Ketujuh Belas

10 2 0
                                    

-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-

Takdir yang Tuhan berikan dan ditetapkan menjadi milik kita memang kadang tidak sesuai dengan harapan. Kita pun pasti akan protes tidak setuju atas jalan cerita yang ia tuliskan. Namun, bagi sebagian manusia yang paham. Takdir yang Tuhan berikan benar-benar memiliki makna yang sangat indah.

Seperti halnya Gibran. Manusiawi sekali ketika ia berontak diberi takdir menyedihkan seperti ini. Namun Gibran memilih diam pada Tuhan. Sesekali ia juga merasa Tuhan tidak adil dalam membagi rasa sakit namun satu sisi ia juga berfikir siapa dirinya sehingga ingin diberi perhatian lebih oleh Tuhan.

Ia juga menjalankan kewajibannya sebagai hamba yaitu beribadah setiap ingat karena jika lupa ia benar-benar tidak ingat dan ia juga tidak bisa memutar ulang waktu.

Tugasnya dibumi milik Tuhan ini adalah menjadi manusia yang sesuai dengan manusia. Ia ingin pantas disebut manusia karena jika dirinya menjadi seekor ayam maka dia akan menjadi ayam yang baik yang pasrah ketika akan di goreng dan di makan oleh manusia.

Diberi nafas berarti harus hidup, diberi cobaan berarti harus menerima, dan ketika di suruh pulang oleh Tuhan maka ia berarti harus siap. Sesimpel itu seorang Gibran Bachtiar hidup.

Kini ia sudah tidak mengharapkan lebih dalam hidupnya. Ia hanya akan berada di jalur alur cerita yang Tuhan tetapkan. Setidaknya ketika ia tidak mampu menjadi hamba yang taat, ia bisa menjadi hamba yang baik.

Mari kita kembali ke cerita. Disisi lain, Vito dan Luthfi tengah berada di sebuah mini market untuk membeli minum, tiba-tiba mereka melihat orang yang sangat tidak asing dimata mereka dan itu adalah dua orang yang sama-sama mereka benci.

"Itu si nenek lampir sama anaknya kan?" Tanya Vito pada Luthfi.

"Ngapain dia kesini?" Tanyanya beriringan.

"Samperin yuk," Ajak Vito.

Merekapun menghampirinya dan setelah berada persis di belakangnya, merekapun menyapanya.

"Assalamualaikum Tante," Sapa Vito.

Wanita yang di sebut nenek lampir itu pun membalikan badannya terkejut. Dan ia tambah dibuat terkejut saat mendapati orang yang memanggilnya adalah Luthfi dan Vito.

"Tante ngapain disini?" Tanya Luthfi padanya.

"Mau apa Lo?" Nyolot anaknya.

"Santai bro. Kita cuma mau nyapa aja," Ucap Vito sambil terkekeh.

"Ini jadwal rutin pemeriksaan kesehatan Rega. Kenapa?" Jelasnya tiba-tiba.

"Pake duit om Adit gak Tan?" Celetuk Vito tiba-tiba.

Yaps, orang itu adalah Tante Melinda dan anaknya Rega. Ibu serta saudara tiri Gibran.

Mendengar ucapan Vito, Melinda sempat tersentak lalu ia pun terkekeh. "Lebih tepatnya uang saya. Seluruh uang di keluarga itu saya yang pegang. Kalian masih kecil gak akan ngerti," Jelasnya.

Monster RomanticTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang