Part 13

3.8K 311 7
                                    

Jangan lupa klik bintang⭐ and comment🐺

Sorry☺ banyak typo bertebaran Silahkan komen kalau ada typo supaya bisa aku perbaik😆

Minta waktunya sedetik aja untuk Klik Bintang ⭐🌠

Bahagia selalu buat semuanya😍❤

Sayang kalian semua😙❤

Have Fun All😇

HAPPY READING ALL❤

Febian dan Qia serta tidak lupa teman-teman ke duanya berada di kantin. Mereka makan disertai canda gurau namun hal itu tidak berlangsung lama karena kedatangan Riana.

"Boleh gabung di sini?" tanya Riana dengan tatapan matanya mengarah pada Febian.

Hening

Tidak ada yang menjawab, teman- teman Qia dan Febian melihat jelas wajah Qia yang menunjukkan ketidak sukaan terhadap Riana. Jadi mereka lebih memilih untuk diam, menonton apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Kalau diam berarti boleh," kata Riana seenaknya sendiri.

Sontak Qia menatap tajam, kemudian berkata, "Lo gak boleh gabung," jawabnya cepat.

"Kenapa?" tanya Riana mengerutkan dahi, menatap heran Qia.

Febian yang dari tadi diam, membuka mulut lalu berucap, "Pacar gue bilang gak boleh, ya gak boleh. Dia gak perlu alasan buat ngelakuin hal yang dia pengen," ujarnya tegas.

Riana menatap sinis Qia, ketika mendengar jika gadis itu adalah kekasih laki-laki yang disukainya. Riana langsung duduk tanpa memperdulikan tatapan sinis dari Qia dan Febian.

Riana memperkenalkan diri, dia membuka suara namun ekor matanya masih saja mengikuti semua tingkah laku Febian. "Eh, kenalin nama gue Riana, nama lo pada?" tanyanya.

"Gue Dira, sebelah gue Viona terus sebelahnya lagi ada Jefri dan Arzan" balas Dira, karena dia tahu kalau yang lainnya tidak ingin memperkenalkan diri.

"Terus yang di sebelah lo itu Qia dan  sebelah Qia itu Mikko, Pacar Qia," lanjutnya.

Riana hanya menganggukan kepala sambil ber'oh'ria. Dia melirik Febian yang sibuk dengan Qia. Rasa tidak suka menghampirinya, hampir membuatnya mendorong Qia. Namun dia sadar hal itu justru hanya akan membuat Febian menjauhinya bahkan memusuhinya jadi dia  harus bersabar terlebih dahulu, mari susun rencana dulu. 'Awas aja lo Qia,' pikirnya licik.

Seseorang yang duduk di meja yang sama dengan Riana menatap gerak geriknya yang terlihat mencurigakan tanpa sepengetahuan Riana, apalagi ketika melihat Riana yang tersenyum smirk memandangi Qia, yang membuat dia merasa Riana akan melakukan hal yang buruk.

Dia harus bisa mencegah hal buruk itu terjadi, dia tidak ingin temannya celaka karena dia yang tidak bisa mencegah hal buruk terjadi saat dia tahu akan itu. Lebih baik mencegah daripada menyesal.

"Oh, salam kenal semuanya semoga kita bisa menjadi teman baik," ujar Riana tersenyum manis dengan ekor mata yang menatap Febian, berharap Febian melihat ke arahnya.

Namun hal itu tidak terjadi tatapan Febian hanya tertuju pada gadis di sebelahnya, Riana tidak ingin memanggil Qia sebagai kekasih Febian karena yang akan menjadi Kekasih Febian hanya bisa dirinya bukan gadis lain.

"Hm," dehem Viona malas, ingin rasanya Viona mengusir gadis yang sok cantik itu. Tetapi ia tidak ingin membuat masalah untuk teman-temannya. Jadi lebih baik menahan keinginannya itu.

🍁🍁🍁🍁

Berisik.

Itu lah satu kata yang mendeskripsikan keadaan Febian dan ke dua temannya itu. Febian dan ke dua temannya itu berada di kamar Febian, mereka bermain Ps. Dengan keadaan kamar yang sudah seperti kapal pecah, sampah yang bertebaran mengotori lantai.

"Woy! Gantian gue dong, dari tadi kalian mulu," rengek Arzan.

