Gibran Bachtiar lahir sebagai manusia paling tegar dalam menghadapi semesta yang selalu becanda. Bertemu dengan April Aulia yang kadang merasa tidak diberi keadilan oleh tuhan namun mampu menenangkan. Kisah merasa terbungkus rapi lengkap dengan bebe...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
- Hari ini adalah hari minggu. Hari yang sangat-sangat banyak dinantikan oleh pelajar diseluruh semesta.
Begitupun dengan sosok Gibran yang lebih memilih menghabiskan minggunya dengan tidur.
Jam sudah menunjukkan pukul 11.02 WIB. Namun masih belum terlihat tanda-tanda Gibran akan bangun.
Tiba-tiba ditengah keheningan siang itu, handphone Gibran berbunyi.
Dengan mata yang masih tertutup, Gibran mencoba mencari letak handphone nya itu dan ketika benda yang ia cari ketemu, Gibran langsung mengangkat panggilan itu.
Via telepon on
Hallo
Gibran? Maneh dimana?
Di kontrakan. Ini Saha?
Ini Liam
Oh gimana iam?
Bisa ke warung Bang Rully gak?
Ada Saha?
Ini banyak Gib
Okeh otw
Iya sok hati-hati
Sip
Via telepon off
Dengan keadaan setengah sadar, ia beranjak dari kasurnya menuju ke kamar mandi. Selesai mandi, Gibran bergegas pergi ke warung Bang Rully.
Warung Bang Rully
Tidak lama kemudian Gibran datang bersama dengan kuda besinya itu.
"Assalamualaikum hadirin kaum muslimin anu mulia," Sapa Gibran sambil berjalan ke arah teman-temannya.
"Wa'alaikumsalam lur," Balas beberapa temannya secara bersamaan.
"Ada apa ini teh? Aing lagi tidur duh lieur we sekarang teh. Mana belom makan lagi duh," Ucap Gibran sambil mengusap-usap perutnya.
"Kebiasaan maneh mah. Tuh bikin mie aja," Kata Bang Rully.
Gibran mengangguk lalu mulai memasak mie.
"Dari kemaren makan mie terus lu Gib," Kritik Vito.
"Gak ada lagi atuh da. Boke duh," Keluh Gibran.
"Balap gimana balap?" Tanya Bang Rully tiba-tiba.
"Ada Bang. Gimana Gib mau gak?" Tanya Liam.
"Boleh. Dimana dan kapan?" Jawab Gibran.
"Di Djuanda Gib.Dua harian lagi lah. Malam Rabu," Ucap Liam.
"Ah bagus bagus. Siapin aja motornya," Kata Gibran sambil sibuk menyeduh mie.
Begitulah cara bertahan hidup seorang Gibran Bachtiar. Punya uang dari hasil balap atau bantu-bantu dibengkel Bang Rully.