Holla, aku kembali lagi, gimana kabar kalian? Semoga sehat ya semuanya. Aku update lagi nih😂😂. Gimana part sebelumnya? Memuaskan kah atau enggak? Silahkan jawab🤗
Dan menurut kalian cerita ini bagus enggak? Kalau enggak gak apa apa sih😥
aku tau cerita ini banyak kekurangannya jadi bantu kasih saran dan kritik yuk. Kita buat cerita ini jadi lebih bagus lagi😄
Makasih ya yang udah vote😍 dan jangan lupa untuk komen ya soalnya aku nunggu banget yang komen☺
WARNING!!
Silahkan dibaca jangan diskip!Karena mulai dari sekarang kalau vote dan komennya gak imbang plus votenya jauh banget sama orang- orang yang baca. Cerita ini bakalan update 1 minggu lebih hanya untuk 1 chapter kalau itu pun menenuhi harapan aku. Dan tolong ya chapter yang sebelum- sebelumnya juga, enggak cuma chapter ini doang. Jadi kalau mau cerita ini update cepet silahkan vote dan komen😁
Jangan lupa klik bintang⭐ and comment🐺
Sorry☺ banyak typo bertebaran Silahkan komen kalau ada typo supaya bisa aku perbaik😆
Minta waktunya sedetik aja untuk Klik Bintang ⭐🌠
Bahagia selalu buat semuanya😍❤
HAPPY READING ALL❤❤
Qia kini duduk di bangkunya, di dalam kelas. Dia sendirian. Tadi dia berangkat bersama Febian namun Febian entah pergi kemana, dia juga lupa untuk bertanya. Tapi tadi Febian bilang ada urusan penting jadi dia disuruh ke krlas terlebih dulu.Tiba- tiba ada bayangan tubuh seseorang membuat Qia mendongak, karena tadi Qia sedang menunduk menatap layar ponselnya yang menampilkan aplikasi whatsapp.
"Bisa bicara?" tanya orang itu berdiri di depan meja Qia.
"Mau bicara apa sih, Thur?" Qia tidak menjawab, justru bertanya.
Arthur yang melihat Qia enggan untuk pergi dengannya pun duduk di bangku sebelah Qia. "Gimana hubungan lo sama Mikko?" tanyanya.
"Baik," jawab Qia singkat.
"Oh, Mikko baik sama lo?" tanya Arthur.
"Baik. Lebih baik daripada lo yang buat gue ngejar- ngejar lo," balas Qia membuat Arthur tersenyum kecut.
Jangan salahkan Qia kalau dia berbicara seperti salahkan saja Arthur yang membuat Qia yang asli meninggal gara- gara perlakuan kasarnya pada Qia yang asli.
Arthur sangat menyesal kenapa juga dia bisa begitu jahat dengan sahabat dari kecilnya itu. Padahal dia sudah kenal Qia lama namun dia justru tidak mengerti. Kenapa juga dia tidak bertanya pada Qia karena sering menganggu dan menempel padanya pasti ada alasan kenapa Qia melakukan itu. Dasar Arthur bodoh!!
"Maafin sikap gue selama ini sama lo, seharusnya gue gak kasar sama lo, pasti lo ada alesan dibalik sifat possesif lo itu," ucap Arthur.
Arthur ingin sekali seperti dulu, saat Qia yang sering bercanda, menganggu dan banyak lagi dengannya namun nasi telah menjadi bubur. Pasti hal itu tidak akan terjadi karena sikapnya yang menyakiti hati sahabatnya itu.
"Hmm gue maafin, tapi maaf gue gak bisa kayak dulu lagi, gue udah terlanjut sakit hati sama sikap lo," ujar Qia.
"Iya gue paham kok, makasih udah mau maafin gue," kata Arthur tersenyum masam.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'am The Antagonist? Really?
Teen Fiction[Cerita buatan sendiri] [Bukan novel terjemahan] ▪Kalau vote silahkan vote semua jangan cuma berapa chapter saja😉😝🐺 Erika, seorang gadis penyuka novel. Suka membaca novel sampai lupa waktu. Tiba- tiba mati tengelam namun ketika dia sadar ia bera...