Kesembilan Belas

9 2 0
                                    

-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


-

Akhir-akhir ini sering terjadi sebuah perdebatan antara Aditama dengan Melinda. Terutama di masalah keuangan. Sudah beberapa bulan terakhir, Melinda boros. Sekarang pun, Aditama marah karena Melinda baru saja membawa uang perusahaan sebesar Rp.60 jt entah untuk apa.

"Selama ini kamu sudah saya beri jatah uang kan? Masa tidak cukup?" Aditama benar-benar marah.

"Ada yang harus aku beli mas," Ucapnya santai.

"Apa hah? Segala hal kamu beli. Gimana kalo kita bangkrut hah?" Aditama benar-benar tidak habis pikir akan istrinya itu.

"Udah lah mas. Aku cape berdebat terus. Aku mau pergi," Ucapnya lalu pergi.

"Melinda! Kamu ini ya!" Teriaknya.

*****************************


Setelah Ibu kontrakan pergi, Gibran mulai mengemasi barang-barangnya sambil menahan air mata. Entah kenapa air mata tersebut keluar tanpa di perintah. Sesekali Gibran menyeka air matanya sambil terus mengemasi barang-barangnya.

Setelah beres, ia menggendong sebuah tas lalu mengunci pintu dan tiba-tiba setelah membalikan badan, matanya menangkap sosok yang sangat indah. Saking indahnya, bibirpun tersenyum lebar saat melihatnya.

Dan orang tersebut adalah April Aulia. April benar-benar menjadi magnet baik bagi Gibran. Bagaimana bisa ditengah cobaannya yang tiada henti ini, ketika melihat sosok April, Gibran bisa tersenyum selebar itu.

April berdiri dengan memegang sebuah paper bag. Setelah melihat Gibran, April pun menghampirinya.

"Kamu mau pergi?" Tanyanya.

Gibran menggeleng pelan tanpa berhenti menatap April. Bola terlalu indah untuk tidak dipandang. Bulat dan berwarna coklat. Benar-benar sempurna. Pikir Gibran.

"Kok bawa tas?" Tanyanya lagi.

Gibran pun tersadar. Bukankah memang dirinya akan pergi. Kenapa saat ditanya April ia malah menggeleng dan takut April akan pergi jika dijawab dirinya akan pergi.

"Ah ini. Saya mau nginep di Bang Rully. Takut mati, nanti kalo sendiri gak ada yang tau. Terus tau tau mayat saya udah membusuk. Kan gak lucu," Jawab Gibran ngasal.

"Eh gak boleh ngomong gitu. Pamalii!!" Timbal April nge gas.

"Eh becanda kok. Serius banget sih neng," Goda Gibran.

April cemberut. Baginya kematian benar-benar bukan hal yang bisa dijadikan lelucon.

"Ada apa kesini? Eh kamu gak papa kan? Udah diperiksa lagi kan? Kalo ada apa-apa bicara ya sama saya," Gibran benar-benar khawatir.

"Aku gak papa kok. Sehat wal afiat. Aku mau ngasih ini. Tadi aku ke rumah sakit cuma kata perawat kamu udah pulang. Ya udah aku kesini. Gak papa kan?" Jelas April.

Monster RomanticTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang