Gibran Bachtiar lahir sebagai manusia paling tegar dalam menghadapi semesta yang selalu becanda. Bertemu dengan April Aulia yang kadang merasa tidak diberi keadilan oleh tuhan namun mampu menenangkan. Kisah merasa terbungkus rapi lengkap dengan bebe...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Barisan orang-orang berbaju hitam itu kian berhamburan meninggalkan seorang gadis mungil yang masih meratapi sebuah nama dalam batu nisan.
Objek yang terlihat sedikit kabur karena matanya dipenuhi air mata. Namun ia terus menatapnya.
"Sayang ayo pulang". Bujuk seorang pria kepadanya.
Gadis itu tak menggubris. Ia masih saja tertunduk lesu sembari memegang batu nisan.
"Ayo sayang. Kita harus kuat". Ucapnya sembari mencoba membantunya bangun.
"Aku gak mau pergi yah. Aku mau disini". Lirihnya dengan nada terbata-bata.
Pria itu menghela napas panjang. Merangkul putri semata wayangnya dan mencoba meneguhkan hatinya. "Sayang. Kita tidak punya alasan untuk lemah seperti ini. Ia sudah bahagia dan itu sudah menjadi pilihan tuhan. Kita harus kuat. Bersama-sama kita menjadi lebih kuat".
Gadis itu hanya memandangi Ayahnya yang hampir menumpahkan air mata. Ia berfikir bahwa yang merasa kehilangan bukan hanya dirinya. Ayahnya juga.
"Ayo sayang". Bujuknya lagi.
Dengan langkah yang berat, mereka melangkah bersama meninggalkan sebuah gundukan tanah itu.
Meski beberapa impian terlihat hancur didepan matanya hanya dalam beberapa detik saja, namun masih ada impian lain dan dengan cara lain yang mampu ia wujudkan.
Kehilangan ternyata benar-benar menghancurkan.
Yang bisa ia lakukan sekarang hanyalah berjalan terus dan melupakan hal-hal yang seharusnya dilupakan.
Sepulang dari pemakaman, gadis itu terbaring di kasur lalu ia melirik sebuah pigura yang didalamnya tertempel foto seorang wanita dan juga dirinya yang tengah tersenyum bahagia.
Ia benar-benar tak kuasa melihat wajah itu lalu, air mata keluar begitu saja tanpa diperintah.
Dua bulan kemudian
Setelah melewati hari-hari yang menyulitkan, kini ia berusaha untuk kembali beradaptasi.
Kembali tidak merasakan apa yang pernah dirasakan, kembali tidak melakukan apa yang pernah dilakukan.
Pergi meninggalkan kota tempat mendewasa memang hal yang berat. Namun jika itu sebuah keharusan, tidak ada yang bisa dilakukan.
Kini, letak cafe itu tidak sedekat rumah, tukang mie ayam banyak namun ia tidak tahu mana yang paling enak.
Rasa dan suasana akan sangat berbeda.Dan ia sudah cukup siap untuk memulai segalanya dari awal.
___________________________________________
Hallo guys, mari kita berkenalan dengan para Tokoh di Monster Romantic. Sebetulnya aku tidak memaksa kalian untuk berhenti berimajinasi tentang sosok Gibran,April dan yang lainnya.