-
Sudah berhari-hari Gibran tidak masuk sekolah. Alasannya juga cukup beragam. Sakit, izin, dan masih banyak lagi. Jauh dari apa yang terjadi, April kali ini benar-benar khawatir.
Vito dan Luthfi pun tidak pernah memberikan jawaban yang memuaskan. April bingung bisa menemui Gibran dimana. Kali ini ia akan menyampingkan ego-nya dan minta maaf kepada Gibran.
Ia benar-benar tidak bisa tenang. Hatinya diliputi rasa bersalah karena pertemuan terakhir mereka berakhir kurang baik. Suatu waktu pikiran April bilang biarkan saja namun hatinya tidak bisa berbohong jika dirinya khawatir kepada Gibran.
Alasan sebenarnya Gibran tidak sekolah adalah dirinya mencari uang untuk menebus seluruh hutangnya pada sekolah. Sebenarnya Gibran sudah berencana menjual satu-satunya harta bendanya yaitu motor tanpa memberi tahu teman-temannya yang lain kecuali Bang Rully. Namun, hingga saat ini motornya masih belum ada yang melirik.
Jadi untuk antisipasi, Gibran bekerja di salah satu cafe milik temannya Bang Rully. Ia bekerja dari pagi sampai malam hari. Dan pulang kerja, Gibran mencari tempat-tempat balapan liar untuk balapan disana.
Cara yang cukup ekstrim namun apa boleh buat, ia harus menuntaskan kewajibannya. Meski tidak seberapa dan butuh waktu lama untuk benar-benar bisa mencapai nominal yang ditargetkan. Namun Gibran akan terus berusaha.
Teman-temannya juga sempat menawarkan bahkan memberikan bantuan. Termasuk Vito yang dikenal berkecukupan. Namun, Gibran menolaknya dengan sangat halus. Untuk tidak membuatnya khawatir, Gibran juga bilang jika sudah mentok ia pasti akan meminta bantuan.
Jika itu sudah menjadi keputusan Gibran. Maka semua orang hanya bisa pasrah dan mendukung penuh Gibran.
-Cafe-
Gibran bekerja di bagian pelayan. Ia sebetulnya bisa menjadi barista. Namun, bagian itu sudah di handle penuh oleh Kang Ade orang yang sudah lama bekerja disana dan pastinya lebih ahli dari Gibran. Namun, sesekali ia juga suka membantu.
Cafe akan penuh dari jam makan siang sampai malam hari. Diisi dari berbagai macam kalangan dan bahkan tidak jarang Gibran bertemu teman-temannya.
Gibran sama sekali tidak merasa gengsi. Selagi hal yang ia lakukan tidak merugikan orang lain, maka semuanya akan baik-baik saja. Pikir Gibran.
Kali ini jam menunjukkan pukul setengah tiga sore. Karena kebanyakan sekolah sudah bubar, maka sekarang rata-rata cafe berisi anak-anak sekolahan.
Maksud kedatangan mereka juga beragam. Ada yang beli coffe sambil numpang WiFi, ada yang sekedar nongkrong, mengerjakan tugas, pacaran, dan lain sebagainya.
"Gib pulang sekolah suka ke cafe dulu gak?" Tanya Kang Ade yang merupakan barista senior dan orang kepercayaan pemilik cafe ini.
"Saya mah langsung nguli kang. Haha...." Jawab Gibran yang berhasil membuat Kang Ade dan pekerja yang lain tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Monster Romantic
RomanceGibran Bachtiar lahir sebagai manusia paling tegar dalam menghadapi semesta yang selalu becanda. Bertemu dengan April Aulia yang kadang merasa tidak diberi keadilan oleh tuhan namun mampu menenangkan. Kisah merasa terbungkus rapi lengkap dengan bebe...