"Dih, lo tuh yang dari tadi, gue baru bentar kok," elak Jefri yang masih fokus pada permainan ps.

"Nah lo, yang diomongin Jefri tuh bener. Lo udah main lama Zan, gantian lah sekarang kita," bela Febian. Senang menjahili Arzan.

"Gue aduin Tante Vina nih ya lo pada," ancam Arzan.

"Eh jangan, lo ngaduan mulu sih Zan, gak asik," kata Jefri mengalah. Dia tidak mau dimarahi Ibu Febian soalnya Ibu Febian itu suka yang imut-imut dan Arzan itu sok imut jadi Arzan lebih dimanja sama Ibu Febian.

Arzan itu sifatnya kekanakan-kanakan, sok playboy, sukanya ngrengek, suka ngadu, plus sok imut, sukanya nantang pas ditantang balik minta ampun.

"Takut kan lo, haha. Makanya jangan berani- beraninya sama gue," ejek Arzan sombong.

"Sombong banget lo, awas aja. Gue bales lo," geram Jefri.

"Tonjok aja Jef, gue dukung," timpal Febian menyudutkan Arzan.

Arzan yang mendengar ucapan Febian, menatap tajam Febian. Mulutnya berkomat-kamit seperti berkata 'jangan ngadu domba lo Mik'.

Febian tidak memperdulikan Arzan yang memelototinya, dia tidak takut pada Arzan. Ajak aja gelut pasti langsung mleyot.

Sifat Febian itu, romantis, sok baik padahal aslinya suka mengumpat ke orang yang minta bantuannya, manja, suka balapan, bucin, jahil, tukang adu domba, paling takut kalau Ibunya sudah marah. Katanya sih ibunya kayak Gorilla yang lagi laper. Emang anak kurang ajar!

"Napa tuh mata melotot, maju sini," ucap Jefri salah paham. Jefri kira Arzan melotot pada dia padahal nyatanya melotot pada Febian yang berdiri di belakangnya.

"Eh, gue bukan mlototin lo, gue mlototin si Mikko noh," jelas Arzan yang sudah ketar-ketir sendiri sambil menunjuk Febian yang berada di belakang Jefri.

Jefri menoleh, mendapati Febian yang ber diri di belakangnya. Karena terlalu fokus pada Arzan, Jefri sampai lupa tentang Febian-teman satunya itu.

"Awas aja lo kalo berani sama gue, gue pites lo," ancam Jefri kembali fokus pada Arzan.

"Iya iya," ujar Arzan mengangguk-anggukan kepala setuju. 'Untung selamat,'  batinnya lega.

Arzan pasti akan membalas Febian, dia akan mengadukan pada Tante Vina selaku Ibu Febian. 'Haha, mampus lo Mik,' tawanya dalam hati.

Febian menyentuh tengkunya, merasa hawa tidak enak. Dia merasa sesuatu yang buruk akan menghampirinya. Semoga saja tidak ada sesuatu yang terjadi.

"Eh, gue ke bawah dulu, mau ambil makan,"   kata Arzan berbohong.

Jefri dan Febian diam, tidak menjawab. Mereka membiarkan Arzan berjalan keluar. Arzan kemudian berjalan keluar, turun ke lantai bawah. Mencari Tante Vina dan menemukan Tante Vina yang sedang menonton sinetron.

"Tante," panggilnya berjalan mendekat.

"Kenapa Zan?" tanya Vina yang masih fokus pada layar Tv.

Arzan duduk di samping Vina, lalu mulai berbicara, "Tante, masak tadi Mikko nyudutin Arzan, padahal Arzan gak salah apa apa loh," adunya.

"Tenang aja Zan, nanti Mikko biar tante marahin," ucap Vina yang sudah paham.

"Makasih Tante," ujar Arzan tersenyum gembira.

"Apa sih yang enggak buat anak tante ini,"  kata Vina. Vina sudah menganggap Jefri dan Arzan sebagai anaknya sendiri.

"Yaudah tante, Arzan ke atas dulu," pamit Arzan berjalan menuju kamar Febian, tidak lupa menuju dapur terlebih dahulu mengambil makan.

TBC

SEE YOU NEXT CHAPTER🐺

19 AGUSTUS 2021

Jangan lupa klik bintang⭐ and comment 🐺. Minta waktunya sedetik aja untuk Klik Bintang ⭐🌠

I'am The Antagonist? Really? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang