Part 17

2.5K 231 3
                                    

Holla semuanya, sesuai janji aku. Aku double up nih. Makasih yang udah vote dan komen💗. Walaupun cuma 1 orang💖. Hehe

Makasih yang udah mau baca💕
Makasih juga yang udah vote dan komen💕

Sorry☺ banyak typo bertebaran Silahkan komen kalau ada typo supaya bisa aku perbaik😆

Minta waktunya sedetik aja untuk Klik Bintang ⭐🌠

Selamat membaca semuanya😍❤


Seorang gadis berjalan masuk rumah dengan senyuman. Satu kata untuk mendiskripsikan tentang keadaan rumah, sepi. Wajah yang tadinya gembira, mendatar. Dia sudah terbiasa, namun tetap saja perasaannya sakit.

Apa tidak bisa orang tuanya meluangkan waktu sebentar saja untuknya. Kenapa dia harus selalu sendirian, tapi dia merasa beruntung memiliki dua sahabat yang selalu ada untuk dirinya.

Keluarga Viona tidak memperkerjakan pembantu karena Bunda Viona yang tidak setuju. Namun kini Viona menyesal tidak membantah ucapan Bundanya, kini dia sendiri di rumah. Huh!

"Sepi lagi, kapan ya gue bisa kumpul bareng bunda sama ayah? Apa mereka lupa punya anak gadis? Apa sebegitu pentingnya harta sampai lupa mikirin gue?" tanya Viona pada dirinya sendiri.

Gadis itu adalah Viona, gadis dengan kecerewatannya hanya untuk menutupi kala sebenarnya dia kesepian. Viona tidak mengeluh karena untuk apa mengeluh jika tidak diperhatikan. Jadi lebih baik seperti ini saja, dia dengan tingkah cerewetnya supaya tidak ada yang khawatir.

Karena Viona tidak bisa selalu cerita pada kedua sahabatnya jika hanya akan membebani keduanya, lebih baik dia simpan sendiri.

Viona masuk ke kamar lalu berbaring. Tidur. Tanpa memperdulikan kalau dia belum makan, sudah biasa di tidak makan. Pola makannya berantakan, untung saja tubuhnya jarang sakit.

🍁🍁🍁🍁🍁

Gadis itu terbangun, memandang ke langit- langit kamar dengan tatapan kosong. Mimpi buruk itu datang lagi menghantui dirinya terus- menerus.

"Kenapa mimpi itu terus datengin gue terus sih? Apa gak bisa hidup gue tenang," gumamnya.

Mimpi kejadian masa lalu itu sering datang membuatnya tidak bisa tidur tenang, Viona butuh obat penenang. Tapi dia juga tidak bisa bergantung terus dengan obat penenang, dia ingin berjuang namun kegagalan yang sering dia dapatkan.

Viona lelah, dia ingin rasanya pergi dari dunia ini. Tapi Viona sadar kalau dia melakukan itu, dia hanya akan meninggalkan kenangan buruk untuk orang tua dan kedua sahabatnya.

Air matanya menetes, suara isakan terdengar. Viona menangis tersedu-sedu. "Kenapa kejadian itu harus terjadi? Hiks.... Kenapa? Hiks..," lirihnya.

Viona terus saja menangis dan tidak terasa sudah 2 jam dia menangis. Viona yakin kalau matanya pasti bengkak. Dia hanya bisa melampiaskan kesedihannya dengan menangis, hatinya lega setelah menangis.

Viona tidak menceritakan kejadian masa lalunya pada siapapun, hanya Qia yang tahu, dia lebih suka memendamnya sendiri. Bukannya dia tidak ingin bercerita, tapi karena terlalu takut Viona tidak bisa bercerita. Viona rasa kalau dia bercerita sekarang, dia justru akan terlarut dalam kesedihannya apalagi kalau tersebar, pasti dia akan menggila.

Kejadian yang membuat Viona sampai trauma. Dulu dia pernah hampir diperkosa untung saja Qia menolongnya jika Qia tidak menolongnya, mungkin dia sudah tidak perawan lagi.

I'am The Antagonist? Really? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang