Holla aku kembali, hehe. Udah 4 or 5 hari ya enggak update?🤔 aku itu tadi malam sebenernya mau update tapi sinyalnya susah diajak kompromi, aku udah klik publikasi lebih dari 5 kali tapi gak ke update😭😭. Jadi aku update pagi ini deh😢
Seneng gak aku update?
Gimana kabar kalian?
Kalian baca jam berapa?
Aku update karena dapat notif pada komen plus boom vote di cerita ini, hehe. Awalnya gak ada niatan sih, tapi pas liat pada komen plus boom vote jadi aku ngetik deh, hehe.
Jadi yuk pada vote dan komen, vote dan komen kalian itu motivasi aku buat update, kalian mau cerita ini update konsisten enggak? Kalau iya yuk vote sama komen, hehe.
Boleh share ya, supaya lapak ini jadi rame. Hehe, minta tolong buat semuanya🤗
Sorry☺ banyak typo bertebaran Silahkan komen kalau ada typo supaya bisa aku perbaik😆
Minta waktunya sedetik aja untuk Klik Bintang ⭐🌠
Enjoy guys💕
Have a nice day💕
Selamat membaca❤❤
"DOKTER! SUSTER! DOKTER! SUSTER!"
Suara teriakan mengema di koridor rumah sakit. Dari arah pintu terlihat seorang lelaki yang mengendong seorang perempuan ala tuan putri.
Lelaki itu terlihat kacau, wajah kusut, rambut acak-acakan, mata yang berkaca- kaca jika berkedip air matanya akan menetes. Perempuan yang digendongnya pun terlihat tidak sadarkan diri.
Beberapa suster segera mendatangi lelaki itu sambil mendorong ranjang. Febian segera meletakkan Qia di atas ranjang lalu berlari di sebelah tubuh Qia. Kedua tangan Febian mengenggam tangan kanan Qia erat, mulutnya terus mengeluarkan suara, mengajak Qia berbicara walaupun Qia tidak menjawab karena tidak sadarkan diri.
"Hey, sayang bangun, aku janji gak akan larang- larang kamu buat deket cowok lain, aku juga gak akan larang kamu makan apapun yang penting sehat buat tubuh kamu. Aku mohon cepet bangun ya? Aku bener- bener janji sama kamu, aku bakal nurutin semua permintaan kamu, aku janji," ujar Febian lirih.
Febian benar- benar bodoh, kenapa dia meninggalkan Qia lama saat Qia kelaparan. Ini semua salahnya, jika saja dia tidak mengantri terlalu lama maka Qia akan baik- baik saja. Ah, Febian juga ingat.
Kotak makan.
Siapa meletakkan kotak makan itu, pasti ada orang yang sengaja meletakkan nasi goreng udang di laci meja Qia sehingga membuat Qia alergi. Dan yang tahu Qia alergi udang hanya pengurus rumah Qia, Dia, dan ke dua sahabat Qia.
Tidak mungkin jika pengurus rumah Qia, karena pengurus rumah Qia sudah tinggal di rumah Qia selama lebih dari 10 tahun. Apalagi Febian, Febian mana pernah memikirkan itu. Febian justru menjauhkan makanan yang berpotensi menyebabkan Qia sakit.
Jadi Pengurus rumah Qia dan Febian pasti tidak mungkin. Kemungkinan Kedua sahabat Qia. Viona dan Dira. 'Pasti salah satu dari mereka,' pikirnya.
"Cih, kalau sampai bener-bener salah satu dari mereka, gue habisin," geram Febian. Amarah memancar dari bola matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'am The Antagonist? Really?
Teen Fiction[Cerita buatan sendiri] [Bukan novel terjemahan] ▪Kalau vote silahkan vote semua jangan cuma berapa chapter saja😉😝🐺 Erika, seorang gadis penyuka novel. Suka membaca novel sampai lupa waktu. Tiba- tiba mati tengelam namun ketika dia sadar ia bera...