Holla semuanya, ketemu lagi sama aku. Apa kabar? Udah lama ya gak ketemu, hehe. 1 bulan lebih bukan sih? aku udah lupa. Kalian baik- baik kan? Sehat- sehat aja kan? Jangan lupa jaga kesehatan ya? Bisa kan ya?
Makasih juga yang udah mau nungguin, makasih banyak ya, sayang kalian. So gak usah banyak basa-basi lagi.
Sorry banyak typo bertebaran🙏 Silahkan komen kalau ada typo supaya bisa aku perbaik😆
Minta waktunya sedetik aja untuk Klik Bintang ⭐🌠
Enjoy guys💕
Have a nice day💕
Selalu semangat dalam menjalani hari, semangat terus ya🤗
Selamat membaca❤❤
"Tidak perlu ragu mengambil keputusan jika keputusan itu memang yang terbaik untuk semua orang,"
"Aku harap aku bisa terus bersamamu menjagamu dalam setiap hembusan napasku,"
Febian memandangi bangunan bak istana itu dengan tatapan sulit diartikan. Kini Febian berada di depan mansion Rajendra. Sudah lama sejak dia berkunjung ke mansion, tempat yang membuatnya muak. Mungkin sejak dia menjadi alasan penyebab kematian kedua orang tuanya. Banyak orang yang sudah merusak mentalnya berada di dalam mansion.Febian sebenarnya malas untuk sekedar datang ke mansion Rajendra jika saja kakeknya tidak memanggilnya maka dia tidak akan datang ke sini. Walaupun dia benci kakeknya tapi tetap saja kakeknya adalah orang tua ayahnya. Jadi dia masih menghormati kakeknya.
Dengan langkah tegas Febian masuk tanpa ragu. "Ayo kita masuk, bertemu kakek kemudian pergi," gumamnya lirih.
"Selamat datang Tuan Muda Mikko," sambut kepala pelayan dengan senyuman di wajahnya yang sudah keriput.
"Hm." Deheman Febian membalas sambutan kepala pelayan.
"Dimana kakek?"
Febian memandang datar kepala pelayan ketika dia melihat mansion yang sepi seperti tidak berpenghuni.
"Tuan Besar berada di kamarnya Tuan Muda," jawab kepala pelayan sopan.
Febian mengangguk mengamati sekeliling. Dia menemukan jika semuanya masih sama, tidak ada barang yang diganti. Lelah memandang sekitar, Febian memilih melangkahkan kaki menemui kakeknya sesuai tujuan awalnya.
Tok tok tok!
"Masuk,"
Lantas Febian membuka pintu, masuk ke dalam kamar kakeknya dan tidak lupa menutup pintu. "Kakek," panggilnya.
"Oh kamu sudah datang Mik," ujar Bram- Kakek Febian.
"Hm,"
"Kamu masih saja dingin pada kakek, Mik," ucap Bram ketika perkataannya dibalas deheman.
Febian berdiri diam tidak bereaksi apa- apa saat Bram berucap. Biarkan saja kakeknya berbicara dan dia hanya mendengarkan tanpa perlu membalas ucapannya.
"Jadi kenapa kakek memanggil ku kesini?" tanya Febian tanpa basa- basi.
"Kamu masih saja tidak sabaran," ujar Bram sambil duduk bersandar pada kepala ranjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'am The Antagonist? Really?
Teen Fiction[Cerita buatan sendiri] [Bukan novel terjemahan] ▪Kalau vote silahkan vote semua jangan cuma berapa chapter saja😉😝🐺 Erika, seorang gadis penyuka novel. Suka membaca novel sampai lupa waktu. Tiba- tiba mati tengelam namun ketika dia sadar ia bera...