Kedua Puluh Tiga

9 1 0
                                    

-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-

Pagi ini Gibran sudah mendapatkan surat panggilan ke ruang BP/BK. Surat tersebut pun di terima oleh Nindyar karena Gibran belum datang.

"Ni anak ngapain lagi sih? Baru aja dikasih keajaiban sama ni sekolah udah di panggil lagi aja," Gerutu Nindyar.

"Kalo gini terus Gibran bakal di keluarin dari sekolah lagi gak?" Tanya April khawatir.

"Iya lah pril pasti. Gak abis pikir ih sama dia," Jawab Nindyar.

Lagi-lagi April ragu akan diri Gibran. Kemarin ia di buat kagum atas segala sifat tingkah lakunya dan sekarang ia dibuat kecewa. Bagaimana bisa Gibran membolak-balikan hati April seperti ini.

Tidak lama kemudian, Gibran dikabarkan sudah datang dan kini ia sedang berada di warung Wa Ina.

Mau tidak mau Nindyar harus menemui Gibran ke sana. Karena tadi bilang Gibran harus datang ke ruang BP/BK sebelum jam pelajaran dimulai.

Namun April mencegahnya, ia bilang dirinya sendiri yang akan mengantarkan surat tersebut. Awalnya Nindyar ragu namun, April bersikeras dan mau tidak mau Nindyar mengizinkannya.

-Warung Wa Ina-

Ada beberapa manusia yang terlihat disana. Ada yang sedang makan nasi, makan gorengan, ngerokok sambil ngopi, membenarkan senar gitar dan masih banyak lagi aktivitas lainnya.

Gibran sedang duduk di sebuah meja sambil ngobrol bersama teman-temannya. "Gampang lah nanti dijait," Ucap Gibran yang sedang membicarakan asal mula celananya sobek.

Tiba-tiba Bondan lari dari luar sambil memasang mimik tegang. "Teh April di luar Gib," Ucapnya pelan.

"Hah siapa?" Tanya Gibran.

"Teh April," Bisiknya pada Gibran.

"Beresin.. beresin," Tunjuk Gibran pada bungkus rokok yang berserakan di mejanya.

Dengan penuh tanda tanya tentang sebab hal apa yang mampu membuat seorang April Aulia mencarinya ke warung Uwa, Gibran menghampirinya sambil merapikan rambutnya.

Entah kenapa hatinya terasa deg-degan. Mungkin karena hal atau kejadian ini masih awam terjadi. Dengan senyuman penuh, Gibran menghampiri April yang dari tadi berdiri di luar.

"Eh April sini duduk," Ucap Gibran.

"Tadi juga udah di suruh Gib. Cuma gak mau katanya," Timbal Amed.

Gibran mengangguk pelan lalu menghampiri April lebih dekat. "Kenapa?" Tanyanya lembut.

April memasang wajah marah, kecewa, sedih bercampur jadi satu yang berhasil membuat Gibran lebih kebingungan. Apalagi saat April memperhatikan tiap jengkal yang ada pada dirinya. Sampai matanya berhenti di bagian tangannya yang luka, April menghela nafas. Gibran benar-benar dibuat tegang. Lebih tegang daripada apapun yang ada di dunia ini.

Monster RomanticTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang