan di sofa ruang tengah. Namun di depan pintu kamar orang tuanya, Nel mendengar percakapan mereka. Ketidaksopanannya menghentikan langkah kaki gadis itu. Dia mendekat ke pintu.

"Nel nggak mau buka pintu, dia kayaknya tau, Ma." Nel pikir yang dibicarakan mereka adalah dirinya, tapi sekarang ia paham bahwa yang dimaksud adalah orang lain. Leonora.

One Must Die [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang