Part 18

2.3K 212 7
                                    

Holla semuanya, aku kembali lagi.

Makasih yang udah mau baca💕
Makasih juga yang udah vote dan komen💕

Sorry☺ banyak typo bertebaran Silahkan komen kalau ada typo supaya bisa aku perbaik😆

Minta waktunya sedetik aja untuk Klik Bintang ⭐🌠

Selamat membaca semuanya😍❤




"Eh, Dir Papa lo gimana?" tanya Viona.

Dira mengerutkan dahi. "Papa gue gak gimana- gimana, sehat kok," jawabnya polos.

Kini Viona dan Dira serta tidak lupa Qia, ketiga sekawan itu sedang berada dirumah Viona. Qia dan Dira menemani Viona yang kesepian, iya lah kesepian orang gak punya pacar.

"Dasar lola," ujar Viona memutar bola matanya malas.

"Maksud gue, Papa lo masih sering mukulin lo enggak?" Viona bertanya lagi dengan kalimat yang jelas.

"Oh, lo bilang dong. Kan otak gue kagak nyampe gimana sih lo," cibir Dira.

"Lah salah lo sendiri kenapa juga otak lo gak nyampe bukan malah nyalahin gue," ucap Viona tidak terima.

Sudah tidak heran Viona bertanya seperti itu. Karena Papa Dira sering sekali mengekang gadis itu supaya nurut perintahnya. Jika tidak dituruti maka Dira yang kena imbasnya, dengan dikurung dikamar tidak boleh keluar selama beberapa hari dan sering memukul Dira juga. Jika sesuatu hal yang dilakukan Dira tidak memenuhi keinginan Papa Dira. Papa Dira bukan tidak sayang tetapi karena terlalu menekan Dira untuk menjadi gadis yang sempurna, jadi tidak heran jika Papa Dira mengatur semua urusan Dira.

Qia yang dari tadi memusatkan perhatiannya pada ponselnya langsung ikut bergabung dalam obrolan, Qia sendiri juga penasaran. Melihat ke dua orang itu sibuk saling berdebat dan Dira yang tidak menjawab pertanyaan Viona membuat Qia tidak sabar. "Heh, back to topic, okay?" pintanya.

Viona dan Dira menoleh, menatap Qia yang  sedang memperhatikan mereka.

"Okay. Jadi Papa udah enggak mukulin gue lagi,  lo tau lah alasannya," jawab Dira menjelaskan.

Qia dan Viona tahu alasan dibalik Papa Dira yang jarang memukul, hal itu karena Mama Dira yang sudah tidak tahan lagi putrinya dipukuli. Mama Dira mengancam Papa Dira untuk bercerai jika Papa Dira masih sering memukul dan mengekang Dira.

"Nah, gitu doang. Harusnya Tante Sila bertindak dari dulu, kan lo jadi gak mungkin dipukuli Papa lo," ucap Viona.

Viona tidak habis pikir, apa yang dipikirkan oleh Tante Sila hingga membiarkan putrinya dipukuli dan dikurung di kamar. Entah kenapa juga Tante Sila berpikir untuk membela Dira, Viona bukannya tidak ingin Tante Sila membela Dira tapi kenapa tiba- tiba bukannya dari dulu saja. Apakah baru mendapatkan hidayah?

"Enggak tau juga. Syukur- syukur Mama mau bantu," ujar Dira.

Dira sudah pasrah, biarkan saja apa yang diinginkan orang tuanya. Dia akan menurut saja, lelah juga menentang terus tapi tidak pernah diperdulikan lebih baik menurut.

🍁🍁🍁🍁🍁

"Mama, Qia pulang," ucap Qia berjalan masuk.

Suara langkah kaki berjalan mendekat disusul suara yang menjawab ucapan Qia terdengar dari arah dapur. "Eh, anak mama udah pulang, makan dulu yuk? Pasti kamu udah laper," ujar Karina berjalan menuju meja makan, tepat beberapa langkah dari tempat Qia berdiri.

I'am The Antagonist? Really? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang