Holla semuanya aku kembali lagi, hehe. Dah lama ya gak update, salah sendiri gak ada yang minta, kan udah ku suruh buat nagih.
Btw ini part paling panjang daripada part yang lain loh ya, hehe. Dan makasih yang udah vote dan komen, suka deh kalau ada yang komen bikin semangat buat ngetik.
Boleh share ya, supaya lapak ini jadi rame. Hehe, minta tolong buat semuanya🤗
Sorry☺ banyak typo bertebaran Silahkan komen kalau ada typo supaya bisa aku perbaik😆
Minta waktunya sedetik aja untuk Klik Bintang ⭐🌠
Enjoy guys💕
Have a nice day💕
Selamat membaca😍❤❤
Cklek!
Pintu terbuka, membuat sepasang kekasih yang sibuk berdebat itu menoleh. Terlihat Dira dan Viona berjalan masuk, keduanya menghela napas lega melihat Qia yang baik- baik saja.
"Untung lo baik- baik aja Qi," ujar Viona dengan senyum terpampang di wajahnya. Rasa bersalah juga menghilang dari hatinya, sungguh lega. Untung saja Qia baik- baik saja jika tidak dia tidak akan bisa memaafkan dirinya karena bertindak egois.
"Seperti yang lo lihat Vi," balas Qia mengangkat bahu acuh.
"Qia kan gak baik- baik aja, lo gak liat bintik- bintik merah di tubuh Qia, Vi," sangkal Dira. Dira sungguh tidak habis pikir kenapa Viona bisa berfikir kalau Qia baik- baik saja. Coba Viona lihat bintik- bintik merah itu, pasti Viona tahu dong kalau itu pasti gatal. Dan dengan tidak berdosanya Viona bilang Qia baik-baik saja.
Febian yang dari tadi menyimak pembicaraan memicingkan mata, menatap Viona penuh permusuhan. 'Sungguh membosankan,' pikirnya jenuh.
"Lo gak bisa ngelihat Dir? Lo liat kan kalau Qia baik- baik saja. Dia masih idup kok sekarang," ujar Viona.
Febian menajamkan pengelihatannya, menatap tajam Viona ketika mendengar ucapan Viona. "Ngapa lo ngomong gitu tentang pacar gue, lo ngutuk pacar gue supaya mati gitu! ANJING LO! MATI AJA LO SANA!," ucapnya menekan dua kalimat terakhir. Febian tidak terima jika Qia dibicarakan seperti itu, Febian melihat Qia kesakitaan saja sudah rasanya mau gila. Apalagi melihat Qia yang meninggalkannya, mungkin Febian juga bisa ikut mati bersana Qia.
"Lo ngapa sih Bi, emosian banget," kata Viona kesal sambil mengepalkan tangan. Febian ada masalah apa sih dengannya kenapa Febian jadi emosian begini, apa jangan- jangan karena Qia? Cih.
"DIAM AJA LO ANJING!"
Sekali lagi teriakan Febian layangkan pada temen Qia. Febian kesal bukan main. 'Mau nyari sensasi lo,' pikirnya emosi.
Viona yang akan membuka mulut menjawab ucapan Febian kembali mengantupkan mulutnya ketika Dira menyengol lengannya. Mulut Dira bergerak seperti mengatakan 'gak usah di bales,'tanpa suara.
"Udah lah Bi, kamu gak usah emosian gitu, aku gak suka liatnya," ujar Qia menenangkan Febian.
Febian menarik napas lalu membuangnya, hal itu dilakukan Febian beberapa supaya emosinya mereda. Febian tidak ingin membuat Qia merasa terbebani dengan emosinya. Lebih baik dia mengendalikan emosinya.
"Iya maaf, Lov," ujar Febian lembut sambil mengelus rambut Qia pelan.
Qia mengangguk, Qia menengadahkan kepala menatap wajah Febian yang tersenyum lembut. Qia sangat bahagia bisa mengenal Febian.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'am The Antagonist? Really?
Teen Fiction[Cerita buatan sendiri] [Bukan novel terjemahan] ▪Kalau vote silahkan vote semua jangan cuma berapa chapter saja😉😝🐺 Erika, seorang gadis penyuka novel. Suka membaca novel sampai lupa waktu. Tiba- tiba mati tengelam namun ketika dia sadar ia bera...