Holla, aku kembali lagi, gimana kabar kalian? Semoga sehat ya semuanya. Aku update lagi nih😂😂.
Makasih ya yang udah vote😍 dan jangan lupa untuk komen ya soalnya aku nunggu banget yang komen☺
Sering sering vote dan komen ya😁 next chapter aku bakal liat dari vote sama komennya jadi silahkan vote dan komen sebanyak- banyaknya😝
Jangan lupa klik bintang⭐ and comment🐺
Banyak typo bertebaran jadi sorry🙂 Silahkan komen kalau ada typo supaya bisa aku perbaiki😌
Minta waktunya sedetik aja untuk Klik Bintang ⭐🌠
Bahagia selalu buat semuanya😍❤
HAPPY READING ALL❤❤
Febian duduk di sofa ruang keluarga, melamun. Memikirkan tentang ciuman tadi dengan Qia membuatnya bahagia namun ketika memikirkan tentang Mama Qia yang memergoki dia dan Qia membuatnya malu. Dia tidak punya muka lagi di depan calon mertuanya.
"Ah, kenapa juga gue mikirin itu mulu, kenapa juga bisa sampai kepergok tante Karina," lirihnya kesal.
Ah, sudah lah lupakan saja. Febian tidak ingin memikirkan hal itu, terlalu malu untuk membayangkan kembali hal itu.
"Qia sedang apa ya? Apa mungkin sedang mikirin gue? Ah malunya," gumamnya memerah malu.
Kenapa juga dia bisa sampai berfikir seperti itu. Eh, tapi bisa jadi Qia sedang memikirkannya. Kan kalau Qia memikirkannya dia jadi senang.
Ah. Sudah lah lebih baik dia tidur, supaya besok dia bisa menjemput Qia.
"Good night Qia, have a nice dream," lirihnya pelan sebelum memejamkan mata. Tertidur.
🍁🍁🍁🍁
Qia kini sudah duduk di ruang makan dengan Karina di hadapannya. Dia sudah tidak malu lagi setelah dipergoki Karina. Karina juga biasa saja tidak mengungkit- ungkit kejadian kemarin.
Tiba-tiba seorang pelayan wanita datang memberitahu Qia. "Non, di luar ada cowok yang ngaku pacarnya non," ujar pelayan itu.
Saat Qia akan berbicara, Karina lebih dulu berbicara. "Suruh masuk aja, Bik!" perintahnya.
"Baik Nyonya," balas pelayan itu, lalu berlalu pergi kembali memanggil yang Qia yakini adalah Febian- kekasihnya.
Dan tidak berselang lama, kini terlihat Febian yang berjalan mendekat ke arah ibu dan anak tersebut.
"Pagi tante, yang," sapa Febian yang masih dengan pedenya mengatakan 'yang' saat ada Karina.
"Pagi juga," balas Karina dan Qia bersamaan.
"Kamu sudah berani ya, manggil anak saya sayang- sayang," sindir Karina menatap sinis Febian.
Febian hanya cengegesan, tidak merasa bersalah. Hey! Kemarin dia sudah mendapatkan restu dari Karina walaupun harus diceramahi dulu. Jadi begini.
Flashback on
Febian dan Qia terlarut dalam tatapan mata satu sama lain hingga membuat wajah mereka berdekatan tanpa jarak. Bibir dingin Febian menempel bibir hangat Qia. Bibir kedua sepasang kekasih itu hanya menempel. Mereka menatap hangat satu sama lain, terpancar dari bola mata mereka tatapan terpesona.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'am The Antagonist? Really?
Teen Fiction[Cerita buatan sendiri] [Bukan novel terjemahan] ▪Kalau vote silahkan vote semua jangan cuma berapa chapter saja😉😝🐺 Erika, seorang gadis penyuka novel. Suka membaca novel sampai lupa waktu. Tiba- tiba mati tengelam namun ketika dia sadar ia bera...