Part 23

2.1K 159 14
                                    

Holla aku balik lagi. Hehe, maaf kalau lama gak update, aku lupa dong kalau harus update salah sendiri gak ada yang ngingetin. Haha

Kalian bisa ingetin aku kok, 2 hari setelah update chapter ini. Aku bakal usahain update, kalau gak ada yang ingetin aku lupa. Hehe

Boleh share ya, supaya lapak ini jadi rame. Hehe, minta tolong buat semuanya🤗

Sorry☺ banyak typo bertebaran Silahkan komen kalau ada typo supaya bisa aku perbaik😆

Minta waktunya sedetik aja untuk Klik Bintang ⭐🌠

Enjoy guys💕

Have a nice day💕

Selamat membaca❤❤




Mata yang semua tertutup, terbuka. Mata itu berkedip beberapa kali, menyesuaikan cahaya yang masuk ke matanya. "Uh, silau," gumamnya.

Qia yang ingin mengerakan tangannya,  tidak jadi ketika merasa beban berat di lengannya. Qia menoleh, mendapati wajah tampan Febian yang sedang tertidur.

Qia mengerakan tangan satunya mendekati wajah Febian. Jari Qia berseluncur dari rambut, ke dahi, hidung lalu bibir. Jari itu berhenti lama di bibir Febian, jari Qia mengelus lengkungan bibir Febian.

Febian terbangun ketika merasa sensasi geli di bibirnya, Febian membuka sedikit kelopak matanya. Mengintip. Febian dapat melihat jari dari gadisnya.

Febian menahan dirinya untuk tidak segera memeluk gadisnya, rasa khawatir meluap berganti lega. Febian ini segera mencium gadisnya yang telah membuatnya khawatir setengah mati.

"Maaf ya Bi, pasti kamu khawatir banget pas liat aku kesakitan," ujar Qia pelan sambil terkekeh membayangkan wajah panik Febian.

"Ah, rasanya aku berharap bisa melihat wajah panik kamu, hehe, pasti lucu banget," lanjutnya. Febian menahan rasa kesalnya mendengar ucapan Qia. 'Lihat saja apa yang akan aku lakukan padamu, Lov,' pikirnya menahan tarikan bibirnya.

Jari Qia perlahan menjauh dari wajah Febian, Febian yang ingin membuka mata, menahan gerakannya ketika merasa hembusan napas di wajahnya.

Cup!

Febian segera membuka ketika sebuah benda kenyal menempel di bibirnya, mata Qia membola. Qia terkejut melihat Febian yang telah bangun. Qia ingin menjauhkan bibirnya namun tertahan ketika tangan Febian menahan tengkuknya, membuat Qia mempertahankan posisinya.

Kedua pasang mata itu saling menatap, sebuah pancaran rindu serta rasa sayang terlihat jelas dari bola mata Febian, Qia seakan hanyut di dalam pesona Febian. Bibir yang tadinya hanya menempel kini berubah menjadi lumatan. Qia mendelik, menatap tajam Febian yang menghisap bibirnya. Febian membalas tatapan Qia dengan mengangkat alisnya. Seolah bertanya 'ada apa?' tanpa rasa bersalah.

"EKHM." Suara deheman membuat kedua orang yang sibuk dengan dunianya dilanda kepanikan. 

Febian segera melepaskan ciuman dan menarik tangan yang berada di tengkuk Qia menjauh, sepasang kekasih itu menoleh ke asal suara dengan wajah memerah.

Terlihat seorang dokter pria yang berdiri bersidekap menatap keduanya dengan pandangan mengoda, bibirnya melengkung, alisnya dinaik- turunkan beberapa kali. "Eh, asik banget ya," goda Dokter itu.

I'am The Antagonist? Really? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang