Kedua Puluh

10 2 0
                                    

-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-

Takut sepi namun suka sendiri. Luka kehilangan adalah penyebab hal itu. Merubah sifat seseorang dengan sangat kejam. Hingga ada satu hal yang baru dimengerti bahwasanya dewasa itu di dapat bukan hanya karena umur.

Lihat, bagaimana semesta memberi teka-teki dengan jawaban yang sangat sempurna yang hanya akan dimengerti oleh orang-orang tertentu.

Bagi sebagian orang, tertawa, tersenyum dan bahagia adalah hal yang sangat sulit ditemukan bahkan terasa menjadi sebuah kesalahan.

Bagaimana bisa sebuah senyuman tercipta karena menutupi luka? Bukankah itu merupakan sebuah kemunafikan untuk sebuah kebahagiaan?

April Aulia tidak pernah benar-benar mendapatkan dan mengenal kebahagiaan semenjak separuh hidupnya pergi bersama sosok malaikat sekaligus bidadari satu-satunya dalam hidupnya.

Tersenyum dan tertawa baginya merupakan suatu kesalahan. Ia tidak boleh tertawa karena sumber bahagianya telah hilang. Ia berpikir mungkin Tuhan menginginkan dirinya terkutuk dengan ini semua.

Tanpa senyuman tanpa suara tawa karena ia sudah lupa dengan caranya. Begitulah caranya menjalani hidup menantang semesta.

Gadis manis itu kini tengah menuruni tangga menuju ke sebuah kursi yang disana terdapat seseorang yang menjadi alasan dirinya harus hidup.

"Ayahhh....." April berlari kecil menghampiri Ayahnya.

Ia duduk di samping Ayahnya yang tengah memainkan handphonenya lalu menyandarkan kepalanya ke bahu milik Ayahnya itu.

"Gimana keadaan Gibran?" Tanya Ayahnya.

"Gibran udah pulang yah. April juga tadi nyariin dia dan nemuin dia di kontrakannya," Jawab April.

"Kontrakan? Emang dia orang mana?" Tanyanya lagi.

"April belum tau jelasnya gimana sih yah. Cuma kata Nindyar, Gibran kabur dari rumahnya karena ibu tirinya jahat," Jawabnya layaknya anak kecil yang tengah bercerita.

"Sayang, enggak semua ibu tiri jahat kok. Ada loh yang baik," Jelas Ayahnya.

"April gak percaya yah. Kalo ada ibu yang jahat ninggalin anak kandungnya sendiri, gimana bisa ada ibu tiri yang menyayangi anak sambungnya layaknya anaknya sendiri," Timbal April.

"Enggak semua kayak gitu sayang. Kamu mah terlalu banyak nonton drama ah," Ayahnya tengah berusaha meyakinkan putri semata wayangnya itu.

"Udah ah April mau nyari cemilan dulu ke dapur ya," April beranjak dari duduknya lalu pergi ke dapur.

Disisi lain, Gibran tengah diintrogasi oleh beberapa temannya di kediaman Bang Rully. Gibran hanya mampu pasrah dan terus menghela nafas panjang.

"Iya gue kan udah gak papa guys. Kalo udah sehat ngapain masih di rumah sakit coba?" Jelas Gibran.

Monster RomanticTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang