Part 47- operasi

4.9K 320 5
                                    

.
.
.
.
.
.
***

Sekarang jam sudah menunjukan pukul sepuluh lewat lima belas menit, dan operasi di mulai sejak jam tujuh pagi tadi. Berarti operasi Dira sudah berlangsung tiga jam lamanya.

Selama proses operasi Dira berlangsung waktu terasa sangat lama bagi kedua keluarga yang menunggu di depan pintu itu.

Aksa tak bisa tenang, ia yang sedari tadi gelisah, berdiri lalu duduk lagi. Hanya itu yang dia lakukan selama tiga jam ini.

Kedua orang tua Dira merasa kasihan pada Aksa yang terlihat frustasi. Sudah berkali kali mereka semua mendengar helaan nafas dari mulut Aksa.

Ella melangkah mendekat ke Aksa yang duduk sambil menundukkan kepala nya itu.

Aksa langsung mendongak setelah merasa sebelah pundak nya di sentuh.

"Kamu belum makan nak?"tanya Ella.

"Sudah Tan," jawab Aksa dengan suara serak nya.

Baru saja Ella ingin bicara lagi, namun tak jadi karena pintu ruangan yang sedari tadi mereka tunggu itu terbuka.

Sontak mereka semua kembali berdiri,

"Gimana dok?!" tanya Aksa pada dokter Faris yang baru keluar sambil membuka masker nya.

"Syukurlah operasi nya berjalan lancar,tapi pasien masih dalam pengaruh obat bius, dan saya sarankan jika ingin menjenguk, hanya satu atau dua orang saja, agar tidak mengganggu pasien, karena seperti nya pasien mengalami syok ringan," jelas dokter Faris dengan ramah.

Mereka semua menghela nafas lega dan saling mengucap syukur.

"Makasih dok," ucap Bram.

Dokter Faris mengangguk dan berlalu pergi, beberapa detik setelah dokter Faris pergi, beberapa perawat laki laki itu mendorong brankar yang membawa tubuh Dira menuju ruang
ICU (intensive care unit)

Senyuman tipis terukir di bibir laki laki itu saat melihat Wajah gadisnya yang masih terbaring di atas brankar.
Bukan hanya Aksa, keluarga nya dan orang tua Dira pun tersenyum haru, melihat putri mereka berhasil berjuang.

Kini Dira sudah di pindah kan, dan seluruh keluarga nya masih belum ada yang masuk ke dalam ruangan itu, termasuk Aksa.

"Kalian masuk duluan aja," suruh Aksa.

Karena melihat kedua orang tuanya dan juga orang tua Dira yang mengintip putri mereka dari depan pintu ruangan itu.

"Kenapa nggak kamu dulu?," tanya John.

Aksa menggeleng kan kepala nya sambil tersenyum tipis.

"Biasalah John anak muda, dia mau nya berlama-lama menjenguk calon istrinya,"sambung Bram yang tau isi pikiran Putranya itu.

John geleng-geleng kepala. Tak ingin buang-buang waktu lagi. Para orang tua itu pun segera melangkah masuk.

Kini tinggal Aksa seorang diri di depan pintu ruangan itu, menunggu dengan perasaan tak sabar ingin melihat gadis yang berhasil membuatnya khawatir setengah mati.

***

Ella, John dan kedua orang tua Aksa mendekati tubuh Dira yang terbaring belum sadarkan diri di atas ranjang khusus pasien itu.

Bram dan Kenny berdiri di sebelah kiri Dira sementara Ella dan John ada di sebelah kanan.

"Dira sayang, mama kangen," lirih Ella.

Ella mengelus rambut Dira lalu mengecium kening Putrinya itu dengan penuh kasih sayang.

Air matanya kembali menitis. Melihat banyak nya luka lebam dan luka goresan di wajah putri mereka. Dan tentu saja pemandangan ini membuat hati John dan Ella meringis.

Andira [End] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang